"Sudah dapat apa yang kau inginkan?" tanya Oliver yang sejak tadi duduk di kursi yang telah di sediakan oleh store tempat Madeline membeli pakaian. Oliver bersama Kenneth menunggu Madeline yang sejak tadi memilih pakaian yang bagus yang nantinya akan ia kenakan di acara pertemuan itu.
Memang di acara pertemuan itu tidak di haruskan untuk memakai dress baru. Hanya saja Madeline tak memiliki pakaian lain untuk berpergian yang membuatnya harus membeli yang baru.
Madeline dengan rona bahagia yang tercetak jelas di wajahnya mengangguk,"Tentu, aku mendapatkan apa yang aku inginkan." jawabnya.
Oliver yang mendengarnya pun ikut senang. Kapan lagi ia bisa menghabiskan waktu bersama dengan Madeline dan juga putranya itu.
Dari lama, Oliver memang sudah menaruh hati pada Madeline. Hanya saja, yang ia dapat hanyalah sebuah penolakan dari wanita beranak satu.
Tapi Oliver tidak menyerah begitu saja. Pria yang memiliki nama lengkap Oliver Tomlouis itu terus mengejar Madeline. Bahkan, ia berhasil mendekati Daddy Garry dan sepupunya yang bernama Piero agar bisa mengenal dan mengetahui karakter Madeline lebih dalam lagi.
"Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi lagi?" Sebisa mungkin Oliver memanfaatkan kesempatan emas ini untuk menghabiskan waktu bersama Madeline dan Kenneth.
Madeline tampak berpikir sejenak, sejurus kemudian bocah kecil yang sejak tadi menyimak pembicaraan kedua orang besar itu bersuara.
"Mommy, aku ingin main." kenneth merajuk kepada Madeline sambil menarik-narik ujung baju wanita itu.
"Main apa, son?" tanya Madeline.
Jari mungil Kenneth menunjuk ke arah salah satu wahana bermain yang berada tak jauh dari store tempat Madeline membeli pakaian,"Disana, Mommy." jawabnya.
Madeline tampak berpikir, bukan tanpa sebab. Terhitung sudah hampir lima jam ia dan putranya berada di mall ini. Dan itu artinya mereka harus segera kembali ke apartment agar tidak menimbulkan kekhawatiran Daddy Garry yang sejak tadi menunggu di sana.
Madeline mensejajarkan tubuh hingga setara dengan putranya,"Kenneth, hari sudah mulai gelap, sayang. Apa bisa lain waktu saja kita main di Playground? Grandpa sejak tadi menunggumu," menghadapi anak seperti Kenneth memang harus memiliki kesabaran yang ekstra agar tidak ikut terpancing emosi jika sedang tantrum nantinya.
Kenneth mengangguk lesu, ia sangat menyukai hal yang berbau Playground. Menurutnya, di tempat itu ia bisa mengeksplorasi apapun disana,"Baiklah, Mommy." jawabnya dengan lemah.
Melihat pembicaraan ibu dan anak itu, membuat Oliver pun kembali bersuara.
"Apa kau ingin bermain di sana, Kenneth?" tanyanya.
Belum juga Kenneth buka suara. Tatapan tajam yang di layangkan Madeline mampu membuat nyali bocah itu langsung menciut. Menyadari hal itu membuat Oliver langsung mengerti.
"Jawab saja, son. Katakan apapun yang ingin kau ucapkan." pintanya dengan lembut.
Madeline mengatur nafas, ia hampir saja membuat Kenneth takut kepada dirinya. Netra teduh putranya menatap ke arah Madeline.
"Boleh, Mommy?" tanyanya.
Madeline mengangguk,"Boleh."
Lalu Kenneth kembali menatap Oliver yang sempat ia abaikan tadi.
"Aku ingin main di Playground, uncle. Di apartment aku sering bosan karena grandpa hanya mengajakku bermain dengan Lego," anak kecil memang juaranya dalam hal kejujuran. Mendengar ucapan putranya, membuat Madeline merasa bersalah karena tak mengerti kemauan putranya.
Apa itu adalah alasan dari putranya selalu memintanya untuk ke rumah Clovis atau Playground? Entahlah, mungkin nanti Madeline akan tanyakan lagi pada Kenneth.
Oliver mengulas senyum tipis,"Boleh, tapi tidak hari ini ya, bagaimana?" tanyanya.
Kenneth pun langsung penasaran,"Kapan uncle, kapan." tanya Kenneth dengan penasaran.
Oliver tampak berpikir sebentar, mengingat kembali jadwal beberapa hari ke depan. Mengingat pekerjaan sebagai dokter jantung memiliki jadwal yang cukup padat.
"Bagaimana jika besok? Kebetulan uncle bekerja setengah hari?" usul Oliver.
Tapi hal itu langsung di tolak oleh Madeline,"Sepertinya tak bisa, aku bekerja sampai sore."
Kenneth yang semula senang kembali murung, Oliver langsung berusaha menghibur anak itu.
"No problem, Madeline. Ada aku yang menjaga Kenneth." ucap Olivier.
Madeline menggelengkan kepala, bukan tanpa sebab. Ia belum terbiasa jika menitipkan Kenneth pada orang lain, apalagi pada Oliver yang tak lain rekan kerjanya. Ia hanya tak ingin Kenneth nantinya merepotkan pria itu.
"Ta-tapi...," Sebelum Madeline melanjutkan ucapannya, Oliver langsung menyela pembicaraan.
"Aku sendiri yang akan menjemput Kenneth di apartmentmu sekaligus izin dengan Daddymu, aku bisa pastikan putramu selamat sampai apartment," Oliver seakan tak memberi celah untuk Madeline menolak usulnya kali ini. Oliver hanya ingin Kenneth bahagia, tak lebih. Meskipun ada lebihnya, yaitu mendapatkan hati Madeline.
Madeline menatap wajah Kenneth yang terlihat bersedih, hingga akhirnya ia pun mau tak mau harus luluh.
"Baiklah, nanti aku akan sampaikan pada Daddyku," jawab Madeline.
Oliver dan Kenneth pun langsung tersenyum.
"Thank you, Mommy. You're my everything." ucapnya sambil memeluk wanita itu.
Madeline membalasnya,"Anything for you, my boy."
Oliver sedikit banyak tahu tentang Madeline dan mantan suaminya itu. Bahkan, Oliver sendiri sampai bertekad akan memperlakukan wanita itu layaknya ratu jika menerima dirinya nanti.
"Baiklah, berarti sekarang waktunya kita pulang. Mau aku antar?" tawar Oliver.
Madeline menggelengkan kepala,"Kami naik angkutan umum saja, next time ya." Tolak Madeline dengan halus.
Oliver tentu tak membiarkan hal itu terjadi, mengingat hari sudah mulai gelap. Terlalu berisiko bagi Madeline, apalagi membawa Kenneth.
"Jangan menolakku, okey. Ini buat kebaikan kalian juga," pintanya dengan memohon.
Madeline kembali pasrah. Memang maksud Oliver itu baik, hanya saja Madeline takut menyalah artikan kebaikan pria itu. Madeline takut sifat baik Oliver akan membuatnya jatuh hati pada pria itu.
"Baiklah." Salah sendiri Madeline tidak membawa mobil ke mall, ia di antar oleh sopir yang di tugaskan Piero untuk mengantarnya kemanapun. Jika Madeline menolak itu, ia harus siap menerima ocehan sepupunya itu.
Oliver menggendong kenneth, sambil membawa tas belanja miliknya. Madeline, wanita itu mengikuti dari belakang. Menatap interaksi keduanya yang membuatnya haru.
Madeline tak perlu berandai-andai. Madeline sendiri juga sudah memaafkan kejadian di masa lalu, namun tidak dengan melupakannya. Sebuah pengalaman menyakitkan yang membuat Madeline trauma untuk membuka hati dengan orang baru.
"Turunkan saja, Oliver. Kenneth berat," pinta Madeline. Ia tak ingin pria itu sakit pinggang karena menggendong Kenneth.
Oliver tersenyum tipis,"Don't worry, Maddy. Selagi Kenneth senang, aku akan melakukan apapun untuknya." Lihatlah, Oliver bertindak layaknya seorang ayah untuk Kenneth. Membuat tenggorokan Madeline tercekat saat itu juga.
Melihat Madeline terdiam membuat Oliver kembali melanjutkan pembicaraan dengan Kenneth yang terus berceloteh tanpa henti.
Kini, mereka bertiga sudah sampai di parkiran yang ada di lantai basement. Oliver membuka mobil range rover miliknya dan mendudukkan Kenneth di kursi belakang.
"Jangan banyak melamun dan jangan kau ambil pusing ucapanku tadi," ucap Oliver.
Madeline pun tersadar dari lamunannya, wanita itu menggelengkan kepala,"Ah tidak, Oliver. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu saja." Alibinya.
Oliver hanya mengangguk saja, ia tak ingin memperpanjang pembicaraan kali ini. Ia memilih untuk membukakan pintu mobil agar Madeline segera masuk dan duduk di samping kursi kemudi.
"Masuklah, aku akan mengantar kalian."
Madeline pun langsung masuk ke dalam mobil Oliver yang begitu rapi dan wangi. Ia melihat Kenneth yang sibuk dengan rubik dalam genggamannya.
"Let's go, back to home." Oliver mengendarai mobilnya keluar dari basement dan berjalan menuju apartemen yang menjadi tempat tinggal Madeline selama di Milan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments