Jauh di Milan, seorang wanita saat ini sedang menggandeng anak laki-laki yang sebentar lagi menginjak usia empat tahun.
Ya, wanita itu adalah Madeline. Seorang ibu sekaligus ayah untuk putranya yang bernama Kenneth Marshall Spencer.
Keduanya keluar dari sebuah pusat perbelanjaan sambil membawa tas belanja yang berisi keperluan serta mainan untuk Kenneth nantinya saat ia kembali bekerja.
Sejak beberapa bulan melahirkan Kenneth, Madeline memutuskan kembali bekerja sebagai dokter onkologi di sebuah rumah sakit yang ada di kota Milan. Tentu semua itu berkat bantuan Piero yang memiliki rekan bisnis yang bergerak di bidang kesehatan.
Sementara Kenneth, bocah berusia empat tahun itu ia titipkan kepada Daddy-nya yang memutuskan untuk pensiun karena ingin menghabiskan waktu bersama anak dan cucunya itu.
Jadilah Madeline bekerja untuk menghidupi kedua orang tersayangnya, meskipun sepupunya sering kali mengirimkan uang dengan alasan untuk jajan kenneth. Hal itu tak membuat Madeline berpangku tangan kepada sepupunya. Toh, sepupunya juga sudah memiliki keluarga sendiri yang harus ia hidupi.
"Mommy, aku sudah memiliki mainan ini. Lalu untuk siapa yang ini?" tanya Kenneth sambil menunjukkan kotak mainan yang berisi mobil remote.
Madeline menatap putranya sambil mengelus surainya yang begitu mirip dengan Pierre yang tak lain mantan suaminya itu.
"Itu untuk Clovis, boy. Mobilan Clovis rusak karena di tabrakan ke tembok dan tak bisa lagi di gunakan." ucap Madeline dengan lembut. Saat itu Kenneth sedang berada di mansion sepupunya untuk mengajak putranya bermain di sana sekaligus bertemu dengan Clovis. Kenneth yang saat itu memainkan mobil remote Clovis, dengan tak sengaja menekan tombol hingga mobilan itu melaju dengan kencang hingga menabrak tembok dan akhirnya hancur.
Kenneth yang mendengar ucapan Mommy-nya merasa bersalah. Karena itu semua adalah salahnya, tapi ia tak bisa berbuat banyak selain meminta maaf pada Clovis yang saat itu menangis karena mainan kesayangannya rusak.
"Maaf, Mommy." ucapnya sambil menundukkan kepala.
Madeline mengangguk, langsung menangkup wajah putranya yang begitu lucu. Ia menghadiahkan dengan sebuah kecupan di pipi.
"Mommy maafkan, boy. Lain kali harus hati-hati, okey. Jangan sampai seperti kemarin." pesan Madeline.
Kenneth mengangguk,"Baik, Mommy." ucapnya sambil sikap hormat.
Madeline langsung menggandeng tangan kecil putranya untuk masuk ke sebuah restoran jepang yang ada di mall itu.
Saat keduanya sedang menunggu pesanan datang, di kejutkan dengan kedatangan seorang pria yang saat ini berusaha masuk ke dalam kehidupan keduanya.
"Hello, boy," sapa pria itu yang kini duduk di samping kenneth.
Kenneth langsung menoleh, seulas senyum terbit dari bibir tipisnya.
"Uncle...," Kenneth langsung memeluk pria itu dengan penuh kerinduan, hidup tanpa sosok ayah membuatnya begitu banyak mencari perhatian dengan pria itu.
Madeline yang melihat pun ikut tersenyum,"Oliver? Apa kau mengikuti kami?"
Ya, pria itu bernama Oliver. Salah satu pria yang saat ini sedang mendekati Madeline. Awal mengenal Madeline adalah saat keduanya harus di libatkan dalam operasi besar pada pasien yang komplikasi saat itu.
Oliver yang merupakan dokter jantung, begitupun dengan Madeline yang merupakan dokter onkologi.
Kedekatan keduanya sering kali menjadi perbincangan sekitar. Dan tak hanya itu, ia juga sering kali menjadi bahan ejekan sepupunya yang meminta untuk segera menikah.
Menikah? Yang benar saja? Sampai saat ini Madeline belum berani untuk membuka hati, cukup Pierre saja yang menyakiti dirinya. Jangan sampai pria lain melakukan hal sama seperti yang dilakukan Pierre kepadanya.
Perihal perasaan Madeline kepada Pierre. Madeline sendiri sudah bisa memastikan jika tak ada lagi nama pria itu di hatinya, hanya saja ia tak ingin terlibat hubungan dengan siapapun sampai benar-benar dirinya siap.
Oliver, pria itu mendengar ucapan Madeline hanya bisa tertawa.
"Kau ini terlalu percaya diri, nona Marshall,"
"Lantas, apa yang kau lakukan sampai bisa tahu kita ada disini?" tanya Madeline yang tak ingin asumsinya di salah artikan.
Oliver hanya mengedikkan bahu,"Entahlah, aku kebetulan ingin membeli dasi untuk pertemuan bulan depan. Bukankah kita berdua adalah perwakilan?" tanya oliver.
Madeline yang mendengarnya langsung menepuk dahinya. Bisa-bisanya ia melupakan agenda penting itu karena terlalu sibuk menghabiskan waktu bersama Kenneth.
"Astaga! Bagaimana aku bisa lupa seperti ini." seru Madeline.
Oliver hanya bisa tersenyum menatap Madeline, wanita itu menurutnya begitu lucu jika sedang panik seperti itu.
"Maka dari itu aku mengingatmu," ucap Oliver sambil menyesap minuman yang ia pesan tadi.
Madeline pun ikut tersenyum. Sungguh, Madeline sendiri belum mempersiapkan apapun termasuk pakaian yang akan ia kenakan nanti. Tapi untungnya, Oliver mengingatkan dirinya hingga dirinya masih ada waktu untuk mencari barang yang ia perlukan.
"By the way, thank's sudah mengingatkan aku. Mungkin setelah ini aku akan mencari pakaian untukku,"
Oliver mengangguk,"Dengan senang hati, nona cantik." balasnya sambil melontarkan pujian.
Madeline yang mendengarnya pun langsung bersemu merah. Jarang sekali ia di puji oleh lawan jenis selain para sepupu tampannya itu.
"Jangan memujiku, aku malu dengan Kenneth," ucap Madeline.
Oliver sampai berdecak melihat Madeline tersipu malu, pria itu menoleh ke arah Kenneth yang sejak tadi menjadi pendengar setia.
"Kenapa harus malu, harusnya kau senang." ucap Oliver. Pria itu menatap Kenneth.
"Kenneth, Mommymu cantik, bukan?" tanya Oliver.
Kenneth mengangguk dengan penuh semangat,"Mommy selalu cantik di mataku, uncle." jawabnya.
Aish, rasanya ingin sekali Madeline bersembunyi di balik tumpukan jerami saking malunya saat ini.
"Kalian ini bicara apa, sih."
"Sudah, ayo kita makan. Makanan sudah datang," suruh Madeline saat melihat makanan yang mereka pesan sudah ada di hadapan.
Kedua pria beda generasi itu mengangguk, lalu mereka hormat ke arah Madeline.
"Siap, Mommy." jawabnya dengan bersamaan.
Dan lagi, Madeline tak mampu lagi menutupi rona merah di wajahnya. Tapi untuk kali ini ia abaikan, mengingat mereka harus mengisi perutnya yang sejak tadi keroncongan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Juli Yanti
pertemuan pertama bersama piere
2023-06-11
1