LAL 2 - Pertemuan bulan depan

Arsen menggelengkan kepala,"Tidak ada, adanya bulan depan," jawabnya.

"Bulan depan?" tanya Pierre dengan penasaran.

Arsen ponsel dari saku jas yang ia kenakan, pria itu memberikan tentang jadwal yang akan Pierre lakukan bulan depan.

"Bulan depan ada pertemuan dari himpunan dokter onkologi antar negara, dan kau sebagai pemimpin sekaligus bagian dari dokter di haruskan untuk datang." jelas Arsen. Pria itu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas.

Pertemuan? Antar negara? Pierre memang tahu akan tentang ini. Tentang pertemuan yang di adakan beberapa tahun sekali dan melibatkan dokter-dokter hebat di negaranya.

Kurang lebih lima tahun lalu, pertemuan itu di hadiri oleh Madeline yang tak lain dokter onkologi paling berkompeten di rumah sakit ini.

Tapi sekarang? Entahlah, siapa yang ini mewakilkan rumah sakit ini.

"Apa bisa di wakilkan dengan yang lain saja?" Tanya Pierre. Ia tak lagi memiliki semangat untuk ikut dalam kegiatan besar ini, Pierre hanya ingin kembali ke apartment untuk mengurung diri.

Arsen menggelengkan kepala. Sejak awal ia sudah memprediksi jika Pierre akan menolak untuk datang, tapi perintah tuan Spencer tak bisa ia abaikan begitu saja atau nanti dirinya itu di salahkan dalam hal ini.

"Tidak bisa, Tuan Spencer sendiri yang memintamu untuk menghadirinya kali ini. Soalnya beberapa tahun terakhir ialah yang selalu datang mewakili rumah sakit ini setelah Madeline mengundurkan diri," jawab Arsen.

Pierre berpikir sejenak. Ingin menolak ia pun tak ada kuasa, mengingat tuan Spencer masih ikut campur dalam urusan rumah sakit, meskipun tidak sepenuhnya seperti sebelumnya.

"Di mana pertemuan itu dilaksanakan?" tanya Pierre.

"Di Milan."

Milan? Nama kota yang berada di belahan bumi utara, tempat di mana sering kali ia kunjungi. Berharap menemukan Madeline di sana, mengingat Madeline pernah bercerita jika ia memiliki sepupu yang tinggal di sana.

Toh, siapa tahu ia disana. Tapi itu semua nihil, ia tak menemukan apapun di sana.

Pierre meraup oksigen dengan rakus, mengisi paru-parunya yang terasa gersang saat ini. Tak ada yang lebih menyakitkan daripada memupuk penyesalan seperti yang Pierre rasakan saat ini.

"Aku akan usahakan untuk datang," jawabnya setelah beberapa saat diam.

Arsen mengangguk, pria berjalan mendekati Pierre dan menepuk bahu kekar pria itu.

"Kau harus datang, siapa tahu di sana banyak dokter cantik dan bening seperti bihun," selorohnya dengan penuh semangat.

Pierre langsung menatap nyalang ke arah Arsen, seakan meminta penjelasan akan ucapan pria itu.

"Apa maksudmu? Apa kau pikir aku menghadiri pertemuan ini untuk mencari jodoh,"

"Ya siapa tahu, yang namanya jodoh tidak kemana, bukan?"

Ucapan Arsen tidak salah memang, hanya saja dirinya begitu terusik dengan hal itu. Mencari jodoh? Di umurnya yang sudah matang seperti ini memang dirinya membutuhkan pasangan hidup. Pasangan yang akan menemani dalam suka duka...

Tapi, mencari itu semua tidak seperti mencari sebongkah emas di toko perhiasan. Tidak semudah itu! Ia perlu mencari tahu asal-usul sampai tentang dari wanita yang akan ia pilih. Ia tak ingin kecolongan seperti saat menjalin hubungan dengan Yara di belakang Madeline.

Yang tanpa Pierre ketahui, jika wanita itu mendekati agar mendapatkan apa yang diinginkan. Yaitu uang Pierre saja.

"Sampai saat ini kau tak tahu kabar Madeline?"

Arsen menggelengkan kepala,"Aku tak pernah mencari tahu kabarnya, aku khawatir saat aku mengetahuinya akan menjadi celah untukku mendapatkan dirinya." jawab Arsen. Ia tak pernah bohong tentang apapun yang ia ucapkan kepada Pierre. Termasuk tentang dirinya yang pernah menaruh perasaan dengan dokter cantik itu.

Pierre langsung menatap jengah ke arah Arsen, pria itu memang mampu membuat suasana hati dan pikirannya kacau hanya dengan menyebut nama Madeline.

"Lupakan perasaan bodoh itu, karena sampai kapanpun kau takkan bisa mendapatkan itu," tekan Pierre.

Arsen hanya tersenyum miring,"Aku takkan mungkin bisa lupa, Pierre. Bahkan, sampai saat ini rasa itu masih nyata aku rasakan. Dan kau jangan lupa, selain aku dan kau. Masih ada Raiden yang masih menaruh perasaan terlarang itu kepada Madeline." Ingat Arsen.

Pierre terdiam, ia pikir selama ini saingannya adalah Raiden. Namun ternyata salah, banyak di luar sana yang menanti Madeline. Bahkan menerima Madeline setelah menjanda darinya.

Ia semakin menyesal karena melepas Madeline, ia takut membayangkan Madeline yang hidup bahagia bukan dengan dirinya.

"Mungkin jika sedang mengenakan seragam kerja, kita adalah rekan kerja. Tapi jika di luar, kita tetaplah lawan," Arsen menekankan pada Pierre tentang batasan di antara keduanya.

"Aku permisi," pamitnya.

Arsen langsung berlalu meninggalkan Pierre, pria itu membuka tuas pintu ruangan kerja Pierre. Lalu setelah itu menoleh ke arah pria itu.

"Oh iya aku lupa, nanti malam kau ada jamuan makan dengan rekan Daddymu di restoran yang ada di pinggir kota Los Angeles," Arsen sampai melupakan hal itu karena membahas Madeline yang tak ada hentinya.

Bagi Arsen sendiri, Madeline adalah cewek sempurna di mata. Tidak hanya cantik, pintar dan dewasa. Wanita itu memiliki daya pikat tersendiri bagi arsen, yaitu cerewet. Wanita itu banyak sekali berbicara hingga pada akhirnya wanita itu pergi.

Dan Arsen sangat merindukan suara berisiknya itu.

Dan kini, hanya tinggal Pierre seorang diri diruangan kerjanya. Pria itu berkali-kali menyugarkan rambutnya dengan tangan.

"Argh!" Pierre tak tahu lagi harus melakukan apa saat ini, ia tak bisa berpikiran dengan jernih.

"Lebih baik aku cari makan saja, setelah itu baru kembali berpikir." Pierre melepas jas putih yang membalut tubuhnya. Lalu pria itu berjalan keluar ruangan menuju lift yang letaknya tak jauh dari ruangan kerja miliknya.

Sambil menunggu lift terbuka, Pierre memainkan ponsel miliknya. Ia berselancar di internet sambil mencari tahu keberadaan Madeline dari media sosial milik wanita itu.

Namun tetap saja nihil, media sosial milik wanita itu terakhir kali aktif adalah lima tahun lalu.

Ting! Suara lift terbuka. Pierre langsung segera masuk dan menekan tombol lift untuk sampai ke lantai bawah.

Pierre langsung keluar dari lift setelah sampai di lantai yang ia tuju, ia terus berjalan melewati lorong rumah sakit yang terlihat sedikit sepi.

Pierre terus melangkahkan kakinya hingga ia tak menabrak seseorang.

"Lain kali gunakan matamu untuk berjalan, lihat kalau ada orang." ucap seorang pria dengan nada yang terdengar begitu kesal.

Pierre seperti kenal dengan suara itu, ia sering kali mendengar suara itu saat dirinya memohon untuk memberitahu kepadanya tentang keberadaan Madeline.

"Raiden...,"

"Long time no see, direktur Pierre Cardin Spencer." ucapnya dengan tersenyum sinis. Jika mengingat tentang Pierre, Raiden jadi ingat dengan Madeline yang selalu menangisi pria itu. Maka dari itu, sampai kapanpun Raiden takkan memberitahu keberadaan Madeline kepada Pierre meskipun pria itu menyerahkan nyawanya sekalipun kepadanya.

Seperti biasa, Pierre takkan mengambil pusing ucapan Raiden. Ia akan terus meminta kepada Raiden untuk memberitahu kepada tentang keberadaan Madeline, meski Pierre sadar jika itu adalah hal yang nihil.

"Aku sibuk mencari Madeline, tapi sampai saat ini tidak ketemu juga. Mungkin kau bisa berbaik hati memberitahu padaku tentang keberadaan Madeline." jawabnya dengan tenang namun penuh dengan harap.

Raiden kembali tersenyum miring, pria itu sudah bisa menebak sebelumnya. Namun pria itu sengaja agar bisa melontarkan kata-kata menyakitkan kepada Pierre sebagai balasan karena telah menyakiti Madeline.

"Kau ingin tahu, tuan Spencer?"

Pierre dengan penuh harap mengangguk,"Tentu, sangat ingin."

Raiden berjalan mendekati Pierre, dan tangannya mendorong bahu Pierre hingga membuat Pierre mundur selangkah.

"In your dream! Cari saja sendiri." Setelah mengatakan itu, Raiden langsung berlalu meninggalkan Pierre yang masih terdiam.

Pierre perlahan sadar saat Raiden sudah jauh darinya, ia memutuskan untuk pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sejak tadi terus bernyanyi tanpa henti.

Episodes
1 LAL 1 - Empat tahun kemudian
2 LAL 2 - Pertemuan bulan depan
3 LAL 3 - Seorang pengagum?
4 LAL 4 - Pendekatan Oliver
5 LAL 5 - Anggap teman dekat
6 LAL 6 - Karma Yara
7 LAL 7 - Pesan Tuan Betrand
8 LAL 8 - Belajar Malu
9 LAL 9 - Setajam silet
10 LAL 10 - Kebersamaan dua pria
11 LAL 11 - Sedikit tentang Madeline dan Pierre
12 LAL 12 - Keberangkatan
13 LAL 13 - Bertemu?
14 LAL 14 - Bertemu setelah berpisah
15 LAL 15 - Berbicara dengan Daddy Garry
16 LAL 16 - Sudah berdamai dengan masa lalu?
17 LAL 17 - Keputusan Madeline
18 LAL 18 - Pierre yang tak waras
19 LAL 19 - Kelakuan Pierre
20 LAL 20 - Pertemuan dengan Kenneth
21 LAL 21 - Karma?
22 LAL 22 - Hadiah dari Arsen
23 LAL 23 - Traktiran dari Pierre
24 LAL 24 - Mati rasa?
25 LAL 25 - Tamu tak terduga
26 LAL 26 - Gambar menyakitkan
27 LAL 27 - Perdebatan
28 LAL 28 - Keajaiban Pierre
29 LAL 29 - Bicara Berdua
30 LAL 30 - Kemarahan Seorang Ayah
31 LAL 31 - Cerita panjang
32 LAL 32 - Kenneth yang jujur
33 LAL 33 - Ketahuan bohong
34 LAL 34 - Mencoba berteman
35 LAL 35 - Takkan mampu menggantikan waktu yang berlalu
36 LAL 36 - Kabar mengejutkan
37 LAL 37 - Menguping
38 LAL 38 - Ajakan Madeline
39 LAL 39 - Ingin di andalkan
40 LAL 40 - Pertemuan dengan keluarga Spencer
41 LAL 41 - Perjuangan di mulai
42 LAL 42 - Menemani
43 LAL 43 - Mengikuti
44 LAL 44 - Mendekati janda
45 LAL 45 - pemandu wisata
46 LAL 46 -
47 LAL 47 - Intimidasi
48 LAL 48 - Cambuk
49 LAL 49 - Kejutan
50 LAL 50 - Makan malam bersama
51 LAL 51 - Bisikan
52 LAL 52 - Seputar Perasaan
53 LAL 53 - Perpisahan
54 LAL 54 - Tak bisa menahan
55 LAL 55 - Ungkapan Pierre
56 LAL 56 - Berusaha menerima
57 LAL 57 - Meminta restu
58 LAL 58 - Keputusan Mendadak
59 LAL 59 - Akhir yang bahagia
60 Karya baru - Imperfect Wedding
Episodes

Updated 60 Episodes

1
LAL 1 - Empat tahun kemudian
2
LAL 2 - Pertemuan bulan depan
3
LAL 3 - Seorang pengagum?
4
LAL 4 - Pendekatan Oliver
5
LAL 5 - Anggap teman dekat
6
LAL 6 - Karma Yara
7
LAL 7 - Pesan Tuan Betrand
8
LAL 8 - Belajar Malu
9
LAL 9 - Setajam silet
10
LAL 10 - Kebersamaan dua pria
11
LAL 11 - Sedikit tentang Madeline dan Pierre
12
LAL 12 - Keberangkatan
13
LAL 13 - Bertemu?
14
LAL 14 - Bertemu setelah berpisah
15
LAL 15 - Berbicara dengan Daddy Garry
16
LAL 16 - Sudah berdamai dengan masa lalu?
17
LAL 17 - Keputusan Madeline
18
LAL 18 - Pierre yang tak waras
19
LAL 19 - Kelakuan Pierre
20
LAL 20 - Pertemuan dengan Kenneth
21
LAL 21 - Karma?
22
LAL 22 - Hadiah dari Arsen
23
LAL 23 - Traktiran dari Pierre
24
LAL 24 - Mati rasa?
25
LAL 25 - Tamu tak terduga
26
LAL 26 - Gambar menyakitkan
27
LAL 27 - Perdebatan
28
LAL 28 - Keajaiban Pierre
29
LAL 29 - Bicara Berdua
30
LAL 30 - Kemarahan Seorang Ayah
31
LAL 31 - Cerita panjang
32
LAL 32 - Kenneth yang jujur
33
LAL 33 - Ketahuan bohong
34
LAL 34 - Mencoba berteman
35
LAL 35 - Takkan mampu menggantikan waktu yang berlalu
36
LAL 36 - Kabar mengejutkan
37
LAL 37 - Menguping
38
LAL 38 - Ajakan Madeline
39
LAL 39 - Ingin di andalkan
40
LAL 40 - Pertemuan dengan keluarga Spencer
41
LAL 41 - Perjuangan di mulai
42
LAL 42 - Menemani
43
LAL 43 - Mengikuti
44
LAL 44 - Mendekati janda
45
LAL 45 - pemandu wisata
46
LAL 46 -
47
LAL 47 - Intimidasi
48
LAL 48 - Cambuk
49
LAL 49 - Kejutan
50
LAL 50 - Makan malam bersama
51
LAL 51 - Bisikan
52
LAL 52 - Seputar Perasaan
53
LAL 53 - Perpisahan
54
LAL 54 - Tak bisa menahan
55
LAL 55 - Ungkapan Pierre
56
LAL 56 - Berusaha menerima
57
LAL 57 - Meminta restu
58
LAL 58 - Keputusan Mendadak
59
LAL 59 - Akhir yang bahagia
60
Karya baru - Imperfect Wedding

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!