Silau matahari membangunkaku. Aku bahkan tidak dapat tidur nyenyak setelah sedikit berdebat dengan lucas tadi malam, tentang rencanaku untuk menggoda direktur Ruby. Kata-katanya selalu berhasil menggangguku, mungkin karena aku menganggapnya sebagai saudara.
“Selamat pagi, apa tidurmu nyenyak?” Lucas menyapaku setelah dia baru melihatku bangun tidur, ya dia menginap, aku tahu dia berusaha keras untuk tidak membentakku sejak kemarin. Aku akan menangis jika itu terjadi.
“Selamat pagi, dan ya tidurku tidak nyenyak jika kamu penasaran," balasku malas, aku tahu pagi ini mungkin kami akan berdebat lagi. Ini hari libur, dan dia tidak akan pergi sampai bisa memarahiku.
“Cepat mandi, dan segera ke meja makan, aku akan membuatkanmu sandwich pagi ini.” Lucas sudah bersiap di dapur, mengenakan kaos oblong berwarna hitam, dengan celana pendek hitam dan pastinya dia sudah mandi.
Aku bergegas untuk mandi, di kamar mandi aku menyiapkan semua jawaban yang kira-kira akan lucas debatkan kembali denganku, tapi otakku tidak bisa berfikir, aku benar-benar tidak ingin bertengkar dengannya, aku sangat menyayanginya, aku tidak pernah membantah apapun yang dia bilang itu tidak baik, karena aku percaya padanya. Namun kali ini aku bertekad untuk tidak mendengarnya.
Beberapa waktu kemudian, aku keluar dari kamar dengan memakai pakaian santai seperti biasa. Kemeja besar berwarna putih dan hanya menggunakan menggunakan hotpants pendek berwarna hitam, kami tidak pernah canggung satu sama lain, aku mengganggap lucas sebagai keluargaku dan begitupun sebaliknya.
Di meja makan hanya tersisa 1 sandwich, itu berarti dia tidak menungguku untuk makan bersama, dia pasti benar-benar berencana untuk bertengkar denganku. Aku menghabiskan sandwichku dan menghampiri lucas yang sedang menonton tv, aku duduk di sampingnya berharap dia tidak menyinggung apapun tentang Ruby. Dia memindaiku dari atas sampai bawah dengan mata sinisnya.
"Kanapa kau selalu berpakaian seperti itu?" tanyanya tanpa melihatku. "Seperti apa? Bukankah aku memang seperti ini sejak dulu," aku menjadi kesal karena dia menyinggung caraku berpakaian. "Bukan berarti jika aku tidak pernah menegurmu, kamu bisa selalu memakainya." Nadanya menjadi sedikit lebih tinggi. "Sebenarnya apa yang kamu bicarakan, bukankah kita selalu santai, lagi pula aku tidak bertelanjang, apakah kamu akan memperk*saku jika aku terus-menerus berpakaian seperti ini?"
Dia menatapku marah, tanggannya mengepal mencoba menahan emosinya. Aku tahu kata-kataku berlebihan, tapi dia juga keterlaluan menyinggung tentang hal yang bahkan tidak sedikitpun pernah kami debatkan.
"Jangan bicara omong kosong." Lucas terus menatapku dengan tajam. Aku benci situasi ini, aku tidak bermaksud untuk bertengkar dengannya hanya karena Ruby. Dia memalingkan mukanya dan beranjak pergi menuju balkon apartemen. Aku mengikutinya, dia sedang merokok dengan ekspresi marah yang sangat jelas.
Aku menghampirinya, memeluknya dari samping, namun setelah hampir 15 menit berlalu, lucas tidak bersuara sedikitpun, dia bahkan terang-terangan mengabaikanku.
“Hey kenapa kau tidak pergi berkencan di hari libur ini?” Aku mengalah, membuka percakapan terlebih dahulu. “Rania sedang ke paris, ada pemotretan selama beberapa hari." Ya Rania pacarnya adalah seorang model, dia cantik tinggi dan seksi. Kecantikannya seperti orang-orang eropa pada umumnya. Tapi yang lebih membuatnya menarik adalah dia pintar, ramah, dan sangat baik. Lucas beruntung mendapatkannya.
Ada keheningan kembali, aku tahu lucas sedang menahan diri untuk mengahardikku. “Berhenti marah, kenapa kamu semarah ini?” aku mendongak menatap wajahnya yang sedang fokus melihat jalanan. Mengamati kendaraan yang sedang lalu lalang.
“Kamu tahu alasanku," jawabnya singkat.
“Hanya kali ini saja, tolong jangan halangi aku.”
“Dengarkan aku (lucas memutar tubuhku menghadapnya, dan wajah kita berhadap-hadapan, ekspresinya marah) kamu tahu aku sangat mencemaskanmu. Jika dia benar-benar tergoda padamu dan menganggap itu cinta, kamu salah besar, dia menghianati istrinya. Di kemudian hari dia juga bisa menghianatimu, kamu mengejar pria tua karena ingin hubungan yang serius, dan tidak suka pria muda karena menganggap mereka selalu menginginkan tubuhmu. Namun mereka tidak berbeda, pria tua beristri itu juga sama, Direktur yang sedang kamu rencanakan untuk digoda itu dia juga menginginkan tubuhmu, jika dia mau kamu, itu hanya tentang se*ks.” Lucas menekankan kata terahirnya.
“Kata-katamu menyakitiku, apakah aku tidak pantas mendapatkan cinta dari siapapun, apakah itu maksudmu?” aku benar-benar tersinggung dengan kata-katanya. Aku tahu maksud lucas, tapi itu tetap membuatku sakit hati dengan dia mengatakan bahwa mereka hanya menginginkan tubuhku. lucas tahu aku akan merayu direktur Ruby dengan tubuhku, tapi mendengar langsung dari lucas bahwa mereka hanya tetarik dengan tubuhku membuat ku sakit.
“Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku hanya ingin kamu sadar, kamu mengerti maksudku dengan baik." Dia menatap lekat mataku. Matanya memancarkan kekhawatiran, dia sangat menyayangiku, aku tahu itu. "Lalu apa maksudmu? aku harus mencari laki-laki yang tidak berminat melakukan hubungan badan denganku? Dan hanya akan tersenyum bahagia sepanjang hidup merasa cukup hanya dengan kata cinta?" Air mataku mulai menggenang, suaraku gemetar.
"Kamu akan menemukannya, aku yakin, kelak akan ada seseorang yang mencintaimu karena hatimu bukan tubuhmu, yang akan menerima semua buruk dan baikmu." Lucas mencium pucuk kepalaku.
“Aku tidak ingin bertengkar denganmu, aku mengenalmu lebih dari diriku sendiri. Kamu akan selalu disampingku seberapapun gelapnya jalan yang aku pilih.”
Aku memeluknya, menyandarkan kepalaku pada dada bidangnya. Saat memeluknya aku selalu merasa kenyamanan, berharap bahwa dia benar-benar kakak kandungku, yang akan melindungiku sejak kecil sehingga aku tidak mengalami hal-hal buruk dimasa lalu. Mungkin jika dia kakakku tidak akan mungkin aku menjalani hidup yang kotor ini.
“Aku akan baik-baik saja, aku berjanji, tolong jangan marahi aku seperti ini. Setiap kamu menaikkan suaramu padaku itu membuat hatiku sakit sekali.” Aku menatapnya yang sedang balas memelukku. Namun pandangannya tetap pada jalanan yang ramai disana. “Jangan marah lagi, aku hanya punya kamu, aku tidak ingin berdebat.” Perlahan lucas mengelus punggungguku.
“Berhenti menjadi menyebalkan. Aku hanya tidak ingin kamu terluka, itu saja. Jika suatu hari istrinya tahu, kamu bahkan tidak bisa menjamin apakah dia akan memilihmu atau istrinya.” Suaranya melemah.
Aku tidak menjawabnya lagi, aku tahu hari itu akan terjadi suatu saat, namun aku sedang jatuh cinta saat ini, aku hanya berfikir tentang mendapatknya. Bagaimanapun akhirnya aku tahu aku memang akan terluka, tapi sebelum itu terjadi aku ingin merasakan kesenangan dan kebahagiaan terlebih dahulu.
Hari libur kali ini sangat berbeda, biasanya aku akan menghabiskan waktu dengan menonton film kesukaanku bersama lucas, lalu bercerita hal-hal yang lucu, tapi sekarang lucas sedang marah padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments