Empat

Sam tidak ada di dalam kelasnya. Itulah sekiranya yang Alyna ketahui dari teman sekelas mereka saat seseorang memberitahunya. Alyna langsung berlari ke ruang guru untuk menemui wali kelas mereka.

“Dia tidak pernah mengerjakan tugasnya. Hampir setiap saat diberi tugas. Dan kamu datang tiba-tiba untuk membelanya? Alyna, kamu murid yang pintar di sekolah ini. Samudera itu anak yang akan membawa dampak buruk buatmu.”

Alyna mendengus kesal, “Buk, dengar saya dulu. Buku tugas Sam ada pada saya. Ini.”

Cepat-cepat Alyna mengeluarkan buku catatannya sendiri kepada Bu Melva. Gadis itu berharap Bu Melva yang jarang sekali masuk ke kelasnya tidak mengenali tulisannya yang sengaja ia buat sekacau mungkin.

Mata guru setengah baya itu dengan teliti mengecek setiap rangkai kalimat demi kalimat dalam buku catatan itu.

“Jadi…”

“Saya yang meminjam catatan milik Sam. Saya lupa hari ini ada pelajaran bahasa. Dan lagi, saya telat datang ke sekolah.” terang Alyna mengada-ada.

Wanita setengah baya itu mengangguk-anggukkan kepalanya, serasa mulai percaya dengan apa yang dikatakan Alyna barusan.

“Samudera sendiri yang mengatakan dia tidak mengerjakan tugas terang-terangan didepan saya.”

“Buk, ibuk seperti tidak mengenali bagaimana Sam. Dia lebih baik dihukum agar tidak mengikuti dua jam pelajaran.” Ujar Alyna, dalam batin tertawa geli.

“Kalau begitu, katakan pada Sam dia boleh pergi dari lapangan upacara. Bilang juga padanya dia boleh mengambil buku ini dan menemui saya.”

Alyna tersenyum girang, “Terimakasih Buk.” ucapnya, lalu berlari meninggalkan ruang guru.

Alyna mencari Sam kesana-kemari di lapangan upacara, namun tak menjumpainya, bahkan ujung hidungnya pun tidak. Gadis itu mendengus kesal.

Saat dia duduk di anak tangga, barulah ia melihat apa yang semestinya tidak ingin dia lihat. Mati-matian dia memperjuangkan Sam, laki-laki itu tengah membantu membawakan tumpukan buku di samping Ghea, ya, Ghea.

‘Tit..tit..tit..tit..’

Alyna membuka matanya tiba-tiba, saat jamnya berbunyi tepat pada pukul 12 malam. Dia duduk di atas kasurnya. Kedua tangannya mengusap wajah lelahnya dan baru saja menyadari bahwa dia telah ketiduran selama tiga jam.

“Mimpi buruk Alyna…” gumamnya lirih.

Entah kenapa sering sekali dia memimpikan masa lalunya, dan segala hal yang tidak ingin dia ingat kembali tentang Sam, dengan mudahnya muncul begitu saja di mimpinya. Gadis itu mengambil ponselnya. 4 pesan dari Don serasa membombardir ponselnya.

“Hey, honey, bagaimana keadaanmu?”

“Honey, aku telah bertemu dengan customer baru kita.”

“Honey, kau kemana saja sih? Kau yakin kau baik-baik saja?”

“Alyna, balaslah pesanku. Aku masih menunggumu sampai larut malam.”

Alyna menghela nafas. Mau tak mau dia harus menghubungi Don. Ditekannya tombol panggilan pada nomor kontak Don.

Nada panggilan tersambung, namun belum diangkat. Alyna bahkan yakin jika Don tidak akan mengangkatnya lantaran ini memang sudah tengah malam. Namun perkiraannya salah, seseorang mengangkat panggilan itu.

“Halo, honey? Ada apa?”

“Don, tidak, aku hanya ingin memastikan padamu kalau aku baik-baik saja. Aku…”

“Kau ketiduran. Aku tahu itu.”

“Kalau begitu, kau tidak perlu khawatir lagi setiap kali aku tidak membalas pesanmu.”

“Jangan begitu Alyna, aku yang membawamu kesini. Kau menjadi tanggung jawabku. Tempat ini bukan tempat untuk seorang introvert sepertimu.”

Alyna tertawa, “Baiklah, terimakasih atas rasa khawatirmu.”

“Kau pasti belum makan.”

“Tebakan yang salah. Aku bahkan menghabiskan satu kotak penuh susu cair setelah makan.”

“Kalau begitu, kau pasti belum mandi.”

“Aku bisa mandi besok pagi-pagi sekali.”

“Setelah itu, datang ke kantor kita, oke?”

“Baiklah…” jawab Alyna lirih.

“Alyna, aku mau kau bahagia sepertiku. Maksudku menikmati pekerjaan kita disini.”

“Dasar sok tahu! Aku senang, Don. Aku hanya sedikit lelah.”

“Kau lelah pikiran. Dari awal aku tahu. Bahkan sebelum kita saling berkenalan.”

Alyna diam. Don memang teman baiknya yang selalu bisa menebak segala sesuatu tentang dirinya.

“Aku harap aku bisa memperbaikinya.”

“Memperbaiki? Tidak ada yang rusak. Menurutmu jiwaku terganggu?”

“Bukan begitu, honey, maksudku…”

“Kamu telah banyak membantuku, Don. Kau dan ayahmu. Aku sangat-sangat berterimakasih untuk hal itu.”

“Hey, ini diluar pekerjaan. Ayahku memang benar-benar suka dengan hasil dari kerja kerasmu. Tapi masalah ini bagiku berbeda, Alyna. Aku ingin membantumu dari segi yang lain. Bisakah kau lebih terbuka padaku?”

“Aku kehilangan kedua orangtuaku.”

“Aku sungguh minta maaf untuk hal itu…”

“Don, mereka bercerai. Aku tidak akan memihak salah satu dari mereka, tidak akan pernah.”

“Honey, kau sudah pernah mengatakannya. Tapi, pasti ada hal lain yang lebih memenuhi kepalamu.”

Alyna diam lagi untuk yang kesekian kalinya. Tidak mungkin dia menceritakan tentang Sam. Dia tidak akan pernah siap untuk bercerita tentang itu.

“Tapi tenanglah. Aku tidak akan mengusut hal itu lebih dalam jika kau tidak mau. Cerialah kembali seperti sebelumnya lagi, Alyna. Hari ini tadi, kau nampak kacau.”

“Aku masih akan menjadi temanmu yang paling ceria. Aku janji, Don. Maaf ya kalau tadi aku merusak hari dengan mood-ku yang berantakan.”

“Tidak, bukan salahmu. Bukan salah seorang introvert sepertimu. Terimakasih honey. Kau bisa melanjutkan tidurmu, dan aku rasa aku mulai mengantuk.”

“Bye, Don.”

“Bye.”

Percakapan mereka pun berhenti. Alyna meletakkan ponselnya kembali di atas meja disamping kasurnya. Ia kembali membenamkan tubuhnya dalam selimut lembut itu. Meskipun demikian, matanya tidak terlelap. Ia menatap langit-langit kamarnya yang gelap, yang terpapar cahaya bulan dari jendela apartementnya.

~

Terpopuler

Comments

cocowinter

cocowinter

Baru terjadi padaku tadi malam 😢

2023-06-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!