Tiga langkah kecil lagi, kaki gadis itu akan menyentuh segarnya air pantai pagi hari disini. Tapi, Alyna sengaja membiarkan ombak yang mengejarnya bukan dia yang mengejar ombak. Dia membiarkan Don berjalan kesana-kemari sendirian untuk berburu objek yang sekiranya pantas untuk dijadikan salah satu proyek foto barunya. Alyna duduk di bibir pantai, tak menghiraukan kemeja putihnya yang barangkali bisa saja kotor karena terkena pasir. Kilau cahaya matahari pagi membuat kedua mata Alyna sesekali menyipit.
“Don, bisa kita cari minum? Semakin panas juga ditempat ini.” teriak Alyna.
Don menghentikan kegiatannya. Laki-laki itu melangkah menghampirinya. Alyna mendongakkan kepalanya saat Don telah berdiri di sampingnya.
“Haus?”
Wajah Alyna kian cemberut dengan pertanyaan itu, “Menurutmu?” tukasnya ketus bak anak kecil yang merajuk.
Don tertawa renyah. “Bercanda, honey. Kita bisa mendapatkan es kelapa muda disekitar sini. Lihatlah, ada banyak penjaja es di sana.”
Don menunjuk ke arah dimana stand-stand itu berdiri. Stand-stand yang menjajakan banyak pilihan makanan yang sulit untuk dipilah mana yang paling enak.
Alyna mengernyitkan dahinya. Memilih salah satu stand yang cukup meyakinkan dan menarik baginya.
“Kesana.” ujarnya, lalu menarik tangan Don hingga langkah kaki laki-laki itu terseret-seret tak karuan.
“Wow, aku baru tahu kalau haus ternyata mampu membuatmu bersikap agresif seperti ini.” ledek Don, dan Alyna memutar bola matanya. Dia tidak peduli apa yang dikatakam sahabat laki-lakinya itu. Alyna hanya ingin minum.
“Kamu boleh menghujatku seperti apa pun itu, asal aku bisa membasahi tenggorokkanku. Aku haus sekali, Don.” tegasnya lagi. Don lantas merangkul bahu temannya perempuannya itu.
“Baiklah, apa pun jenis es yang kamu minta hari ini, aku yang akan membayarnya.”
Alyna tersenyum girang, “Memang harus begitu semestinya.” ucapnya senang.
~
Don mengamati jam tangannya, risau. Lantas berpaling pada Alyna yang masih sibuk melahap es dalam mangkuk es miliknya.
“Apa aku bisa melanjutkan tugasku lagi? Kita sudah agak lama disini, Alyna.”
“Tunggu sampai yang satu ini habis.” jawabnya, sambil mengunyah potongan-potongan daging alpukat dan kelapa muda yang bersatu dalam kuah santan susu yang nikmat. Don mendengus kesal.
“Kamu hampir menghabiskan tiga mangkuk.” komentar Don.
“Don, ini rasa es terbaik yang pernah kucoba. Menurutmu juga demikian bukan?”
“Aku rasa kamu lapar honey, bukan haus.”
“Kalau begitu, pergilah lanjutkan hunting fotomu sendirian. Aku tidak ingin selera kulinerku rusak karenamu.”
Don terkekeh, “Kau lupa? Kau akan menjadi modelku.”
Sesaat Alyna diam. “Baiklah, tapi, apa kau bisa mengambil fotoku berlatar belakang samudera yang bagus?”
“Ternyata selera pose-mu sama seperti yang kubayangkan. Kemeja putih itu akan cocok berbaur dengan birunya warna laut.”
Alyna tersenyum senang. Dia membersihkan mulutnya, lalu merapikan rambutnya yang sedari tadi diterpa angin.
“Aku tidak mungkin mengisi proyekmu dengan wajah senatural ini.”
“Tapi itu justru terlihat bagus. Kau cukup cantik, honey.”
“Ya, ya. Kau hanya merayuku sebab kau malas mencari model-model berkaki jenjang.”
“Ayolah, buat apa mencari model lain, jika temanku sendiri pantas menggantikan posisi mereka.”
Alyna tertawa geli, “Cukup dengan ocehanmu, Don. Kamu terlalu mengada-ada.”
“Aku berkata apa adanya.”
“Okey, aku sudah siap kalau begitu. Mana topiku?”
Don memasangkannya dikepala Alyna.
“Sempurna.” gumamnya.
“Ayo,” Don meraih tangan Alyna, dan membawa menuju ke bibir pantai kembali.
~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments