Ansel menghentikan aktivitasnya, kemudian memicingkan matanya ke arah Ridwan. “Clara tidak bercerita apa-apa tentang hal itu,” ucapnya lirih.
“Memangnya untuk apa dia bercerita tentang hal itu kepadamu? Kalau Clara menerima laki-laki itu, dia tidak perlu bercerita tapi dia akan langsung mengenalkan laki-laki itu kepada kamu!” celoteh Ridwan.
“Apa maksudmu?”
“Clara menolak cinta laki-laki itu,” terang Ridwan. Pria itu lalu berdecap pelan. “Yang begini saja kamu tidak paham. Bagaimana bisa kamu memahami perasaan perempuan? Pantas saja kalau selama ini kamu jomblo!”
Wajah Ansel seketika berubah masam. Suasana hati pria itu yang awalnya sangat bagus tiba-tiba saja berubah menjadi berantakan setelah mendengar cerita Ridwan. Di satu sisi dia kesal karena ada laki-laki yang lancang telah menyukai keponakannya. Namun, di sisi lain dia juga bertanya-tanya kenapa Clara menolak cinta laki-laki itu? Apa alasannya?
Melihat wajah Ansel yang tampak begitu kesal, Ridwan lantas tertawa terbahak-bahak. Pria itu tak bisa lagi menahan tawanya yang sudah ingin menyembur dari tadi. Dia sudah bisa memprediksi kalau Ansel akan sangat kesal setelah mendengar ceritanya. Dan hal tersebut terbukti benar-benar terjadi.
“Sudahlah, Ansel. Kamu mengaku saja kalau kamu menyukai keponakan angkatmu itu, ‘kan? Tidak usah mengelak lagi!” ujar Ridwan, berusaha untuk mendesak Ansel.
“Mana ada perasaan seperti itu. Aku sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa kepada Clara,” balas Ansel, lalu pura-pura sibuk memeriksa dokumen di komputer.
“Memangnya apa salahnya kalau kamu menyukai Clara? Dia bukan keponakan kandungmu. Kalian tidak punya ikatan darah apa pun. Jadi, rasanya sah-sah saja kalau kamu menyukai dia. Aku yakin kalau kamu tidak akan bisa mengabaikan perasaanmu lebih lama lagi.”
Ansel menghela napasnya. Kesal dengan apa yang diucapkan oleh Ridwan.
“Perasaanku untuk Clara hanyalah rasa sayang seorang paman kepada keponakannya. Tidak lebih!” ujar Ansel dengan tegas.
***
Setelah hari-hari yang mendebarkan berlalu, kini adalah saatnya murid-murid yang telah berjuang keras untuk menempuh ujian akan segera mendapatkan hasil. Siang itu, murid-murid sekolah Clara telah berkumpul di area aula sekolah. Orang tua murid juga ikut hadir dan duduk di bangku yang terpisah dengan para murid.
Clara menoleh ke sana ke mari, harap-harap cemas sebab dari tadi ia tidak melihat batang hidung Ansel. Gadis itu sangat berharap kalau Ansel akan hadir sebagai walinya di acara kelulusannya, namun sepertinya Tuhan berkehendak lain. Karena hingga acara di mulai, Ansel tak kunjung datang.
“Clara, kamu kenapa hanya diam saja?” tanya Mira yang duduk di samping Clara.
Clara menoleh ke arah Mira, kemudian menghela napasnya. “Sepetinya Om Ansel tidak datang,” jawabnya.
Mendengar hal tersebut, Mira pun menyisir pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Memang betul dia tidak dapat menemukan keberadaan Ansel di sana. Mira sedikit merasa heran, sebab selama ini Ansel tak pernah absen untuk datang di acara-acara sekolah Clara. Namun, supaya temannya tidak bersedih, Mira memilih untuk tidak membahasnya.
“Clara, mungkin saja saat ini Om Ansel sedang sibuk. Kata Kak Ridwan, beberapa hari belakangan di kantor mereka sedang sangat sibuk karena sebentar lagi mendekati waktu panen,” ucap Mira, berusaha untuk menghibur Clara.
Clara menghela napasnya. “Ya, mungkin saja begitu,” ucap Clara pada akhirnya meskipun dia sendiri ragu dengan ucapan Mira.
Selama ini, sesibuk apa pun Ansel, pria itu pasti akan meluangkan waktu untuk Clara. Tapi, tidak untuk hari ini. Oh, bahkan Clara sudah merasa jika ada sesuatu yang salah dengan Ansel selama satu tahun belakangan ini. Entah kenapa Clara merasa jika Ansel agak menjaga jarak darinya.
“Lebih baik kita fokus dengan pengumuman kelulusan ini. Aku sangat gugup, takut jika aku tidak lulus,” ucap Mira.
Clara terkekeh. “Aku yakin kita semua akan lulus, Mira,” balas Clara.
Acara pun dimulai, setelah kepala sekolah memberikan pidato sambutan, kini tiba saatnya pengumuman akan dilaksanakan. Para murid duduk dengan gelisah, begitu pula dengan orang tua yang hadir di sana.
“Hasil ujian seluruh siswa sekolah ini menyatakan bahwa kalian semua ... Lulus seratus persen!” seru kepala sekolah sambil menebarkan senyuman.
Seluruh siswa berseru kegirangan setelah mendengar pengumuman tersebut. Mereka sangat bahagia karena usaha mereka selama ini tidak sia-sia.
“Dan ada satu siswa sekolah ini yang mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran. Siswa ini adalah lulusan terbaik di sekolah ini dan juga juara tingkat nasional,” sambung kepala sekolah, membuat para siswa berbisik saling tanya siapa orangnya.
“Clara Antonio, selamat! Kamu adalah lulusan terbaik di sekolah ini dan juara tingkat nasional!” seru sang kepala sekolah, membuat para siswa dan orang tua bertepuk tangan.
Clara yang awalnya sedih karena Ansel tidak datang ke acara kelulusannya, kini merasa bahagia dengan apa yang telah dia capai. Dia merasa bangga dengan dirinya sendiri karena sudah menjadi juara.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Siti Orange
Mampir Thor
2023-06-10
1