Meminjam Uang

Tiada pilihan lagi untuk Adrian untuk mendapatkan suntikan dana demi terus berjalannya usaha yang lama dirintis oleh Pak Suryo.

"Pak Darman, saya pamit pergi dulu sebentar ya Pak. Nanti saya kesini lagi." Ucap Adrian sambil bergegas pergi.

"Mas mau pergi kemana? Mas Adrian." Panggil Pak Darman sedikit teriak.

Namun Adrian tanpa menghiraukan lagi panggilan Pak Darman. Dengan sedikit tergesa-gesa Adrian pergi meninggalkan kebun.

"Sebenarnya Mas Adrian mau pergi kemana? Mengapa sangat terburu-buru." Ucap Pak Darman lirih.

Pak Darman melanjutkan untuk terus memanen sayuran yang masih layak untuk dijual. Dan memisahkan dari sayuran yang sudah membusuk.

...***************...

"Assalamualaikum, permisi Pak."

Adrian yang kini sudah berada didepan pagar rumah Pak Andika. Terus mengucap salam, namun tak ada siapapun yang menemuinya.

Rumah Pak Andika adalah salah satu rumah paling mewah di kampung tempat tinggal Adrian. Tak ada kata menyerah, Adrian terus menerus memanggil Pak Andika dan sesekali memanggil nama Michi.

"Siapa lagi yang terus berteriak di luar itu, memangnya dia pikir rumahku ini hutan. Apa dia tidak tahu waktu, pagi-pagi sekali sudah mengganggu waktuku saja." Ucap Pak Andika yang saat ini sedang duduk memikirkan putrinya yang pergi dari rumah.

Suara yang terus menerus memanggilnya membuat Pak Andika semakin geram. Dia lupa kalau ternyata security sedang pergi mencari putrinya yang keluar dari rumah.

Dikarenakan tak ada siapapun yang berada dirumah, akhirnya Pak Andika memanggil salah satu asisten rumah tangga yang selalu berada dirumah.

"Bi Ijah, Bi..." panggil Pak Andika sambil bertolak pinggang saking kesalnya dengan suara orang yang telah berteriak sedari tadi.

Tak lama dari itu, Bi Ijah yang sudah berdiri di depan Pak Andika sambil berkata, " iya Tuan, ada apa Tuan memanggil saya."

"Coba Bi Ijah lihat, siapa yang ada di depan. Dari tadi teriak-teriak sudah mirip seperti Tarzan saja." Perintah Pak Andika pada Bi Ijah.

"Iya Tuan, kalau begitu Ijah pergi ke depan dulu untuk melihatnya," jawab Bu Ijah yang segera bergegas pergi menuju ke depan rumah.

"Ada apa denganku hari ini, selalu saja ada yang membuatku kesal, tadi Michi. Sekarang malah orang yang teriak-teriak tidak jelas," gumamnya sambil menjatuhkan badannya di sofa yang empuk.

Bi Ijah yang kini sudah berada di depan rumah pun segera menyapa Adrian yang masih berdiri diluar pagar rumahnya.

"Maaf Mas, kalau boleh tahu Mas ini siapa ya? Dan ada perlu apa dengan Tuan dan Nona." Tanya Bi Ijah.

"Saya Adrian Bu, teman sekolah Michi." Jawab Adrian dengan ramahnya.

"Apakah Pak Andika sekarang ada dirumah Bu? Saya ada sedikit perlu dengan beliau. Mohon disampaikan kepada beliau ya Bu," ucap Adrian dengan sangat memohon kepada Bu Ijah.

Bu Ijah tampak bingung, karena situasi saat ini sangat tidak baik. Pak Andika yang sedang kesal lantaran anaknya yang sekarang pergi dari rumah.

"Bagaimana Bu? Adrian minta tolong dengan sangat Bu. Tolong sampaikan kepada Pak Andika. Saya Adrian putra Pak Suryo." Ucapnya dengan sangat memohon.

Akhirnya Bu Ijah yang merasa tak enak dengan Adrian, memberanikan diri untuk menemui Pak Andika yang berada di ruang tengah.

"Bagiamana ya Mas, ya sudah kalau begitu. Mas Adrian tunggu disini dulu ya Mas. Saya coba panggilkan Tuan dulu." Ucap Bu Ijah yang segera pergi meninggalkan Adrian di luar pintu gerbang rumah.

"Iya baik Bu, terimakasih ya Bu," ucap Adrian dengan sopannya.

"Semoga saja Pak Andika mau menemuiku,"batin Adrian.

Bu Ijah yang sudah berada disamping Pak Andika memberanikan dirinya untuk memanggilnya.

"M-maaf Tuan Andika, diluar yang datang katanya mau bertemu dengan Tuan. Namanya Mas Adrian putra Pak Suryo, dia juga teman non Michi Tuan. Apakah Mas Adrian diperbolehkan masuk untuk menemui Tuan," tanya Bu Ijah.

Bu Ijah hanya menunduk tak berani melihat ke arah Pak Andika yang terlihat masih sangat kesal.

"Ada perlu apa, anak itu datang kesini? Apa dia sudah tahu dengan sayurannya yang sudah hancur. Ini kesempatan bagus untukku. Tapi, untuk apa dia datang kesini?" Ucap Pak Andika dalam hatinya.

"Ya sudah Bi, suruh anak itu masuk kerumah. Suruh temuin saya di ruang tamu." Ucap Pak Andika.

"Baik Tuan, kalau begitu Ijah permisi dulu," ucapnya sambil segera bergegas pergi menemui Adrian.

Melihat Bu Ijah yang keluar dari rumah, Adrian berharap akan memberi kabar baik padanya.

"Semoga saja Pak Andika mau menemuiku." Ucapnya dalam hati sambil menunggu kedatangan Bu Ijah.

"Mas Adrian, maaf ya sudah menunggu lama. Tuan sudah mengijinkan Mas Adrian untuk menemuinya. Silahkan masuk Mas, sudah ditunggu tuan di ruang tamu." Ucapnya dengan sopan sambil membukakan pintu gerbang yang sedari tadi menghalanginya.

"Alhamdulillah, terimakasih ya Bu. Adrian tidak tahu kalau tidak ada ibu tadi. Pasti belum bisa ketemu Pak Andika." Ucapnya sambil berjalan masuk kedalam rumah Pak Andika.

Rumah yang tampak begitu mewah, membuat Adrian terperangah melihat rumah Pak Andika yang begitu besar.

"Mari saya antar Mas," ajak Bu Ijah untuk mengantarkan Adrian menemui Pak Andika.

"Oh, iya baik Bu." Sahut Adrian.

Mereka pun menuju ruang tamu, disana sudah terlihat Pak Andika yang dengan santai duduk disofa sembari menghisap rokok cerutu yang ada ditangannya.

"Ini Tuan, Mas Adrian yang ingin bertemu dengan Tuan." Ucap Bu Ijah pada Pak Andika.

Pak Andika hanya menganggukkan kepalanya, tanpa menjawab sepatah kata apapun. Bi Ijah pun pergi meninggalkan Adrian bersama Pak Andika.

"Apa kamu teman dekat Michi anak saya? Yang selama ini dia gadang-gadang bisa membuat anakku bahagia. Jangan harap saya akan merestui hubungan kalian." Tegasnya.

"Ta-tapi Pak, saya dan putri bapak hanya sebatas teman kok Pak." Kilah Adrian didepan Pak Andika.

Pak Andika dengan tatapan yang tajamnya, karena termasuk orang yang tak pernah suka dengan orang yang berbohong.

"Saya sudah tahu semua tentang hubungan kamu dengan Michi putriku. Jadi kamu jangan coba-coba untuk membohongiku." Ucap Paka Andika.

Adrian hanya tertunduk diam, tanpa menjawab sepatah kata apapun.

"Sekarang apa tujuanmu menemuiku," tanya Pak Andika.

"M-maaf Pak sebelumnya, saya kesini untuk meminjam uang kepada Pak Andika. Karena sayuran saya, semua gagal panen Pak. Apakah saya bisa meminjam uang Pak? Saya akan mengganti uangnya segera Pak." Ucap Adrian.

"Kamu mau meminjam uang denganku, bagaimana saya bisa percaya kalau kamu bisa mengembalikan uang saya. Memangnya kamu sekarang bekerja dimana?" tanya Pak Andika.

"Saya belum bekerja Pak, saya sementara ini membantu bapak saya mengurusi kebun sayuran. Saya sudah kesana-kemari mendaftar pekerjaan, tapi karena ijazah SMA saya sedikit sulit untuk mendapat pekerjaan Pak." Jawab Adrian dengan jujur.

"Memangnya kalau kamu meminjam uang padaku, bagaimana cara kamu akan membayarnya?" tanya Pak Andika.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!