Syarat untuk Pak Handoko

"Non Michi, Tuan meminta Non Michi sekarang pulang." Panggil Pak Handoko yang terus meminta Michi untuk ikut pulang bersamanya.

"Apa sih Pak Han. Michi gak mau pulang." Jawab Michi sambil terus berjalan.

"Apa non Michi tidak kasihan sama Tuan dan Nyonya. Mereka sangat menyayangi non Michi. Sekarang ikut Pak Han pulang ya Non?" pintanya yang terus mengikuti Michi yang terus berjalan.

Akan tetapi Michi tidak menghiraukan ajakan Pak Han. Karena yang diinginkan Michi sekarang hanyalah ingin bertemu Adrian. Namun Pak Andika sama sekali tidak mengizinkan. Hanya karena status sosialnya.

"Memangnya Papa ada rasa kasihan sama Michi. Kalau memang kasihan, seharusnya tidak melarang Michi untuk mengundang Mas Andrian." Ucapnya sambil membuang muka.

"Tuan seperti itu karena takut non Michi kenapa-napa. Sekarang pulang ya Non, kasihani saya Non. Bisa-bisa saya tidak boleh kerja lagi Non, kalau saya tidak membawa Non Michi pulang sekarang." Bujuknya sambil memohon agar Michi mau ikut pulang bersamanya.

Michi yang sejak kecil memang dimanja oleh Pak Andika, membuat dirinya yang ingin selalu dituruti apapun yang ia mau.

Melihat Pak Han yang sedikit memohon padanya, akhirnya Michi menuruti ajakan Pak Han untuk ikut pulang kerumah.

"Michi mau ikut Pak Han pulang, tapi ada satu syarat yang harus Pak Han penuhi." Ucapnya sambil memikirkan sesuatu yang ingin dipinta olehnya.

"Syarat Non, kenapa harus ada syaratnya. Memang syaratnya apa Non?" tanya Pak Han yang ingin tahu syarat apa yang diminta oleh Michi.

Dengan melihat keatas, mata besar yang terus melihat sekeliling, tampak Michi sedang memikirkan sesuatu.

"AHA!!"

Tiba-tiba Michi seolah mendapatkan ide yang cemerlang. Michi pun memanggil Pak Han untuk mendekat dan berbisik padanya.

"Pak Han besok harus membantu Michi untuk menemui Mas Adrian." Ucapnya lirih.

Awalnya Pak Han hanya terdiam, dan belum berani memberi keputusan apapun pada Michi. Akan tetapi setelah beberapa menit memikirkannya. Akhirnya Pak Han menerima syarat yang diberikan oleh Michi.

"Saya terima syaratnya Non, tapi satu kali saja ya Non," ucap Pak Handoko meski sebenarnya ada rasa takut jika harus menuruti keinginan Michi.

"Oke!! Deal!!" Ucap Michi yang langsung masuk kedalam mobil yang dikendarai oleh Pak Han.

Pak Han yang masih berdiri disamping mobil pun sampai terdiam mematung. Karena sebenarnya Pak Han tidak yakin bisa memenuhi syarat yang diminta oleh Michi.

"Pak Han! Pak Han kenapa masih diam berdiri disitu saja!" Teriak Michi dari pintu kaca mobil yang dibukanya.

"I-iya Non Michi," jawab Pak Han yang bergegas berlari menuju mobilnya.

Perlahan mobil pun berjalan menuju rumah, dalam hatinya Pak Han senang karena Michi berhasil dibawa pulang. Akan tetapi tetap ada rasa khawatir juga jika ingat dengan syarat yang diminta oleh Michi.

Bahkan karena saking takutnya, Pak Han sampai gagal fokus saat mengendarai mobilnya. Yang hampir saja bersenggolan dengan pengendara lain.

Michi yang menyadarinya pun segera meneriaki Pak Han yang sepertinya sedang melamun. Yang akhirnya senggolan dapat terhindarkan. Pak Han pun segera menepikan mobilnya.

"Pak Han bagaimana sih nyetirnya, harus fokus dong? Jangan ngelamun gitu. Sedang mikirin apa sih, Pak?" tanya Michi dengan kesalnya.

"Maaf Non Michi. Tapi jujur, saya masih kepikiran dengan syarat yang non minta tadi, karena selama ini saya belum pernah melawan perintah Tuan. Kalau Non Michi minta saya seperti yang Non minta, sama halnya dengan saya melawan perintah Tuan." Jelasnya.

"Owh, ya sudah kalau memang Pak Han maunya begitu. Tapi saya akan turun disini sekarang juga. Apalagi barusan Pak Han sudah hampir membuatku celaka. Nanti pasti akan Michi adukan ke Papa." Ancamnya.

"Ja-jangan Non, nanti bisa-bisa saya lagsung dipecat. Saya mohon jangan diadukan ke Tuan ya Non. Saya mohon dengan sangat Non." Pinta Pak Han sambil mengerucutkan telapak tangannya didepan Michi.

Melihat ketakutan Pak Han, dalam hati Michi merasa sangat bahagia. Karena akhirnya dia memiliki senjata andalan untuk menekan Pak Han untuk mengikuti semua perintahnya. Memang cukup sulit untuk posisi Pak Han saat ini.

"Oke, kalau begitu Pak Han harus tetap membantuku jika masih ingin bekerja sama Papa." Ucapnya sambil tersenyum kecil.

"Iya baik Non, saya akan membantu Non Michi, tapi jangan bilang sama Tuan kejadian hari ini ya Non." Pintanya.

"Oke, ya sudah kita lanjut jalan lagi kalau begitu." Perintah Michi.

Akhirnya setelah berhenti sejenak dan perdebatan antara mereka, Pak Han perlahan kembali melakukan kendaraannya.

Setelah perjalanan beberapa saat, akhirnya Michi sampailah didepan rumah. Pak Han membunyikan klakson mobil agar Bi Ijah membukakan pintu gerbangnya. Dari kejauhan Bi Ijah berlari kecil untuk membukakan pintu gerbang.

Akhirnya mereka berdua sampailah dihalaman rumah. Namun sebelum turun dari mobil, Pak Han kembali meminta Michi untuk tidak mengadukan kejadian hari ini ke Pak Andika.

Tanpa ada jawaban apapun dari Michi, membuat Pak Han sedikit ketar-ketir. Takut jika Michi akan keceplosan mengatakan kepada Pak Andika.

Michi dengan santainya masuk kedalam rumah tanpa mengucap salam. Bahkan tak peduli dengan orang yang sedang berada diruang tamu itu. Pak Han yang mengekor dibelakangnya mengantarkan Michi sampai didepan pintu rumah.

Tanpa menyapa orang yang berada diruang tamu, Michi berlari masuk kedalam kamarnya yang berada dilantai dua. Panggilan Pak Andika pun telah di abaikan. Namun setelah sampai dikamar, Michi baru menyadari jika ada orang lain selain Papanya.

"Sepertinya ada orang lain diruang tamu tadi selain Papa. Siapa orang itu ya? Apa Papa sedang ada tamu? Tapi jam segini siapa yang datang bertamu. Hah! sudahlah, ngapain gue mikirin orang itu." Gumamnya.

Di ruang tamu, Pak Andika masih terus meremehkan Adrian yang tidak mungkin bisa mengembalikan uang jika dirinya masih tetap meminjamnya.

"Hey Adrian, kamu sama orang tuamu itu sama saja, sudahlah? Kalian terima saja keadaan kalian, kalau miskin itu ya tetap miskin. Jangan memaksakan untuk menjadi orang kaya.Hahaha." Cemooh nya karena dirasa Adrian yang terlalu memaksa untuk menjadi orang kaya.

"Maaf Pak Andika Pratama yang terhormat, kami memang miskin. Tapi kami masih punya harga diri. Pak Andika boleh menghina saya, tapi saya tidak terima dengan anda merendahkan orang tua saya. Mungkin saat ini anda sedang berada diatas, tapi perlu anda ingat. Roda kehidupan itu berputar. Tak selamanya kita itu berada diatas,atau selamanya dibawah." Tegasnya.

"Kamu, anak kemarin sore jangan sok-sokan menasehati. Memang berapa harga dirimu. Sini aku beli semua. Aku sudah banyak makan garam. Kamu itu anak bau kencur, pikirkan saja nasibmu dan keluargamu itu." Ucapnya ketus sambil melemparkan uang gepokan senilai sepuluh juta yang diambil dari koper yang ada disampingnya.

"Handoko!"

"Handoko!"

"Iya Tuan, ada apa Tuan memanggil saya." Tanya Pak Handoko.

"Tolong!! Cepat kamu usir anak bau kencur ini dari hadapanku." Perintahnya.

"I-iya Tuan. Mari mas sebaiknya Mas keluar." Perintah Pak Handoko sambil menarik lengannya.

"Lepaskan Pak!" Perintah Michi yang tiba-tiba ada dibelakang Pak Handoko.

Pak Handoko pun melepaskan tangannya dari lengan Adrian. Dan terlihat Michi mendekati Adrian.

Namun baru beberapa langkah, tangannya ditarik oleh Pak Andika. Yang membuat tubuhnya terhempas mengenai kursi yang ada disampingnya.

"Michi!!" Teriak Adrian.

"Jangan sekali-kali kamu berani menyentuh putriku." Ucap Pak Andika.

Adrian pun dipaksa keluar oleh Pak Handoko.Yang membuat Adrian tak tahu pasti bagaimana keadaan Michi sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!