Heinry meraih kerah kemeja seorang pria, membawanya dengan paksa untuk mengikuti kemana di akan pergi. Di sebuah lorong kampus yang sepi, hanya ada Heinry dan pria itu saja akhirnya Heinry melepaskan cengkraman tangannya.
"Heinry, kau sedang apa?!" Protes pria itu seraya menepuk pelan kerah kemeja yang tadi di cengkram Heinry supaya bisa rapih kembali.
"Katakan, katakan di mana perempuan jadi-jadian itu?"
Pria itu mengeryit bingung, perempuan jadi-jadian, apakah maksudnya adalah....
"Amy?"
"Iya, siapa lagi yang bisa di sebut perempuan jadi-jadian, setengah siluman yang menyebalkan itu?!"
Pria itu bernama Jhon, dia adalah sahabat dekat sekaligus kakak tirinya Amy.
Jhon menghela nafasnya, lalu menggeleng karena dia juga tidak tahu dimana dia tinggal. Amy sejak kecil ikut dengan neneknya, dia selalu bersama neneknya, menolak untuk datang ke acara salah atau orang tuanya sehingga saudari dan saudara tiri tidak ada yang dekat dengannya. Amy juga memiliki kepribadian yang tertutup, meskipun memang benar mulut Amy itu dol tidak ada remnya, tetap saja Amy sama sekali tidak pernah menceritakan apapun tentang dirinya.
"Hei, dia adalah adikmu bagaimana bisa kau tidak tahu dia kemana?!" Protes Heinry.
"Aku sudah menceritakan bagaiman kondisi keluargaku kan? Ayah dan Ibuku memiliki hobi yang suka beternak anak, di sana sini, aku sudah bagus hanya memikirkan diriku dan tidak terlalu mengasihani diriku sendiri kan? Amy juga orang yang tertutup, dia tidak suka berkumpul saat ada acara, bahkan dia juga tidak pernah memberitahu di mana dia tinggal."
Heinry membuang nafas kesalnya, Amy mengatakan jika akan datang lagi padanya jika masih belum hamil, karena Amy tidak kunjung datang berati dia sudah hamil kan?
Jhon menatap Heinry terus dengan tatapan menyelidik, dia tahu benar Heinry begitu membenci adiknya yang memang sangat mesum, tidak perduli Heinry sedang makan atau apa, yang di bicarakan hanyalah gendang membuat anak saja. Pernah juga Heinry sedang di toilet, Amy mengikutinya dan menunggu di depan pintu, lalu berbicara mengenai membuat anak hingga membuat Heinry izin kuliah satu Minggu.
"Kau mencari adik ku, apa sekarang kau yang kebelet ingin membuat anak?"
Heinry membulatkan matanya, membuat anak? Duh.....! Benar-benar kata-kata itu jadi terdengar sangat vulgar sekali, padahal sebelum dia dan Amy melakukan anu, dia hanya merasa kesal dan risih, tapi sekarang? Dia jadi merasa malu dan gugup, sialnya wajahnya kini merah merona seperti anak gadis yang sedang merasa malu tengah membicarakan sosok yang di sukai.
Heinry benar-benar terperangah tak percaya melihat wajah Heinry yang begitu aneh.
"Heinry, apa-apaan? Kenapa wajahmu memerah seperti pantat babi?" Tanya Jhon masih terlihat tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Heinry mengalihkan pandangan serta wajahnya, menutup bagian bibir dan hidung dengan telapak tangannya karena benar-benar tidak bisa menahan perasaan malu yang dia rasakan.
"Aku hanya sedang sangat kesal dengan adikmu, aku marah sekali sampai wajahku memerah. Kalau saja ada adikmu di hadapan ku, aku akan menendang pantatnya sampai ke sungai amazon."
Setelah mengatakan itu, Heinry berjalan cepat meninggalkan Jhon yang kebingungan sendiri.
"Apanya yang kesal? Kalaupun kesal setidaknya rona wajah nya akan seperti iblis neraka, tapi tadi jelas seperti pantat babi yang baru lahir, dia pasti sedang jatuh cinta kan? Tapi masa iya dia jatuh cinta dengan Amy? Dia apa pernah terbentur kepalanya, lalu otaknya tertinggal ya?" Jhon menjalankan kakinya sembari menggelengkan kepala keheranan mengingat bagaimana Heinry berekspresi tadi.
Heinry benar-benar hanya bisa kembali pulang dengan perasaan tak karuan. Entah sebenarnya apa yang akan dia katakan jika bertemu Amy, tapi rasanya jika dia melihat dan bicara sebentar bisa membuat hatinya sedikit lega.
Di sisi lain.
Amy benar-benar tepat saat dia sampai ke apartemen yang dia sewa bersama dengan Edith. Sungguh dia tidak tahu kalau mualnya orang hamil akan seperti ini. Tidak kuat lagi beraktivitas lebih banyak, tidak tahan dengan Mauk perjalanan, bahkan dia juga tiba-tiba saja merasa sedih dengan dirinya sendiri.
"Roti yang kita beli masih ada, kau makan itu saja dulu ya?" Ucap Edith yang merasa kasihan melihat bagaimana Amy terlihat tak berdaya. Wajahnya masih pucat, bahkan sejak dalam perjalanan hingga sekarang dia masih tidak sanggup memakan apapun karena aroma makanan sedang tidak ingin dia endus.
Amy menggelengkan kepalanya pelan, ah.....! Padahal dia sudah membaca buku pedoman tentang kehamilan, bagaiman mencegah mual berlebihan, apa saja yang perlu di konsumsi agar kandungan sehat dan tubuhnya segar. Tapi oh tapi, kenapa mualnya benar-benar di luar dugaan?
Edith menghela nafas, padahal dia sudah bertekad untuk tidak mau di repotkan oleh Amy karena melihat Amy yang begitu bersemangat karena kehamilannya, tapi sekarang Edith benar-benar merasa tidak tega.
"Amy, kau bilang harus meminum vitamin hamil mu kan? Kau harus makan dulu."
Amy membuang nafas, bangkit perlahan dan duduk.
"Edith, aku mengatakan ini bukan karena aku menyesal, tapi aku, karena aku agak terkejut saja. Aku, benar-benar tersiksa sekali. Padahal sebelumnya aku baik-baik saja, tapi begitu naik pesawat kepalaku seperti sedang mengelilingi galaksi Bima sakti, tubuhku seperti melayang dan mengambang di lautan, perutku seperti di kocok, mataku banyak sekali bintang-bintang, mulutku rasanya pahit, jantungku berdebar seperti remaja yang sedang jatuh cinta, tubuhku lemas seperti baru saja di gigit vampir, mataku berkedut seperti habis di tinju olehmu, nafasku sesak sekali.... Edith, apa sebenarnya aku sedang sekarat karena Heinry mengutukku pagi, siang, dan malam ya?"
Edith terdiam tak tahu harus mengatakan apa, sungguh hanya Tuhan yang tahu bagaimana sebenarnya yang di pikirkan Amy sekarang. Mungkin dia memang sudah bersiap sejak lama, tai tetap saja kalau hanya belajar teori kemudian praktek tentu saja sensasinya berbeda. Kehamilan bukanlah hal yang mudah, fakta itu benar-benar tidak terbantahkan bukan? Setiap wanita hamil memiliki keluhan masing-masing, jadi Amy yang hanya membaca buku saja dan membayangkannya tentu tetap akan terkejut saat dia benar-benar menjalani kehamilan sendiri.
"Iya, sepertinya kau sudah sekarat sekarang. Cepat hubungi Heinry dan minta maaf sana! Jangan lupa, berikan kode bank mu supaya aku bisa menggunakan uang mu untuk mengurus segala kebutuhan pemakaman mu!"
Amy meraih bantal yang tadi dia gunakan dan melemparkan ke arah Edith.
"Teman macam apa kau ini?" Amy kembali menjatuhkan tubuhnya dengan mimik sedih membuat Edith menghela nafas kesal, sungguh dia terlihat seperti seorang Ibu yang sedang membujuk putrinya.
"Baiklah, biarkan aku hubungi Heinry dan mengatakan semuanya, dengan begitu kau bisa menjalani kehamilan ini bersama dengannya!"
Amy membulatkan matanya, segara dia bangkit dan seketika mendapatkan kembali kekuatannya.
"Jangan macam-macam, Edith!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ibu'e Syfa
hhhhhh lucu sekali kamu amy
2023-08-18
0
Elisabeth Ratna Susanti
keren 😍
2023-08-02
0
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
2023-06-14
0