"Katakan, bagiamana aku harus menghukum mu?!" Heinry menatap Amy dengan sorot matanya yang tajam, dia sungguh merasa sangat marah tapi juga tidak bisa melakukan apapun selain berteriak kesal karena memukul Amy bukanlah hal yang bisa di sebut pria kan?
Amy menghela nafasnya, memang siapa yang minta untuk di hukum? Tolong ya,... Dia benar-benar sangat lelah, tubuhnya sakit semua seperti baru saja selesai di telindas tronton.
"Sejak dulu kau selalu saja membuatku sakit kepala, kau tahu benar tindakan mu semalam benar-benar sangat keterlaluan!" Heinry sebentar menoleh membuang wajah, bagaimanapun membicarakan apa yang terjadi semalam benar-benar membuatnya malu. Bukanya tidak pernah merasakan yang seperti itu, walaupun memang hanya dengan tangan atau colai, tetap saja untuk pertama kalinya dia melakukan dengan wanita pasti dia bisa merasakan malu juga.
Amy tak berani menjawab, dia tertunduk tak berani bahkan hanya untuk menatap Heinry. Memang iya dia salah, terlalu memaksa Heinry untuk melakukan perbuatan yang seharusnya tidak di lakukan. Tapi, dia benar-benar merasa sudah sangat siap untuk menjadi orang Ibu, dia ingin memiliki seorang anak yang jelas akan mencintai dan dia cintai seumur hidupnya. Memiliki anak juga adalah sebuah cita-cita yang ingin dia tunjukan kepada kedua orang tuanya yang begitu mudah menikah, lalu bercerai seenaknya, membuat anak-anak mereka terlantar, berserakan di mana-mana. Ayahnya sudah enam kali menikah, total anaknya sekarang ada tiga belas. Ibunya sudah empat kali menikah, dan dia sudah memiliki empat anak kandung, tiga anak tiri.
Sejak Kecil Amy di titipkan bersama nenek dari Ibunya, dia hidup benar-benar menyedihkan karena kedua orang tuanya benar-benar tak pernah ada di masa-masa pentingnya. Semua teman Amy menganggap Amy adalah anak yatim piatu yang menyedihkan meski Amy sudah menjelaskan bahwa dia memiliki orang tua lengkap, nyatanya tak dapat mengubah apapun karena mereka bahkan tak pernah datang entah urusan sekolah, Amy sakit, atau apapun itu.
"Tapi, biarpun aku keterlaluan bukankah yang paling penting rasanya enak?"
"Kau-"
Amy kembali menunduk tak berani bertatapan mata dengan Heinry karena Heinry benar-benar terlihat sangat kesal.
"Bagaimana bisa kau mengungkit hal itu dengan begitu mudah?! Memangnya kau tidak merasa malu, hah?!"
Amy menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Malu? bahkan sejak kecil dia sudah terbiasa menjadi sosok memalukan, jadi kata malu sepertinya tak dapat mempengaruhinya sama sekali.
"Kita kan melakukannya hanya berdua, kalau ramai-ramai baru aku bisa merasa malu." Ujar Amy yang membuat kekesalan Heinry bertambah.
Sebenarnya harus bagiamana mengatakan kepada Amy bahwa apa yang mereka lalui semalam bukanlah hal yang sederhana. Heinry sudah di jodohkan dengan teman masa kecilnya yaitu, Cheren. Jika saja apa yang terjadi ini sampai di ketahui orang tuanya dan juga pihak Cheren, ini benar-benar akan menghancurkan segalanya bukan?
"Sudahlah, Heinry yang tampan. Aku tahu kok kalau kau pasti sedang sangat kesal karena kejadian semalam, tapi di banding hanya merasakan kesal saja, bagaimana kalau kita lakukan sekali lagi? Aku sebenarnya sudah cukup yakin bisa hamil, tapi tidak ada salahnya kalau melakukan sekali lagi untuk berjaga-jaga kan?"
Heinry menatap Amy dengan tatapan kesal, membuat Amy segera mengalihkan pandangannya.
"Jangan bicara lagi kalau hanya itu yang ingin kau katakan! Aku tidak akan melakukannya denganmu lagi, dan jangan berani-beraninya menjebak ku lagi!"
Amy sebenarnya masih belum ingin menyerah seandainya saja dia belum hamil. Memang sih Cheren itu sangat galak dan sering mengancam Amy untuk tidak mendekati calon suaminya, mengganggu seperti wanita murahan saja. Ya ya ya! Memang murahan, seratus dapat tiga! Bonus ada juga! Tapi ya, tekad Amy benar-benar semakin besar setiap harinya jadi peringatan sekeras dan semenakutkan apapun benar-benar tidak akan menghentikan Amy.
Melihat bagaimana Amy berekspresi, Heinry benar-benar yakin benar kalau Amy pasti tidak akan menyerah begitu saja.
"Kalau kau tidak menghentikan perbuatan gila mu, kau benar-benar akan membuat semua orang muak dan menganggap mu gila juga murahan. Kau tahu kan gadis normal pada umumnya tidak akan seberani dirimu?"
Amy kembali menghela nafasnya.
"Aku mau mengelak, nyatanya aku memang bukan mahal. Aku memang murahan, dan juga gila. Sudahlah, aku benar-benar tidak terpengaruh kok kalau cuma karena hal itu."
Sudah, cukup! Heinry benar-benar sudah tidak ingin bicara lagi karena apapun yang akan dia katakan pasti tidak akan pernah membuat Amy mengerti.
"Baiklah, mengenai apa yang terjadi semalam, kau tahu bahwa kondisinya sulit untuk-"
"Oh, tentang itu! Jadi sejak tadi kau banyak mengomel karena hal itu? Tenang saja, aku kan sudah bilang aku hanya butuh sper** mu, tidak butuh yang lainnya apa lagi tanggung jawab. Kau memang sangat tampan, kaya, badanmu juga oke. Tapi, aku cuma butuh bibit unggul saja jadi masalah lainnya akan aku tanggung sendiri."
Heinry ternganga keheranan, dia pikir selama ini Amy hanya meledek dan bercanda saja mengenai apa yang dia katakan. Tali kali ini dia benar-benar terlihat sangat serius, seolah dia benar-benar tidak menginginkan Heinry.
Duh!
Rasanya benar-benar kesal, dan tidak terima sekali! Padahal selama ini begitu banyak gadis yang mengejar Heinry, dia biasa di perebutkan dan di puji. Banyak sekali wanita yang menginginkan, memimpikan kebersamaan bersama Heinry, tapi kenapa Amy tidak terlihat menginginkan kebersamaan seperti yang di inginkan para gadis lain.
"Sudah ya, baik-baik di sini menunggu bajumu datang, aku permisi dulu. Nanti kalau aku masih belum hamil, aku akan datang lagi minta sper** mu!"
Setelah mengatakan itu Amy meninggalkan Heinry di kamar hotel seorang diri dengan keadaan duduk di atas tepat tidur tanpa mengenakan sehelai benang pun. Sial! Heinry benar-benar kesal sekali, dan karena Amy sudah pergi dia bisa bangkit dan berjalan ke kamar mandi dan sementara dia akan menggunakan jubah mandi terlebih dulu.
Setelah kejadian itu Amy benar-benar tak muncul sama sekali, dia benar-benar berada di apartemen sewa dan menunggu kapan dia akan melakukan uji kehamilan. Amy juga melakukan aktivitas kuliahnya melalui online sehingga dia seperti menghilang begitu saja membuat Heinry benar-benar bingung dan tanpa sadar Heinry terus menanti kedatangan Amy.
Tiga Minggu setelahnya.
Amy tersenyum lebar menatap benda kecil, yang kini berada di tangannya.
Tes kehamilan!
Dia hamil!
"Bagus, ini benar-benar bagus!" Amy memeluk alat uji kehamilan itu sembari tersenyum lebar, dia benar-benar begitu bahagia karena ini adalah hal yang begitu ingin dia dapatkan.
"Waktunya untuk berpetualang, nak! Ucapkan selamat tinggal dengan vitamin dan lainnya, aku sudah hamil!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
elin herlina
gelo... lamun aya cewek siga kieu berarti wta cewek emang gelo.
2024-05-13
0
Sandisalbiah
Aku yg aneh..
2023-10-25
0
Elisabeth Ratna Susanti
seru 😍
2023-07-28
0