...༻〇༺...
Acha memasang mimik wajah serius. Karena menyukai Bimo, tidak mungkin dia memberikan nomor wa milik cowok itu dengan mudah. Apalagi sampai menyebarnya pada orang banyak.
"Gue nggak bisa kasih nomor wa Kak Bimo sama kalian!" ungkap Acha.
"Kenapa, Cha?" tanya Baby. Salah satu teman sekelas Acha.
"Karena Kak Bimo udah punya pacar!" kata Acha berbohong. Semua temannya langsung kaget.
"Yang benar? Dari mana lo tahu?" tanya Nabila. Teman sekelas Acha yang lain.
"Karena gue sudah tinggal satu rumah bareng dia, ya gue tahu lah. Gue lihat ceweknya Kak Bimo keren. Kayaknya anak kuliahan deh." Acha mengibuli semua teman-temannya. Itu semua dia lakukan agar Bimo tetap jomblo seperti sekarang.
Semua teman Acha tampak mendengus kecewa. Mereka segera bubar dari hadapan Acha. Gadis itu lantas duduk dengan senyuman puas di wajahnya.
"Gue sudah menduga dari awal. Cowok kayak Kak Bimo nggak mungkin jomblo," cetus Sitha. Sejak MOS dilaksanakan, dia memang terus menjadi teman baik Acha. Sitha bahkan menjadi teman sebangku cewek tersebut.
"Iyakan?" tanggap Acha.
"Tapi biarpun begitu, katanya mereka akan tetap nonton pertandingan basket Kak Bimo pas pulang sekolah nanti," ucap Sitha.
"Itu bagus kan. Begitu yang namanya penggemar. Mendukung segala hal yang dilakukan idolanya. Termasuk kehidupan pribadi."
"Cih! Sok dewasa banget sih lo." Sitha mendorong pundak Acha karena sebal. Gadis tersebut lantas hanya tergelak kecil. Tak lama kemudian bel pertanda masuk kelas berbunyi. Guru yang mengajar segera masuk ke kelas Acha.
...***...
Ketika pulang sekolah, Acha tidak mau ketinggalan menonton pertandingan basket antar sekolah. Dia dan Sitha menonton bersama.
Bimo sebenarnya sudah memberitahu Acha untuk pulang lebih dulu. Namun Acha menolak dan tak mau pulang duluan.
Kaum hawa bersorak riuh ketika melihat tim basket muncul. Hal serupa juga dilakukan Acha. Atensinya tertuju ke arah Bimo yang tampak gagah berjalan dengan setelan baju basketnya.
Acha juga akan bertepuk tangan dan berteriak seperti yang lain saat Bimo memasukkan bola ke ring. Ia melihat cowok itu sudah basah dengan keringat.
Bimo juga terlihat tersengal-sengal. Sesekali dia berdiri sambil memegangi lutut karena ingin beristirahat.
'Kak Bimo pasti capek. Gue harus belikan minuman dingin buat dia,' batin Acha seraya beranjak dari tempat duduk.
"Eh! Lo mau kemana?" tegur Sitha.
"Gue mau beli minuman," sahut Acha.
"Belikan gue satu ya!" pinta Sitha. Acha pun menanggapi dengan acungan jempol sebagai pertanda setuju.
Acha berlari menuju kantin. Dia memeriksa minuman yang ada di kulkas. Dahinya berkerut saat melihat minuman segar sudah habis. Hanya minuman jenis susu yang tersisa.
"Bi! Ini minumannya tinggal ini?" Acha bertanya pada Bi Rina si penjual di kantin.
"Iya, Dek. Baru aja ludesnya. Tinggal susu aja," balas Bi Rina.
Acha menghela nafas panjang. Dia memilih membeli minuman ke toko yang ada di seberang sekolahan. Acha rela pergi jauh demi Bimo.
Untung saja minuman segar di toko yang didatangi Acha masih banyak. Dia sangat senang dan langsung membelinya.
Ponsel Acha mendadak berdering. Dia menerima panggilan dari Sitha. Temannya itu memberitahu kalau pertandingan sudah berakhir.
Buru-buru Acha pergi ke lapangan indoor. Dia ingin memberikan Bimo minuman segar secepat mungkin. Karena Acha yakin, cowok tersebut pasti lelah dan haus. Cewek itu segera berlari cepat dengan penuh semangat.
Sesampainya di lapangan indoor, semangat Acha seketika runtuh. Dia mematung di tempat. Ia kini menyadari satu kenyataan. Ternyata bukan hanya dirinya yang berpikir ingin membelikan minuman untuk Bimo. Namun juga sebagian siswi lainnya yang menonton pertandingan basket. Pantas saja minuman segar di kantin habis.
Saking banyaknya dapat minuman, Bimo sampai harus membagikannya pada seluruh anggota tim basket sendiri bahkan tim musuh. Acha juga melihat Bimo tampak mengobrol dengan cewek cantik. Tidak! Acha tidak hanya melihat satu cewek cantik. Tetapi beberapa cewek lainnya.
Acha tak cemburu karena Bimo terlihat mengobrol dengan para cewek itu bersama rekan tim basketnya. Lagi pula dari lambang di seragamnya, semua cewek yang mengobrol dengan Bimo adalah anak kelas tiga. Teman seangkatan Bimo sendiri.
"Cha! Gue keliling cariin lo loh tadi." Sitha datang. Dia langsung mengambil salah satu minuman yang ada di tangan Acha. "Thanks minumannya!"
Sitha membuka tutup botol minuman. Saat itulah keningnya mengernyit. Ia tertuju pada jumlah minuman yang dibeli Acha.
"Eh, kenapa lo beli tiga?" tukas Sitha.
"I-ini buat--"
"Jangan bilang lo beliin buat Kak Bimo juga!" potong Sitha menebak. "Mending kasih ke tukang bersih lapangan aja, Cha. Kak Bimo udah dapat banyak," ujarnya.
"Enggak! Gue nggak beli ini buat Kak Bimo kok! Gue tahu kali dia banyak dibelikan minuman sama fans-fansnya itu. Lo benar kok! Gue beli ini buat tukang bersih lapangan." Acha membantah dengan wajah memerah.
"Cha!" Bimo tiba-tiba memanggil. Dia terlihat sudah membubarkan kelompok mengobrolnya. Sekarang Bimo berjalan ke arah Acha.
"Sumpah! Lo beruntung banget, Cha. Bisa jadi adiknya Kak Bimo. Jujur gue penasaran, lo nggak jatuh cinta sama dia?" tanya Sitha berbisik.
"Gila lo! Di-dia kakak gue! Mana mungkin gue begitu!" Acha langsung membantah. Ia juga tergagap karena Bimo yang berjalan kian dekat. Sungguh, Acha jadi salah tingkah.
"Cha, muka lo merah banget kayak tomat matang," ucap Sitha.
"Bacot lo!" Acha salah tingkah. Sitha hanya merespon dengan membulatkan mata.
Bersamaan dengan itu, Bimo datang. "Cha! Aku tadi melihatmu nonton kami main," serunya.
"Iya, Kak. Aku penasaran. Ternyata Kak Bimo hebat banget!" Acha berusaha bersikap normal. Ia mengacungkan jempol sambil tersenyum lebar.
"Iya! Kak Bimo hebat!" Sitha yang masih berdiri di samping Acha, ikut memuji.
"Thanks," ungkap Bimo sembari tersenyum singkat. Dia menatap Acha. "Tunggu di parkiran ya! Aku mau ambil tas dulu," ujarnya.
Acha mengangguk. Dia terlihat masih memegang dua botol minuman. Perhatian Bimo lantas tertuju ke sana.
"Kau belikan minuman itu buatku?" tebak Bimo.
"Em... Anu..." Acha bingung.
"Nggak, Kak! Katanya Acha beliin minuman ini buat Bang Sholeh." Sitha lebih dulu menjawab pertanyaan Bimo. Mendengar hal itu, Acha terperangah. Gadis tersebut terpaksa mengiyakan.
"Yang benar? Ya sudah. Sini! Biar aku yang kasihkan minumannya ke Bang Sholeh," kata Bimo seraya mengambil salah satu minuman dari tangan Acha.
"Ma-makasih, Kak..." Acha tersenyum kecut. Dia terpaksa setuju.
Setelah Bimo pergi, Acha menatap malas Sitha. Temannya itu malah cengengesan sambil sesekali meminum minumannya.
Acha mendengus kasar. Dia dan Sitha beranjak dari lapangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Adifaa Ashlnfauzh
irii bgt sama achaaa
2023-09-17
0
Nunu
kokkyk nya Bimo nya juga suka Ama acha
2023-06-10
1