Bab 3 - Pindahan

...༻〇༺...

Sebelum menikah, Rizal dan Mira sudah jauh-jauh hari membeli rumah. Mereka berniat akan menempati rumah itu setelah menikah.

Sekarang baik itu Rizal maupun Mira, keduanya sedang sibuk melakukan pindahan. Tentu saja dibantu oleh Acha dan juga Bimo. Mobil mereka baru saja tiba di rumah baru.

"Ini rumahnya, Mah?" tanya Acha. Dia melihat tampilan rumah yang akan ditinggalinya cukup besar. "Gede juga ya," komentarnya.

"Kamu suka kan?" tanya Mira.

"Suka!" Acha tersenyum lebar. Dia dan ibunya keluar dari mobil. Segera bergabung bersama Rizal dan Bimo yang datang menggunakan mobil mereka sendiri.

"Ayo kita lihat ke dalam dulu! Sambil menunggu truknya datang," ajak Rizal. Dia membuka pintu rumah. Masuk lebih dulu ke sana.

Mira mengiringi Rizal. Keduanya sesekali bicara. Mereka juga menyebutkan kamar yang akan di tempati.

"Kalian pilih sendiri kamarnya! Jangan berantem ya!" ujar Mira. Menyuruh Acha dan Bimo memilih kamar.

"Kau bisa pilih duluan."

"Kak Bimo duluan deh."

Bimo dan Acha berucap di waktu bersamaan. Bimo langsung tergelak. Berbeda dengan Acha yang tersenyum malu-malu.

"Mending kita lihat-lihat dulu." Bimo merangkul pundak Acha.

Jantung Acha seketika berdebar-debar. Saat Bimo sangat dekat, dia bisa mencium aroma maskulin dari cowok itu. Sungguh, Acha sangat menyukai segala hal yang ada pada Bimo.

'Kalau di rumah ada Kak Bimo, disuruh tinggal seribu hari pun gue mau,' batin Acha.

"Mulai sekarang, aku nggak pengen lihat kau malu-malu lagi. Kita kan sekarang adik kakak," imbuh Bimo sembari membimbing Acha melangkah menaiki tangga.

"Aku usahakan deh," sahut Acha.

"Masa usaha, harus dong!" balas Bimo.

"Aku soalnya bukan tipe orang yang bisa langsung akrab, Kak. Harus adaptasi dan terbiasa."

"Kalau begitu, aku akan bikin kau terbiasa." Bimo mengusap puncak kepala Acha sambil tersenyum simpul. Membuat Acha kian terpana pada cowok itu.

Bimo melepas rangkulannya saat melihat sebuah kamar. Dia mendatangi kamar tersebut lebih dulu.

"Kayaknya kamar ini cocok untukmu," ucap Bimo.

"Kenapa bisa begitu?" tanya Acha.

"Lihat cat di dalam kamar." Bimo menyuruh Acha melihat ke dalam kamar. Benar saja, kamar itu memiliki cat warna pastel. Seperti warna sebuah es krim.

"Kak Bimo benar. Kalau begitu aku akan pilih kamar ini." Acha langsung memutuskan begitu saja.

"Yakin? Nggak mau lihat kamar lainnya dulu?" tanggap Bimo.

"Enggak deh. Lagian kamar ini posisinya dekat sama tangga. Mirip kamar di rumahku dulu."

"Oke." Bimo beranjak. Dia berjalan melihat kamar sebelah. Bimo meletakkan tas ranselnya di sana. Sepertinya dia akan memilih kamar itu.

Ketika Bimo beranjak, Acha langsung mengintip dari balik pintu. Ia mengamati Bimo. Acha hanya ingin melihat kamar yang dipilih cowok tersebut.

"Kamarnya ada di sebelah gue..." gumam Acha seraya menyandarkan dirinya ke depan pintu.

"Achaaaa! Bimoo! Cepat kemari! Truknya sudah datang!" Mira memekik dari lantai bawah.

Acha tersentak kaget mendengar panggilan sang ibu. Dia reflek memegangi dada. Lalu menghembuskan nafas dari mulut. Acha merasa harus lebih berhati-hati dalam menunjukkan kekagumannya terhadap Bimo.

"Ayo, Cha! Kita ke bawah!" Bimo keluar dari kamar.

Acha mengangguk. Dia segera berderap dari belakang Bimo. Mereka saling membantu untuk mengangkut barang. Terutama barang pribadi mereka masing-masing.

Acha, Bimo, Mira, dan Rizal saling berbagi tugas. Bimo dan Rizal bertugas mengangkut barang dari truk ke rumah. Sementara Acha dan Mira, merapikan atau menata barang yang diangkut oleh Bimo dan Rizal.

Bimo dan Rizal memilih mengangkat barang-barang yang berat lebih dulu. Keduanya sekarang baru saja selesai mengangkut semua barang berat. Hanya tersisa barang berukuran sedang dan kecil yang tersisa.

"Papah istirahat aja. Biar aku yang selesaikan semuanya. Nanti encok lagi pinggangnya," saran Bimo.

"Ini udah encok," sahut Rizal sambil memegangi pinggang. Dia perlahan duduk ke teras. "Ya sudah. Kau lanjutkan dulu. Nanti kalau tenagaku sudah terkumpul, kubantu lagi," sambungnya.

"Oke, Pah." Bimo beranjak menuju truk. Namun harus terhenti saat Rizal kembali bersuara.

"Ini bukan berarti aku melupakan kesalahanmu. Kau juga berhutang penjelasan padaku. Kau ingat kan?" tukas Rizal.

"Pah, sudah kubilang aku memakai uang itu untuk memperbaiki motorku," tanggap Bimo.

"Benarkah? Memperbaiki motor sampai hampir lima puluh juta? Kau apakan motor itu? Bukankah itu sama saja membeli motor yang baru?"

"Sudah, Pah. Aku nggak mau berdebat sekarang!" Bimo segera berjalan menjauh dari sang ayah. Dia memang akhir-akhir ini sering menghabiskan uang. Tidak heran Rizal marah dan curiga. Takut Bimo melakukan hal-hal yang buruk.

Rizal mendengus kasar. Tiba-tiba sebuah tangan menyodorkan sebotol cola untuknya. Dia tidak lain adalah Mira.

"Sudahlah. Percaya saja sama Bimo. Kalau kau terus menekannya seperti itu, maka hubungan kalian akan memburuk," ujar Mira. Sebagai istri Rizal, dia tentu tahu masalah yang dialami sang suami baru dengan Bimo. Mengingat mereka juga sering menceritakan masalah masing-masing pada satu sama lain.

"Mau bagaimana lagi? Ini sudah sekian kalinya dia menghabiskan banyak uang! Kau tahu aku tidak sekaya itu! Aku juga tidak akan bisa membeli rumah ini kalau bukan karena kau yang membayar lebih," ungkap Rizal.

"Tenanglah... Kita hadapi semuanya bersama mulai sekarang. Sebagai ibunya Bimo, aku akan mencoba dekat dengannya dan mencari tahu kenapa dia menghabiskan uang-uang itu," tutur Mira sembari mengusap pundak suaminya.

"Terima kasih... Mungkin saja dia bersedia mengatakannya padamu," tanggap Rizal. Setelah minum dan beristirahat cukup, dia kembali bergerak untuk mengangkut barang.

Pengangkutan barang dilakukan lebih dari satu jam. Kini semua barang sudah diangkut ke dalam rumah.

Mira sibuk membenahi kamar mereka. Sementara Rizal tampak duduk di tepi ranjang sambil meminum minuman dingin. Lelaki itu kelelahan.

Acha sendiri baru selesai membenahi kamarnya. Dia turun ke bawah dan melihat apa yang dilakukan sang ibu dan Rizal.

"Kak Bimo sekarang pasti kelelahan juga." Acha yang melihat Rizal, segera mengambil sebotol minuman segar. Dia berniat memberikan itu pada Bimo.

"Kak Bimo dimana ya?" Acha memeriksa berbagai sudut rumah. Sampai dia memeriksa kolam renang. Acha bisa melihat kolam dari dalam rumah. Sebab dinding yang menghelat berupa kaca.

Acha mematung di tempat. Terpaku melihat ke arah Bimo. Bagaimana tidak? Cowok itu melepas kaos baju atasannya. Hingga bentuk badan Bimo yang cukup atletis terlihat. Sebagai cowok, dia juga memiliki kulit putih bersih.

Acha menggelengkan kepala sambil memejamkan mata. Dia berusaha menyadarkan diri. Karena lagi-lagi dirinya melihat Bimo bergerak dalam mode slow motion.

Terpopuler

Comments

Junifa

Junifa

seru thor🥰

2023-06-09

0

Nunu

Nunu

lanjut dong Thor . 2 bab gitu 😂

2023-06-08

0

Kristina Sinambela

Kristina Sinambela

cerita ini bayankin up dong thor

2023-06-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Pacar Khayalan
2 Bab 2 - Pernikahan Mamah
3 Bab 3 - Pindahan
4 Bab 4 - Berbunga-Bunga
5 Bab 5 - Berbohong Demi Bimo
6 Bab 6 - Tertidur Di Kamar Kakak Tiriku
7 Bab 7 - Adik Arum Manis
8 Bab 8 - Belajar Bersama
9 Bab 9 - Ciuman Pertama
10 Bab 10 - Garasi
11 Bab 11 - Di Bawah Umur
12 Bab 12 - Pengagum Rahasia
13 Bab 13 - True Colors
14 Bab 14 - Bad Boy Garis Keras
15 Bab 15 - Bersembunyi & Melihat
16 Bab 16 - Pengakuan Bimo
17 Bab 17 - Bertemu Alandra Fatih
18 Bab 18 - Badboy Lainnya
19 Bab 19 - Domba VS Serigala
20 Bab 20 - Alasan Bimo
21 Bab 21 - Cowok Di Sekeliling Acha
22 Bab 22 - Dibonceng Alan
23 Bab 23 - Hubungan Alan & Ezra
24 Bab 24 - Tiga Cowok Aneh
25 Bab 25 - Membeli Rok Baru
26 Bab 26 - Detak Jantung Bimo
27 Bab 27 - Bertengkar
28 Bab 28 - Tidak Ada Surat
29 Bab 29 - Pengakuan Acha
30 Bab 30 - Pengakuan Ezra
31 Bab 31 - Pacar Pertama Acha
32 Bab 32 - Serangan Bimo
33 Bab 33 - Putra Gubernur
34 Bab 34 - Baru Tahu
35 Bab 35 - Jebakan Alan [Bonus Visual]
36 Bab 36 - Jebakan Alan [2]
37 Bab 37 - Bantuan
38 Bab 38 - Kembalinya Pengagum Rahasia
39 Bab 39 - Memilih Klub Sekolah
40 Bab 40 - Telepon Dari Alan
41 Bab 41 - Berantakan
42 Bab 42 - Video Viral
43 Bab 43 - Fakta Lain
44 Bab 44 - Ikut Bimo
45 Bab 45 - Sisi Pengecut
46 Bab 46 - Opsi Acha
47 Bab 47 - Pelukan Acha
48 Bab 48 - Kebenaran Tentang Ezra
49 Bab 49 - Tergagap Karenanya
50 Bab 50 - Pelukan Acha Lagi
51 Bab 51 - Tidur Bersama?
52 Bab 52 - Tak Bisa Menahan Lagi
53 Bab 53 - Tak Membuat Pilihan?
54 Bab 54 - Masalah Keluarga
55 Bab 55 - Bersama Ezra
56 Bab 56 - Hari Kelulusan
57 Bab 57 - Obrolan Bersama Alan
58 Bab 58 - Pilihan Acha [Akhir]
59 Bab 59 - Season 2 [Sambutan Di Hari Pertama]
60 Bab 60 - Season 2 [Berduaan Di Asrama]
61 Bab 61 - Season 2 [Pasien Bernama Alan]
62 Bab 62 - Season 2 [Bertemu Rival]
63 Bab 63 - Season 2 [Perubahan Ezra]
64 Bab 64 - Season 2 [Goresan Di Tangan Alan]
65 Bab 65 - Season 2 [Takut]
66 Bab 66 - Season 2 [Tidur Satu Kamar]
67 Bab 67 - Season 2 [Pasien Tetap]
68 Bab 68 - Season 2 [Hanya Dia Dokterku]
69 Bab 69 - Season 2 [Cerita Alan]
70 Bab 70 - Season 2 [Pacar Ezra]
71 Bab 71 - Season 2 [Bantuan Lagi]
72 Bab 72 - Season 2 [Berbahaya?]
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 - Pacar Khayalan
2
Bab 2 - Pernikahan Mamah
3
Bab 3 - Pindahan
4
Bab 4 - Berbunga-Bunga
5
Bab 5 - Berbohong Demi Bimo
6
Bab 6 - Tertidur Di Kamar Kakak Tiriku
7
Bab 7 - Adik Arum Manis
8
Bab 8 - Belajar Bersama
9
Bab 9 - Ciuman Pertama
10
Bab 10 - Garasi
11
Bab 11 - Di Bawah Umur
12
Bab 12 - Pengagum Rahasia
13
Bab 13 - True Colors
14
Bab 14 - Bad Boy Garis Keras
15
Bab 15 - Bersembunyi & Melihat
16
Bab 16 - Pengakuan Bimo
17
Bab 17 - Bertemu Alandra Fatih
18
Bab 18 - Badboy Lainnya
19
Bab 19 - Domba VS Serigala
20
Bab 20 - Alasan Bimo
21
Bab 21 - Cowok Di Sekeliling Acha
22
Bab 22 - Dibonceng Alan
23
Bab 23 - Hubungan Alan & Ezra
24
Bab 24 - Tiga Cowok Aneh
25
Bab 25 - Membeli Rok Baru
26
Bab 26 - Detak Jantung Bimo
27
Bab 27 - Bertengkar
28
Bab 28 - Tidak Ada Surat
29
Bab 29 - Pengakuan Acha
30
Bab 30 - Pengakuan Ezra
31
Bab 31 - Pacar Pertama Acha
32
Bab 32 - Serangan Bimo
33
Bab 33 - Putra Gubernur
34
Bab 34 - Baru Tahu
35
Bab 35 - Jebakan Alan [Bonus Visual]
36
Bab 36 - Jebakan Alan [2]
37
Bab 37 - Bantuan
38
Bab 38 - Kembalinya Pengagum Rahasia
39
Bab 39 - Memilih Klub Sekolah
40
Bab 40 - Telepon Dari Alan
41
Bab 41 - Berantakan
42
Bab 42 - Video Viral
43
Bab 43 - Fakta Lain
44
Bab 44 - Ikut Bimo
45
Bab 45 - Sisi Pengecut
46
Bab 46 - Opsi Acha
47
Bab 47 - Pelukan Acha
48
Bab 48 - Kebenaran Tentang Ezra
49
Bab 49 - Tergagap Karenanya
50
Bab 50 - Pelukan Acha Lagi
51
Bab 51 - Tidur Bersama?
52
Bab 52 - Tak Bisa Menahan Lagi
53
Bab 53 - Tak Membuat Pilihan?
54
Bab 54 - Masalah Keluarga
55
Bab 55 - Bersama Ezra
56
Bab 56 - Hari Kelulusan
57
Bab 57 - Obrolan Bersama Alan
58
Bab 58 - Pilihan Acha [Akhir]
59
Bab 59 - Season 2 [Sambutan Di Hari Pertama]
60
Bab 60 - Season 2 [Berduaan Di Asrama]
61
Bab 61 - Season 2 [Pasien Bernama Alan]
62
Bab 62 - Season 2 [Bertemu Rival]
63
Bab 63 - Season 2 [Perubahan Ezra]
64
Bab 64 - Season 2 [Goresan Di Tangan Alan]
65
Bab 65 - Season 2 [Takut]
66
Bab 66 - Season 2 [Tidur Satu Kamar]
67
Bab 67 - Season 2 [Pasien Tetap]
68
Bab 68 - Season 2 [Hanya Dia Dokterku]
69
Bab 69 - Season 2 [Cerita Alan]
70
Bab 70 - Season 2 [Pacar Ezra]
71
Bab 71 - Season 2 [Bantuan Lagi]
72
Bab 72 - Season 2 [Berbahaya?]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!