4. Bertengkar

Tristan menghentikan langkahnya lalu menoleh.

"Bukan hal penting untuk kamu ketahui," jawab lelaki itu.

Kirana mendesah pelan "Jika memang Mas Tristan sudah punya pilihan lain, kenapa bukan perempuan itu saja yang Mas nikahi?"

"Karena kamu yang diinginkan Mentari." Jawaban Tristan cukup untuk membuat Kirana mengerti jika Tristan memang mempunyai wanita lain. Dia tersenyum getir. Tanpa dia ketahui, dirinya telah masuk ke dalam hubungan orang lain. Seharusnya dia mencari tahu lebih banyak tentang Tristan. Penjelasan ibu mertuanya jika Tristan tidak pernah mempunyai hubungan spesial dengan wanita. ternyata tidak sepenuhnya benar. Lalu apa pula artinya ucapan Tristan semalam yang mengatakan jika Elita tidak akan pernah tergantikan oleh wanita mana pun. Hanya omong kosong? Atau mungkin wanita itu hanya teman kencan? Pikiran buruk kembali menghantui Kirana.

"Sampai kapan harus terus membohongi Mentari?"

"Itu urusan saya. Lakukan saja tugasmu sebagai seorang ibu. Bukankah itu yang menjadi alasan kamu menerima lamaran Mama?"

Lidah Kirana kelu seketika. Pernikahan macam apa yang akan mereka jalani selanjutnya? Ternyata keadaannya jauh lebih rumit dari yang Kirana sangka. Tidak hanya membangun mahligai tanpa cinta. Namun juga di atas luka seorang wanita. Kirana merasa menjadi orang jahat yang menghancurkan harapan wanita lain.

"Saya minta maaf. Jika tahu lebih awal, tentu saja saya akan menolak pernikahan ini. Tapi sekarang, ikrar itu sudah terucap. Saya istri kamu. Sah di mata hukum agama dan negara. Saya tidak peduli sejauh mana hubungan kalian. Tolong akhiri. Saya bisa mengerti jika Mas belum bisa menerima pernikahan ini sepenuhnya. Tapi tidak dengan adanya perempuan lain di antara kita."

Sudut bibir Tristan terangkat. "Memangnya apa yang kamu harapkan? Tumbuhnya cinta seiring berjalannya waktu? Itu hanya akan terjadi dalam mimpimu!" tegas Tristan.

"Lalu Mas pikir bagaimana kita akan bertahan untuk membuat Mentari bahagia? Terus berpura-pura seolah-,olah kita bahagia padahal sedang menyiksa perasaan sendiri?" balas Kirana tak kalah tegas.

"Apa pun akan saya lakukan untuk Mentari. Dan saya tidak akan memaksamu untuk bertahan jika kamu memang sudah tidak sanggup."

Kirana kehabisan kata untuk membantah. ******* kasar pun lolos dari organ penciumannya. Kirana menatap kosong punggung Tristan yang tengah menaiki tangga. Tembok itu terlalu kokoh untuk diruntuhkan.

Kirana memijat kepalanya yang mendadak berdenyut. Beban yang menimpanya terlampau berat untuk ditopangnya. Dia berjalan dengan tubuh gemetar ke kamar Mentari. Membaringkan diri di samping gadis kecilnya yang terlelap.

Wajah Mentari seperti jelmaan mamanya. Hidung runcing, mata bulat dengan alis tebal dan rapi. Bibirnya tipis kemerahan. Hanya rambut yang berbeda. Rambut Elita sedikit gelombang, sedang Mentari lurus dan lebat menurun dari ayahnya. Kirana menyingkirkan helaian rambut yang menutup wajah cantik Mentari.

"Mentari ingin punya mama. Mentari mau dijemput Mama seperti teman-teman. Bukan dijemput Pak Cip."

Kirana masih mengingat jelas awal pertemuannya dengan Mentari. Hari pertama dia mengajar sebagai guru baru di sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak. Kirana menemukan Mentari duduk di sebuah bangku taman. Terisak sambil mengusap air matanya. Hampir semua murid sudah pulang. Hanya tinggal beberapa murid yang belum termasuk Mentari. Hingga semua murid sudah dijemput, Mentari masih tertinggal di sekolah ditemani oleh Kirana. Kirana pun mencari tahu nomor kontak orang tua Mentari. Ternyata nomor omanya yang diberikan oleh salah satu guru. Dan Mentari terlambat dijemput karena mobilnya mengalami masalah di tengah jalan. Akhirnya Kirana mengantar Mentari pulang dengan motornya. Sejak saat itu hubungan mereka pun semakin dekat.

Menikah dengan seorang duda dan harus menjadi ibu sambung tak pernah terlintas dalam pikiran Kirana. Tapi pada Mentari, rasa keibuan muncul begitu saja. Rasa ingin mencurahkan kasih sayang pada seorang anak. Kendati usianya masih terbilang muda.

Bahkan keputusannya untuk menikah tanpa pertimbangan orang tua mendapat pertentangan dari ibunya. Itu kenapa keluarga Kirana hanya datang saat akad dan langsung bertolak pulang ke kampung halamannya setelah acara selesai. Sampai saat ini pun hubungan keduanya masih dingin. Kirana belum punya nyali untuk menghubungi ibunya terlebih dulu. Dan semua dipertaruhkan demi anak kecil yang baru beberapa bulan dikenalnya.

"Bunda!" Suara serak khas bangun tidur terdengar.

"Bunda kenapa menangis?"

Kirana bahkan tidak menyadari jika sudut matanya berembun.

"Masa sih?"

"Iya. Itu mata Bunda basah."

"Oh, ini Bunda habis menguap. Ngantuk." Kirana menyeka titik bening di sudut matanya dengan ujung kerudungnya.

"Kalau ngantuk kenapa Bunda nggak tidur?"

"Nanti saja. Bunda mau masak dulu buat makan siang."

Meski kepalanya masih sedikit nyeri, Kirana beringsut turun dari ranjang kecil milik Mentari. Dia pergi ke dapur untuk menyiapkan siang. Mentari sempat mengatakan jika dia ingin makan sayur bayam dan ayam goreng.

Saat menyiapkan semua bahan masakan, ponsel di tas Kirana yang masih tergeletak di meja makan berdering. Kirana bergegas mengambil benda itu dari salam tas. Berharap jika ibunya yang meneleponnya. Rindunya sudah menggebu meski baru satu hari tidak mendengar suara sang ibu.

Dahi Kirana mengernyit melihat nama yang terpampang di layar.

"Mas Baraka?"

Dengan ragu Kirana menerima panggilan dari teman satu kampung yang juga sepanjang sekolah selalu menjadi kakak kelasnya. Karena mereka bersekolah di sekolah yang sama. Dan terpisah saat Baraka lulus dan melanjutkan pendidikan di Surabaya. Konon Kirana pernah mendengar dari salah satu temannya jika Baraka menyukainya. Namun Kirana mengabaikan karena lelaki itu memang tidak pernah mengungkapkan isi hatinya. Bahkan terkesan menjaga jarak dengan Kirana.

Sekian tahun tidak bertemu, tentu saja Kirana terkejut tiba-tiba Baraka menghubunginya. Bertanya seputar kabar seperti layaknya teman yang lama tidak bertemu. Baraka terdengar banyak berubah. Sedikit banyak bicara dan pandai membuat lawan bicaranya nyaman untuk berbincang. Sesekali Kirana tertawa di sela percakapan mereka.

"Oke deh, Mas. Nanti kapan-kapan kalau saya pulang kita bahas lebih lanjut," sahut Kirana sebelum akhirnya Baraka mengakhiri panggilannya.

Kirana bahkan belum berhenti tersenyum saat berbalik dan hendak menyimpan kembali teleponnya. Tubuhnya membeku saat mendapati Tristan sedang berdiri menjulang di depannya. Entah sejak kapan suaminya itu berada di tempatnya berdiri. Kirana terlalu asyik mengobrol dengan Baraka hingga tidak menyadarinya. Tatapan tajam Tristan memang selalu membuat Kirana bergidik.

"M-Mas ini tadi …."

"Tidak perlu menjelaskan apa pun. Saya tidak butuh penjelasan kamu." Tristan membuka kulkas yang sejak tadi tertutup tubuh Kirana untuk mengambil air dingin.

"Mas, bisa tidak kalau berbicara jangan pakai otot?"

Tristan melirik Kirana sambil meneguk air dari dalam gelas.

"Kalau Mas memang tidak bisa menganggap saya sebagai istri, anggap saya sebagai teman. Partner untuk merawat dan mendidik Mentari. Itu sudah cukup," lanjut Kirana.

"Terserah kamu."

Tak! Gelas kaca itu diletakan dengan kasar ke atas meja yang berbahan sama.

Tanpa mereka sadari, Mentari tengah memperhatikan percakapan keduanya dari sofa ruang keluarga.

"Papa sama Bunda berantem?"

"Nggak. Siapa bilang? Papa sedang bercanda sama Bunda. Ya kan, Bun?" Tristan memaksakan diri tersenyum pada Kirana.

"Ah, iya. Bercanda." Kirana membalasnya dengan senyum yang sama.

"Kok Papa ngomongnya kencang? Mentari nggak suka kalau Papa marah sama Bunda."

"Papa nggak marah, Sayang."

"Kalau nggak marah, Papa peluk Bunda, dong,"

Tristan tertegun mendengar permintaan Mentari. Permintaan konyol yang tidak mungkin dia lakukan.

"Peluknya nanti saja, ya. Bunda belum mandi. Bau asem!" Jawaban Tristan membuat Kirana terbelalak. Lalu mendengus kesal dengan ejekan suaminya.

"Papa ke kantor lagi, ya. Sampai jumpa nanti malam Mentarinya Papa."

Mentari mengelak saat Tristan mendekat hendak mencium pipinya.

"Jangan cium, Mentari bau asem!" ujar bocah kecil itu.

Tristan pun membuang nafas kasar. Alhasil dia mencolek pipi cubby putrinya kemudian berlalu meninggalkan Mentari yang masih cemberut.

Terpopuler

Comments

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

udah kirana cuein aja lama 2 bucin tuh si tristan

2023-11-26

0

Eliani Elly

Eliani Elly

sombong amat Lu Tristan

2023-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 1. Setelah Akad
2 2. Menjemput Mentari
3 3. Siapa Wanita itu
4 4. Bertengkar
5 5. Luka
6 6. Godaan Silvia
7 7. Silvia Menginap
8 8. Mentari Minta Adik
9 9. Kecelakaan
10 10. Diusir Dari Rumah
11 11. Pulang
12 12. Kedatangan Baraka
13 13. Kegalauan Kirana
14 14. Di Mana Bunda
15 15. Semua Gara-gara Kirana
16 16. Mentari Sakit
17 17. Mencari Kirana
18 18. Menantu Tak Dikenal
19 19. Dia Istri Saya
20 20. First Kiss
21 21. Permintaan Ibu
22 22. Cinta Atau Luka
23 23. Mulai Posesif
24 24. Patah Hati
25 25. Mari Bercerai
26 26. Ada apa?
27 27. Kejutan Ulang Tahun
28 28. Kejutan Lagi
29 29. Ngidam
30 30. Gara-Gara Motor
31 31. Sial
32 32. Terbongkar
33 33. Pernikahan Syifa
34 34. Pria Asing di Pesta Pernikahan Syifa
35 35. Ujian Kesabaran
36 36. Cemburu
37 37. Cemburu Lagi
38 38. Jangan Berpisah
39 39. Pengganggu
40 40. Ke Pantai
41 41. Honeymoon
42 42. Kembali Pulang
43 43. Kejutan Di Rumah Tristan
44 44. Demi Kamu
45 45. Drama Pagi Hari
46 46. Mengantar Makan Siang
47 47. Mendapat Perundungan
48 48. Tertawan
49 49. Asisten Baru
50 50. Permintaan
51 51. Memecat Silvia
52 52. Luluh
53 53. Silvia Berulah
54 54. Ultimatum
55 55. Di Rumah Sakit
56 56. Penjelasan
57 57. Jalan Pulang
58 58. Tersiksanya Tristan
59 59. Mari Bicara
60 60. Kedatangan Silvia
61 61. Teman Tristan
62 62. Kemarahan Tristan
63 63. Ayo Menikah
64 64. Pernikahan Silvia dan Lucky
65 65. Ke Makam Elita
66 66. Gula Kapas
67 67. Perbincangan Di Meja Makan
68 68. Kehilangan Rasa Percaya Diri
69 69. Ada Apa Dengan Silvia
70 70. Curhatan Silvia
71 71. Egois
72 72. Pertengkaran Membawa Nikmat
73 73. Menjenguk Silvia
74 74. Belanja Perlengkapan Bayi
75 75. Hubungan yang rumit
76 76. Saran Kirana
77 77. Siapa Yang Melamar Nabila
78 78. Saingan Berat
79 79. Cemburu Buta
80 80. Mengurai Masalah
81 Ingin Putus
82 82. Ternyata
83 83. Mengembalikan Cincin Tunangan
84 84. Kirana Jatuh
85 Ujian
86 86. Samudra
87 87. Si Gemoy
88 88. Tamu Tak diundang
89 89. Permintaan Aneh
90 90. Hari Bahagia
91 91. Thank You So Much
92 92. END
Episodes

Updated 92 Episodes

1
1. Setelah Akad
2
2. Menjemput Mentari
3
3. Siapa Wanita itu
4
4. Bertengkar
5
5. Luka
6
6. Godaan Silvia
7
7. Silvia Menginap
8
8. Mentari Minta Adik
9
9. Kecelakaan
10
10. Diusir Dari Rumah
11
11. Pulang
12
12. Kedatangan Baraka
13
13. Kegalauan Kirana
14
14. Di Mana Bunda
15
15. Semua Gara-gara Kirana
16
16. Mentari Sakit
17
17. Mencari Kirana
18
18. Menantu Tak Dikenal
19
19. Dia Istri Saya
20
20. First Kiss
21
21. Permintaan Ibu
22
22. Cinta Atau Luka
23
23. Mulai Posesif
24
24. Patah Hati
25
25. Mari Bercerai
26
26. Ada apa?
27
27. Kejutan Ulang Tahun
28
28. Kejutan Lagi
29
29. Ngidam
30
30. Gara-Gara Motor
31
31. Sial
32
32. Terbongkar
33
33. Pernikahan Syifa
34
34. Pria Asing di Pesta Pernikahan Syifa
35
35. Ujian Kesabaran
36
36. Cemburu
37
37. Cemburu Lagi
38
38. Jangan Berpisah
39
39. Pengganggu
40
40. Ke Pantai
41
41. Honeymoon
42
42. Kembali Pulang
43
43. Kejutan Di Rumah Tristan
44
44. Demi Kamu
45
45. Drama Pagi Hari
46
46. Mengantar Makan Siang
47
47. Mendapat Perundungan
48
48. Tertawan
49
49. Asisten Baru
50
50. Permintaan
51
51. Memecat Silvia
52
52. Luluh
53
53. Silvia Berulah
54
54. Ultimatum
55
55. Di Rumah Sakit
56
56. Penjelasan
57
57. Jalan Pulang
58
58. Tersiksanya Tristan
59
59. Mari Bicara
60
60. Kedatangan Silvia
61
61. Teman Tristan
62
62. Kemarahan Tristan
63
63. Ayo Menikah
64
64. Pernikahan Silvia dan Lucky
65
65. Ke Makam Elita
66
66. Gula Kapas
67
67. Perbincangan Di Meja Makan
68
68. Kehilangan Rasa Percaya Diri
69
69. Ada Apa Dengan Silvia
70
70. Curhatan Silvia
71
71. Egois
72
72. Pertengkaran Membawa Nikmat
73
73. Menjenguk Silvia
74
74. Belanja Perlengkapan Bayi
75
75. Hubungan yang rumit
76
76. Saran Kirana
77
77. Siapa Yang Melamar Nabila
78
78. Saingan Berat
79
79. Cemburu Buta
80
80. Mengurai Masalah
81
Ingin Putus
82
82. Ternyata
83
83. Mengembalikan Cincin Tunangan
84
84. Kirana Jatuh
85
Ujian
86
86. Samudra
87
87. Si Gemoy
88
88. Tamu Tak diundang
89
89. Permintaan Aneh
90
90. Hari Bahagia
91
91. Thank You So Much
92
92. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!