Menemukan Sesuatu

Pagi hari ini Erina menyiapkan Sarapan di meja makan, karena memang dia bangun lebih awal dari pada penghuni rumah yang lain.

Apa lagi pada saat ini dia hanya numpang di rumah Erik, kalau hanya numpang tinggal lalu kerjaan makan dan tidur setiap harinya. Tentunya membuat Erina sangat amat tidak enak hati.

Dia juga tau diri harus berbuat apa selama dia numpang tinggal di rumah Erik pada saat ini tentunya.

"Selamat pagi Non Erina, kenapa bangun pagi sekali?" tanya asisten rumah tangga Erik kepada Erina yang saat ini masuk dapur.

"Saya memang sengaja Bi, bangun lebih pagi karena saya pikir pada saat ini lebih baik saya memasak untuk Erik buat sarapan."

"Tidak usah Non, karena biar Bi Ijah saja yang memasak. Apa lagi pada saat ini di rumah ini Non Erina adalah tamu tentunya sudah kewajiban bibi untuk melayani Non Erina."

Bi Ijah menolak agar Erina tidak masuk ke dapur dan malah membantu dirinya mengerjakan pekerjaan dapur, seperti memasak karena sebagian asisten rumah tangga dia merasa kalau semua yang ingin dilakukan oleh Erina adalah tugas dirinya sebagai pembantu.

"Ya sudah lah Bi, lagian saya hanya ingin membalas semua atas kebaikan yang Erik lakukan sama saya."

Karena terus menerus dipaksa oleh Erina agar untuk pagi ini, semua tugas bikin sarapan diserahkan kepada dirinya. Lalu Bi Ijah mau menuruti semua apa yang Erina inginkan kalau dia hanya membantu Erina memasak dan semuanya dikerjakan oleh Erina.

"Kalau begitu apa yang harus Bi Ijah bantu?"

"Mendingan sekarang Bi Ijah duduk saja, semuanya biar saja mengerjakan pada hari ini. Lagian saya hanya ingin Bi Ijah santai saja."

Setelah satu jam lamanya akhirnya semua masakan akhirnya terhidang dengan sangat sempurna, karena memang Erina sangat jago sekali memasak.

Apa lagi sudah dari sejak lama dia hobi memasak, tetapi kalau di rumah suami dan mertuanya masakan yang biasanya dimasak oleh Erina sama sekali tidak pernah dihargai.

"Wah, ternyata Non Erina sangat jago juga yah masaknya."

"Engga Bi, biasa aja apalah daya aku wanita rumah tangga biasa. Kalau engga belajar masak untuk mengenakan hati suami dan mertua untuk apa lagi?"

"Oh ternyata Non Erina ini sudah berkeluarga?"

"Sudah Bi.".

Rupanya Bi Ijah sendiri sangat amat terkejut dengan semua apa yang dikatakan oleh Erina, kalau dia sudah memiliki suami.

Apa lagi Bi Ijah mengira kalah dia masih lajang dan ada hubungan sesuatu dengan Erik, tapi nyatanya mereka hanya teman biasa.

"Kalau begitu biar Bi Ijah langsung bangunkan, tuan muda saja untuk langsung bersiap menuju ruang makan."

"Engga usah Bi, biar saya saja yang nantinya langsung membangunkan untuk Erik sarapan bersama dengan saya di meja makan."

"Baiklah."

Setelah itu Erina langsung melangkahkan kakinya untuk membuat Erik terbangun dari tidurnya karena pada saat ini dia masih tidur dengan pulsanya. Apa lagi ini masih pagi hari.

Tok... Tok... Tok

"Erik, bangun!!"

Teriak Erina dari balik pintu kamar Erik, karena pada saat ini dia masih berusaha membuat Erik bangun dari tidur.

Tanpa sadar sama sekali Erik lupa kalau pada saat ini ada Erina yang tinggal satu rumah dengan dirinya, sehingga Erik yang merasa suara Erina ini sangat berisik sekali mencoba untuk menutup kupingnya.

"Aduh siapa sih, pagi-pagi buta kaya begini teriak kenyang banget pakai acara ganggu orang tidur segala."

Setelah merasa benar-benar terganggu dengan semua teriakan Erina yang benar-benar sangat berisik dan juga menganggu tidurnya, Erik keluar dari kamar dan mencoba memarahi Erina tanpa sadarkan diri sama sekali.

"Kenapa sih Bi, pakai acara marah kaya gini segala. Apa Bi Ijah sama sekali engga sadar kalau ini masih pagi buta. Tolong jangan ganggu tidur!!"

"Maaf yah Erik, kalau misalnya aku ganggu kamu karena memang aku engga ada maksud sama sekali buat bikin kamu marah kaya begini."

Setelah mendengar suara Erina lalu akhirnya Erik membuka mata, dan melihat secara langsung kalau wanita yang ada di hadapan dirinya pada saat ini bukan Bi Ijah tetapi adalah Erina.

"Erina!! Sorry kalau aku marah kaya gini sama kamu karena aku engga tau yang bangunin itu adalah kamu malah aku mengira adalah Bi Ijah."

"Engga papa Erik, kamu sama sekali engga salah dalam hal ini. Tetapi hanya aku saja yang terlalu lancang baru tinggal di rumah ini satu hari sudah berani membangunkan kamu yang lagi tidur."

"Aku sampai engga sadar, dan juga lupa kalau kamu tinggal di rumah aku."

"Aku datang ke kamar kamu hanya ingin ngajak kamu sarapan pagi ini di meja makan."

"Memangnya Bi Ijah sudah masak sarapan??"

"Bukan Bi Ijah yang masak tapi aku!!"

"Apa kamu??"

Erik yang penasaran langsung turun dari lantai dua rumahnya menuju dapur, karena ingin mendengar secara langsung dari mulut Bi Ijah kenapa tamu seperti Erina bisa disuruh masak.

"Bi Ijah kenapa suruh Erina masak?"

"Maaf tuan muda, bukan Bi Ijah yang nyuruh Non Erina untuk masak."

Melihat Bi Ijah yang pada saat ini kena marah membuat Erina merasa tidak enak kepada Bi Ijah, akibat dirinya Bi Ijah jadi kena marah seperti ini.

Lagian Erina tidak ada maksud apapun sama sekali melakukan semua ini tentunya.

"Kamu jangan marahin Bi Ijah, karena semua ini bukan salah beliau melainkan salah aku yang maksa buat masak."

"Tapi engga sepantasnya kamu yang tamu di rumah ini malah masak buat aku."

"Anggap aja ini semua sebagai balas jasa hutang budi aku, sama kamu karena semua kebaikan kamu yang telah mengizinkan aku untuk tinggal di rumah ini."

"Ya sudah kalau begitu, kita semua ke meja makan sekarang juga. Karena aku juga penasaran sama masakan yang kamu buat."

Akhirnya setelah ke meja makan, Erik sangat terkejut karena tidak pernah selama ini ada masakan sebanyak ini di meja makan miliknya.

Apa lagi Bi Ijah hanya memasak seperlunya saja untuk dirinya, karena selama ini dia hidup dan juga tinggal sendirian sehingga memungkinkan mubazir kalau masak terlalu banyak.

"Kenapa kamu masak sebanyak ini?"

"Mendingan sekarang kamu diam aja, dan engga usah banyak tanya langsung aja santap semua makanan yang ada."

Akhirnya Erina melayani Erik dari mengambilkan lauk dan juga nasi, karena menu masakan yang Erina masak pada saat ini ada rendang, semur jengkol, dan juga ayam goreng rempah.

Setelah mengunyah dan juga makanan itu masuk ke dalam mulut Erik, dia merasa kalau masakan tersebut paling enak.

Selama ini dia tidak pernah makan masakan seenak ini,Karena masakan Bi Ijah terlalu biasa bagi Erik.

"Masakan kamu enak sekali."

"Syukurlah kalau kamu suka."

Setelah menyantap semua makanan yang ada di meja makan, lalu Erik lupa kalau pada saat ini dia ketinggalan handphone di dalam kamar.

Karena kasian dengan Erik kalau sampai dia harus beranjak dari meja makan, nantinya sarapan Erik akan terganggu pada saat ini.

"Kamu mau kemana Erik? makanan kamu belum selesai kamu santap?"

"Aku mau ke kamar ngambil handphone yang ketinggalan."

"Mendingan kamu sekarang duduk aja di meja makan lagi, kalau masalah handphone biar aku aja yang bantu kamu ambilkan."

Erik menurut saja dengan semua apa yang dikatakan oleh Erina, kalau dia ingin membantu Erik untuk mengambil handphone Erik yang ketinggalan di dalam kamar.

Lalu setelah itu Erina langsung melangkahkan kakinya untuk naik ke lantai dua, karena kamar tidur Erik berada di sana.

Saat dia membuka pintu kamar Erik, ternyata Erina sangat benar-benar terkejut dengan pemandangan mata yang disuguhkan oleh pemandangan yang ada di dalam kamar Erik pada saat ini.

"Mengapa bisa-bisanya Erik punya semua foto aku di dalam kamarnya??"

Terpopuler

Comments

Mrs kei

Mrs kei

Erik belum move on dari erina ya

2023-06-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!