Setelah merasa semua keadaan jauh lebih baik akhirnya Bram keluar dari kamar, karena memang mereka semua masih tinggal satu rumah dengan ibu Erni.
Bukan karena Bram tidak mampu untuk memberikan Erina istrinya tempat tinggal yang layak, tetapi memang Erni sangat tidak bisa jauh dari anaknya sehingga dia memohon dan juga meminta kepada Bram agar tidak keluar dari rumah.
"Mah, kenapa sih selalu saja ribut dengan Erina?? apa engga malu sama tetangga sekitar rumah kita kalau kedengaran orang rasanya malu mah."
"Bukan maksud mamah untuk membuat istri kamu seperti terlihat orang yang nampak tidak berguna di rumah ini, sedangkan kamu tau sendiri kalau mamah ini sudah tua. Kalau misalnya kamu melihat mamah nantinya meninggal dunia tanpa melihat kamu menimang anak apa mamah sanggup??"
Bram mencoba untuk memberi tahu ibu Erni kalau apa yang dia lakukan dengan cara mendesak Erina menantunya tersebut adalah cara yang sangat amat salah, tetapi sayangnya Erni selalu saja lebih pandai dalam bicara dan juga berkata-kata.
Bram tidak akan mungkin sanggup untuk berkutik ketika dia harus bicara panjang lebar seperti ini kepada ibunya, sedangkan Erni selalu saja bicara kalau apa yang dia lakukan selama ini demi kebaikan anaknya.
"Tapi mah, kalau terus menerus seperti ini mental Erina bisa terganggu dia bisa setres karena mengalami tekanan hebat dalam batinnya. Lagian mamah juga sesama perempuan seharusnya bisa mengerti kalau perasaan Erina benar-benar terpukul pada saat ini."
"Terus saja kamu bela istri kamu yang sama sekali engga ada gunanya itu, lagian untuk apa lagi mamah ngomong panjang lebar di rumah ini kalau misalnya di mata kamu mamah selalu aja salah. sekarang coba kamu pikir untuk apa melanjutkan pernikahan ini dengan istri kamu yang mandul itu."
Erni mulai menegaskan sepertinya menantunya tersebut bukan wanita yang dia harapkan pada saat ini, karena sudah sangat jelas, kalau dia ingin cepat punya cucu dari Bram. Tetapi kenapa sekarang Erni yang disalahkan seperti ini, seolah-olah Erina yang paling tersakiti di dunia ini.
"Lagian belum tentu juga mah, kalau misalnya Erina yang mandul. Tetapi bisa saja aku!!"
"Apa kamu??"
"Semua kemungkinan bisa saja terjadi mah, tetapi aku mohon sama mamah jangan terus menyalahkan Erina seperti ini kasian dia."
Erni tidak percaya kalau anaknya mandul, karena tubuh Bram ini tinggi dan juga besar sehingga pikirnya kalau Bram ini sangat sehat dan tidak mungkin mandul. Sangat mudah untuk Bram memiliki keturunan kalau memang Erina yang mandul dengan cara menikah dengan wanita lain.
"Sebaiknya kamu menikah lagi saja."
"Apa menikah lagi??"
"Iya menikah lagi, kenapa kamu kaget memangnya keberatan??"
Tanpa memikirkan perasaan dari menantunya seenaknya Erni menyuruh Bram untuk menikah lagi pada saat ini, padahal di dunia ini mana ada wanita yang mau berbagi suami dengan wanita lain.
Tetapi memang dasarnya saja, Erni sama sekali tidak memperdulikan menantunya. Karena yang dia ketahui sekarang ini bagaimana caranya agar Bram bisa memiliki anak dan darah daging sendiri.
Bukan anak dari hasil adopsi atau yang lainnya, karena yang diinginkan oleh Erni dia hanya cucu kandung. Itu saja tidak ada yang lain karena lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menunggu.
"Lagian mendapatkan anak bisa dengan cara apa saja, tidak perlu harus Erina hamil lalu dia melahirkan."
"Terus mau dengan cara apa lagi?"
"Bisa adopsi anak di panti asuhan, lagian anak di sana banyak yang terlantar dan juga banyak yang tidak punya orang tua."
"Sampai kapanpun ibu engga akan pernah mau setuju dengan rencana kamu yang konyol." gumam Erni yang tidak setuju dengan rencana Bram anaknya untuk mengadopsi anak di panti asuhan.
"Lebih gila lagi ketika aku harus menikah lagi, karena itu sama sekali bukan ide yang membuat kita semua memiliki jalan keluar."
Sampai detik ini mereka semua tidak menemukan solusi dari semua permasalahan yang ada, karena Erni masih keras kepala ingin memaksa anaknya untuk menikah lagi hingga detik ini.
"Kalau misalnya kamu bingung mau menikah dengan perempuan yang mana, biar nanti mamah yang carikan kamu istri kedua untuk menikah lagi. Pokoknya kamu serahkan saja sama mamah dan kamu juga tau tinggal beres aja Bram."
"Bukan masalah wanita yang ingin aku nikahin sebagai istri kedua, tetapi yang menjadi pertimbangan pada saat ini aku masih mencintai Erina."
Begitu besar sekali rasa cinta Bram kepada Erina, sampai dia berani berkata tidak ketika Ibu Erni menyuruh untuk menikah lagi pada saat ini.
Membagi cinta dan kasih kepada wanita lain rasanya begitu berat dan juga tidak mudah, banyak pertimbangan yang harus dia pikirkan selain itu juga yang pastinya dia harus bisa adil sebagai seorang suami.
Tetapi Bram tidak akan pernah bisa sanggup untuk berlaku adil kalau sampai dia memiliki dua orang istri.
"Tolong Bram, kamu pertimbangkan semua apa yang mamah katakan pada saat ini. karena harapan mamah untuk menimang cucu cuman kamu saja tidak ada yang lain."
"Mah, aku mohon jangan paksa aku dengan semua apa yang menjadi keinginan dan juga kemauan mamah pada saat ini, karena kalau sampai mamah seperti itu namanya sangat egois dan hanya mikirin diri sendiri."
Bram mencoba untuk menyadarkan mamahnya, kalau pada saat ini kebahagiaan yang dia inginkan bukan memiliki buah hati.
Tetapi lebih tepatnya ketika memiliki rumah tangga yang harmonis dan juga bahagia, tentunya itu semua sudah lebih dari cukup bagi Bram pada saat ini.
"Mamah engga habis pikir sama kamu, kenapa bisa-bisanya lebih nurut sama istri kamu yang tidak ada gunanya tersebut. Dari pada sama mamah yang selama ini melahirkan dan membesarkan kamu."
Keinginan seorang ibu hanya ingin ketika anaknya bahagia, lalu Erni sudah merasa kebahagiaan anaknya pada saat ini tidak lengkap, ketika belum memiliki buah hati di dalam pernikahan yang dia jalani sekarang ini bersama dengan Erina.
"Bukannya aku mau ngelawan sama mamah, tapi aku hanya ingin mempertegas kalau pada saat ini aku sudah besar dan juga sudah menikah. Mamah sudah tidak bisa untuk terlalu ikut campur dalam rumah tangga aku pada saat ini."
mendengar ucapan Bram seperti itu, tentunya Erni begitu sangat kesal sekali. Apa lagi pada saat ini pikirnya kalau sampai menantunya itu mendengar semua apa yang Bram ucapkan kepada ibu kandungnya bisa-bisanya Erina akan besar kepala nantinya kalau seperti itu.
Apakah Bram akan luluh dan mau menerima semua tawaran yang diberikan oleh Ibu Erni untuk menikah lagi???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Mega Setiawati
jangan mau nikah lagi Bram
2023-06-10
1
Mrs kei
ngeri sekali mertua erina
2023-06-07
1