Setelah Eddy pergi, Elang berjalan mengambil baju yang tadi Elang lempar ke sembarangan arah namun saat melihat kondisi baju tersebut yang sudah robek akibat tauran tadi, Elang malah berjalan ke lemari Elina lalu mengambil baju kaos putih polos over size milik Elina.
"Apa yang kau lakukan, lancang sekali kau!!" emosi Elina memuncak melihat tingkah Elang yang seenak nya memakai baju Elina tanpa permisi.
tanpa rasa malu Elang memakai baju tersebut di hadapan Elina lalu setelah memakai baju, Elang menarik satu baju lagi lalu melemparkan baju tersebut ke arah Elina. "Pakai bajunya, setelah itu kita keluar" mata Elina membola dengan sempurna melihat Elang nampak tenang saja padahal jika dia keluar maka sudah di pasti kan ayah Elina akan mengamuk.
"Kau akan mati jika kau keluar" kata Elina memperingati Elang namun Elang bukan lah tipe pria yang suka lari dari masalah, Elang akan selalu menghadapi masalah tersebut walaupun ber resiko tinggi.
.
.
.
Tidak begitu lama Elang dan Elina pun datang menghampiri Eddy yang sedang duduk di sofa dengan wajah serius seperti menahan amarah nya. "Duduklah" kata Eddy.
Elang dan Elina pun duduk di sofa berhadapan dengan ayah nya. "Siapa nama mu" tanya Eddy pada Elang yang terlihat tenang padahal suasana di rumah itu seperti rumah hantu karena ruangan tersebut hanya di terangi dengan lampu emergency.
"Elang Samudera"
"Sejak kapan kamu menjalin hubungan dengan putri saya?"
"Ayah salah faham.. "
"Stop Elina, ayah tidak menyuruh mu untuk bicara" kata Eddy dengan tegas lalu kembali menatap Elang. "Jawab" ucap Eddy menatap Elang dengan kesal.
Namun belum sempat Elang menjawab, beberapa warga mengetuk pintu rumah Eddy. "Siapa yang bertamu semalam ini" ujar Eddy sembari menatap istri nya.
"Biar bunda yang buka pintu yah" kata bunda Elina lalu bergegas pergi untuk membuka pintu.
Seketika suasana semakin mencekam, tak ada yg bersuara dan hanya aura dingin serta tatapan sinis yang terus tertuju pada Elang.
Tak berapa lama bunda Elina kembali lagi. "Yah, di luar ada warga yang menanyakan seorang pria yang lari di sekitaran rumah kita" Seketika seluruh pandangan beralih pada Elang yang masih terlihat tenang.
"Bukan saya" Elang merasa tatapan mereka seperti mengintimidasi Elang dan dengan cepat Elang menjawab padahal tidak ada yang bertanya pada nya.
Mendengar jawaban Elang, Eddy bersama istrinya, pun berdiri lalu menghampiri warga yang masih berada di depan rumah nya. Sedangkan Elang dan Elina hanya menunggu di ruang tamu.
"Maaf bapak-bapak, ada apa ya?" Eddy memilih bertanya lagi agar tau masalah yang sebenarnya.
"Gini pak Eddy, tadi terjadi tauran di jalan melati dan mengakibatkan satu orang meninggal"
"Iya pak, kemungkinan salah satu pelakunya berlari ke arah sini"
"Saya rasa kalian salah karena tidak mungkin ada orang yang berlari di sekitar rumah saya. Kalian kan tau sendiri jika rumah saya paling pojok dan jalan buntu" Jelas Eddy berusaha meyakinkan para warga.
"Iya Pak, maaf sudah mengganggu waktu bapak, kalau pak Eddy melihat seseorang di sekitaran sini, tolong di tahan dan di bawa ke rumah pak RT" kata salah satu warga tersebut.
Eddy pun mengangguk. "Baikla pak" setelah mendengar penjelasan Eddy, para warga pun pergi.
Setelah warga pergi, Eddy kembali masuk ke ruang tamu untuk menginterogasi Elang dan Elina. "Apa kamu juga termasuk dalam tauran di jalan melati?" tanya Eddy.
"Tidak" jawab Elang dengan penuh keyakinan agar kebohongan nya tidak begitu nampak.
Saat sedang di interogasi tiba-tiba saja ponsel Elang berbunyi dan menampilkan wajah sang bunda, yang Elang pasang sebagai foto wallpaper di handphone nya.
Namun tanpa sengaja foto itu di lihat oleh bunda Elina. "Dia kan.. " kata bunda Elina dengan rasa terkejut.
"Saya permisi untuk mengangkat panggilan" pamit Elang lalu beranjak menjauh dari ruang tamu.
"Ada apa bun?" tanya Eddy yang melihat expresi wajah istri nya berubah dengan air mata yang menetes di kedua pipi nya.
Belum sempat bunda Elina menjawab, Elang sudah datang dan kembali duduk di samping Elina. "Siapa nama ayah mu" tanya bunda Elina dengan antusias.
"Wijaya" jawab Elang singkat.
"Dia anak nya Wijaya yah, teman ayah dulu saat tinggal di panti asuhan" Seketika expresi wajah Eddy berubah.
Eddy lalu kembali menatap Elang. "Telfon orang tua mu, saya ingin berbicara" kata Eddy sedikit memaksa.
Tanpa banyak bertanya lagi, Elang kembali menelfon bunda nya. "Kenapa lagi lang" tanya sang bunda setelah sambungan telfon nya sambung.
"Ada seseorang orang yang ingin berbicara dengan bunda" Elang lalu menyerah kan ponsel nya pada Eddy.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Pemulung Ellit
idih... minta ditempeleng gak nih orang. seenaknya banget. udah dibiarin ngumpet juga🙄
2023-06-18
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
pertanda apakah ini😂😂 apakah elang dan ellina akan dijodohkan?
2023-06-17
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
wkwkwkwk.. udah merasa dia
2023-06-17
0