Bab 5

Selesai menyelesaikan pekerjaan  kantor, aku mulai menaiki motor, terasa angin dingin menusuk tubuhku, dimana aku pulang di jam delapan malam. 

Mengetuk pintu, dengan harapan istriku sudah berdandan cantik dan menyiapkan makanan. 

Beberapa kali ketukan pintu aku layangkan, tetap tidak ada respon sama sekali. 

"Ahk, kemana si Ainun ini. "

Mengacak rambut kasar, aku berusaha tetap tenang, menghela napas beberapa kali mencoba tak emosi. 

Ceklek. 

Mengibas ngibaskan tangan, bau air kencing tercium pada hidung ini, saat pintu terbuka lebar. 

Wajah dan rambut istriku terlihat berantakan, membuat aku bertanya padanya, " Kenapa rumah ini bau. "

Raut wajah Ainun tak memperlihatkan kesenangan sama sekali, ia malah menatap tajam dengan menjawab, " Si kembar tidak pakai pampers jadi mereka kencing dimana saja. "

Aku terkejut dengan jawaban istriku, " Apa. Kenapa bisa? Uang tadi pagi kamu apakan?"

Ainun terlihat kesal padaku, ia merogoh saku celana memberikan uang dua puluh ribu itu. 

"Nih, uang dua puluh ribu yang kamu berikan padaku masih utuh."

Istriku pergi, setelah memberikan uang senilai dua puluh ribu itu. 

"Ainun tunggu. "

Langkah kaki istriku kini berhenti,  " Kamu ini, kenapa uang ya masih utuh, sekarang aku makan apa. "

Ainun membalikkan badan, menatap ke arahku dengan kedua mata berkaca kaca. 

"Kamu bisa belikan uang itu untuk mengisi perut  kamu yang keroncongan. Aku tak mau membelanjakannya, jika kamu masih perhitungan pada istrimu sendiri ini. "

Perkataannya itu membuat hatiku tiba tiba tersentak, ada rasa sakit yang tak aku mengerti, apalagi saat melihat kedua mata istriku ini mengeluarkan rintikan air. 

"Ainun, kalau kamu tidak belanja anak anak makan apa?"

Pertanyaanku membuat Ainun menjawab dengan berjalan pergi, " Kamu jangan kuatir, anak anak masih bisa aku beri makan. "

Aku mulai duduk merasakan rasa lelahku, membuka ponsel, (Nak, jadi gimana uangnya.) 

Aku lupa mentransfer uang pada ibu. (Ya bu, Reza akan kirim uangnya sekarang.) 

(Terima kasih ya. Nak.) 

Beranjak berdiri, waktu untuk  aku mandi. 

Masuk ke dalam kamar, istriku terlihat sedang memilih milih pakaiannya. Aku yang melewati tubuhnya hanya diam, dan melanjutkan aktivitas untuk segera mandi. 

Selesai membersihkan diri, aku berjalan ke arah istriku,  bertanya. " Ngapain kamu milih milih baju kaya gitu?"

Ainun tak menjawab pertanyaanku sama sekali, ia terus melipat baju di masa gadisnya. 

"Kamu kenapa?"

Pertanyaan terus aku layangkan, dimana Ainun menatapku dan berkata. " Kamu masih tanya aku kenapa? Coba kamu tanya hati kamu, kenapa dengan aku yang sekarang." Ainun malah bertanya balik padaku, membuat aku menghela napas, " Jadi apa mau kamu sekarang?"

Ainun menghentikan tangannya yang sedang melipat baju, ia menatap ke arahku dan tersenyum. " Aku ingin kamu membantuku saat aku lelah, capek mengurus anak dan pekerjaan rumah. Apa kamu bisa?"

Aku berdiri, setelah mendengar perkataan Ainun, tertawa di depannya, " tugasku itu hanya bekerja."

Ainun melemparkan baju yang baru saja ia lipat." Kalau memang tugasmu hanya bekerja, bagaimana kalau kita bertukar peran selama tiga bulan ini. Agar kamu tahu gimana rasanya jadi Irt dengan tiga anak, tanpa mesin cuci. Tanpa pembantu, uang yang kamu berikan hanya lima puluh ribu atau dua puluh ribu sehari saja. "

Aku memalingkan wajah, mendengar perkataan istriku,  dimana aku tertantang mejadi peran ibu rumah tangga. " Baik, kalau itu kemauan kamu. Kamu lihat saja, aku lebih pintar dari kamu. "

Ainun menyodorkan tangannya padaku, dimana aku berucap setuju didepannya.

"Kapan bisa kita mulai?"

"Besok."

"Oke."

*******

Terpopuler

Comments

Kusmiati

Kusmiati

aku bingung,nama istrinya reza dania apa ainun

2023-06-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!