Bab 3

"Suapin anakmu, biar aku buatkan kopi," nada suara istriku terdengar ketus, membuat aku mendelik kesal. Membiarkan si kembar merengek meminta makan pada ibunya, biar tidak jadi kebiasaan. 

"Sebentar sayang." Teriakan istriku terdengar nyaring pada telinga ini, membuat aku merasa tak nyaman. 

Ia berjalan terburu buru dengan membawa gelas berisi kopi, " Ini. " Memberikan padaku, hingga kopi itu sedikit tumpah ke atas meja. 

"Kamu ini kalau kerja bisa becus sedikit tidak, bikinin kopi sampe tumpah tumpah begini. "

Istriku malah membulatkan matanya, mengambil piring diatas meja, untuk kembali menyuapi si kembar. 

Bibir tipis yang biasa tersenyum kini berubah mengkerut, istriku terlihat seperti orang asing. Kerjaannya marah marah, setiap kali bertengkar selalu menyalahkan aku. 

Sekarang Ainun benar benar berubah. 

"Sayang, ayo makan. " Si kembar tampak  ceria, mereka begitu bahagia. Saat istriku menyuapi dengan mengajak mereka bermain. 

Saat tangan ini mulai memegang gelas, aku lupa jika kopi hangat ini masih memperlihatkan asap yang mengepul keluar. 

"Aa, panas. Panas. "

Mengibas ngibaskan tangan karena kepanasan, Ainun perlahan menatapku sekilas. 

"Kalau bikin kopi pake gelas yang ada kupingnya biar aku gampang minum. "

Ainun terlihat mengabaikan perkataanku. 

Mengangkat gelas dengan perlahan menuju ke bibir, syrup …. " Ahk, kopi apaan ini?"

Aku menatap ke arah Ainun, dimana ia tersenyum tipis, " Heh, kamu masukkan apa ke dalam kopiku?"

"Gula habis, jadi aku ganti pake garam!" jawabannya dengan begitu santai. 

"Apa, ya kenapa kamu tak beli. Pantas saja rasanya nggak enak. " 

Ainun berdiri, ia menaruh piring yang sudah tak tersisa nasi sedikitpun. Menyodorkan tangan ke arahku, " uangnya mana?"

Mengerutkan dahi, aku berdiri. " Bukannya kemarin sudah aku kasih uang lima puluh ribu, masa habis dalam sehari?"

Ainun tersenyum tipis, " Mas, uang lima puluh ribu itu  mana cukup untuk beli beras, minyak, gula. Gas, lauk pauk untuk anak anak. Belum kopi kamu!"

" Pasti cukuplah, kamunya saja yang boros. Ini."

Aku mulai menyodorkan Uang dua puluh ribu pada istriku, " Ini jatah dapur."

Istriku melemparkan uang dua puluh ribu itu ke hadapanku, " Mas, uang segini mana cukup, membeli pampers si kembar juga nggak cukup, kamu ini gila ya, mas. "

"Kamu bilang aku gila, mana ada. Kamunya saja yang tak bisa mengatur uang, makanya jadi istri tuh jangan kerjaannya minta doang. Inisiatif dong.  Cari kesibukan yang menghasilkan uang."

"Mas, boro boro aku bisa cari uang, kamu tahu sendirikan anak kita ada tiga, masih kecil kecil. Mana bisa aku melakukan semua itu, kalau kamu hanya memberiku uang lima puluh ribu seharinya."

"Ahk, pasti jawabanya uang. Kamu pikir lah pake otak.  Di luar sana banyak istri yang nggak bergantung pada suami, mereka mandiri bisa mengurus anak, bisa cari duit. Lah, kamu. Contoh tuh si Sari, tetangga kita. "

Aku menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki, istriku terlihat dekil. 

"Oh jadi itu yang kamu mau. "

"Ya."

"Baik kalau begitu. Aku akan menjadi wanita yang kamu inginkan. "

Istriku kini menggendong si kembar, membawa keduanya, ke kamar mandi.

"Ainun, aku berangkat kerja dulu. "Teriakanku tak dijawab sama sekali. Olehnya, membuat aku pergi dengan membanting pintu cukup lumayan keras.

Brakk ....

" Gimana mau bahagia, punya istri kerjaanya membantah, di kasih duit kurang mulu bilangnya. Ngerjain kerjaan rumah nggak becus. "

Terpopuler

Comments

mey

mey

wooo lanangan s*t*n!!!😫😠😡

2023-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!