"Hah, kenyang." Mengusap pelan perut buncit setelah menikmati nasi goreng dari pedagang kaki lima, aku beranjak pulang untuk mengistirahatkan tubuhku karena besok hari weekend, dimana seorang ayah harus meluangkan waktu untuk me time.
Bukan istri saja yang me time setiap hari, yang kerjaannya hanya leha leha dan tiduran.
Membuka pintu rumah, aku melihat Ainun keluar dari kamarnya, ia berjalan ke dapur membuat aku tersenyum sinis.
Masuk ke dalam kamar, tak memperdulikan dia sama sekali. Melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Tak terasa, nongkrong dari jam tujuh malam sampai jam segini, membuat kedua mata terasa berat, ingin menutup saat itu juga.
Untuk segera masuk ke dunia mimpi.
Suara piring dan juga air mengalir membuat tidurku terasa tak nyaman, " si Ainun ini ada aja kerjaannya." Bangkit dari tempat tidur, aku mulai melihat Ainun di dapur.
"Malam malam begini, sedang apa dia. "
Mengintip dari balik tembok, Ainun sedang membereskan piring kotor, mencuci baju. Begitupun dengan memasak.
Aku mulai berjalan ke arahnya, ia terlihat sibuk dengan rutinitasnya. " Kamu bisa tidak ngerjain sesuatu itu pagi aja, jangan malam begini, kamu lihat nggak jam berapa sekarang? Waktunya istirahat, tidur."
Membulatkan kedua mata ke arahku, terlihat bawah mata Ainun terlihat begitu hitam membuat aku berkata. " Apa, mau marah. Urus tuh wajah udah kaya mak lampir."
Istriku hanya diam, aku melihat ia mengepalkan kedua tangan.
Ainun terlihat menghela napas, mengambil sampah yang sudah menggunung tinggi, membawa pergi sampah itu dari hadapanku.
"Heh, kalau suami bicara itu dengar, bukan malah pergi begitu saja. "
Ainun tak menjawab perkataanku, ia pergi dengan langkah yang begitu cepat. Membuat aku menggerutu kesal.
"Kenapa sih dengan dia. "
Brakk, brakk. Mendengar suara gebrakan dari luar rumah, membuat aku berlari melihat apa yang terjadi.
Ternyata istriku sedang kewalahan mengambil air galon yang masih berada diluar, " Lemah banget kamu, ngangkat galon segitu aja."
Istriku menurunkan air galon itu, menendangnya hingga pecah.
"Ainun, gila kamu. Nanti kita minum air apa?"
Ainun tiba tiba mengacak rambutnya dengan kasar, " Mas, bisa tidak kamu itu jangan berisik. Aku pusing dengernya, aku capek. Lelah seharian mengurus rumah, anak dan keperluan kamu. Bantulah sedikit."
Mengerutkan dahi, melihat kemarahan-nya membuat aku berucap. " Aku juga capek kerja."
Mengacak kasar rambut, aku mulai meninggalkan istriku masuk ke dalam kamar. Membiarkan dia berdiri sendirian di ruang tamu.
*****
Brakk ....
Menutup pintu dengan begitu keras, aku mulai merebahkan tubuhku di atas kasur.
Dimana sosok wanita yang aku nikahi selama sepuluh tahun ini, mengetuk ngetuk pintu.
"Mas, buka. "
Aku mulai menutup kedua telinga dengan bantal, segera tidur.
"Mas."
********
"Ahk."
Berteriak, dimana aku terbangun dari tidurku. Melihat jam, sudah menunjukkan pukul lima pagi. Melangkahkan kaki, sesekali menguap.
"Ahk, sekarang libur ya. Bisa santai. "
Membuka pintu kamar, melihat semua sudah tampak rapi, aku mulai duduk di atas sopa, memanggil istriku.
"Ainun."
Panggilan dariku tak di dengar olehnya, " Ainun. "
Bangkit dari atas sopa, Ainun terlihat sedang menyuapi anak kembarku.
"Kamu dengar tidak panggilan dariku?"
Ainun menatap ke arahku sekilas, ia kini memalingkan wajahnya, " kamu tidak lihat aku sedang apa?"
Perkataan Ainun membuat aku mengerutkan dahi, " Hey, aku suruh kamu loh, buatkan aku kopi. Bukan melayaniku di ranjang. "
Ainun bangkit dari tempat duduknya, ia menghentikan suapannya. Berjalan ke arahku, Ainun memberikan piring kepadaku.
"Apa maksud kamu, Ainun?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments