Vito berjalan menghampiri mamah kandung nya, hubungan nya dengan mamah kandung nya sendiri tidak begitu baik. Ia mau bertemu dengan mamah kandung nya karena hanya mengambil keuntungan di karir model nya. Mamahnya mempunyai koneksi yang begitu luas di Dunia modeling, itu benar-benar membantu Vito untuk terus menanjak maju ke depan.
"Lama sekali."
"Aku baru selesai pemotretan," ucap Vito.
"Ayah mu tidak melarang mu bertemu dengan mamah kan?"
"Dia tidak pernah peduli dengan mamah, jadi tidak ada masalah. Ada apa? Mamah ingin mengenalkan ku dengan seseorang," tanya Vito.
"Nah itu kamu tau.. Kamu mau jadi cover majalah di Singapore kan? Ada syaratnya untuk masuk ke sana? Mamah bisa membantu mu."
"Jika melalui tahap seperti mamah, aku tidak mau aku hanya ingin menjadi bintang karena kemampuan ku bukan karena seperti itu," ucap Vito.
"Selamanya kau tidak akan bisa sampai ke sana, ikuti apa yang mamah katakan."
"Itu yang membuat ku tidak suka dengan mamah, karena itu mamah tidak pernah memberikan ku kasih sayang sejak kecil. Karena itu ayah menikah lagi dengan mamah Dian, aku benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikir mamah." Vito berjalan pergi meninggalkan mamah nya itu, ia semakin muak dengan mamah kandung nya sendiri.
Vito memutuskan untuk ke bengkel tempat ia mempercayakan mobil Emma, ia berharap mobil Emma yang lecet mulai di perbaiki.
Sesampainya di tempat itu Vito kebingungan karena ia belum melihat mobil Emma ada di sana, padahal ia sudah memberikan kunci mobil itu sejak pulang kuliah tadi.
"Hey kau tadi mobil berwarna merah, tadi aku sudah meminta pegawai mu untuk mengambil nya," ucap Vito.
"Maaf mas, kami baru saja buka kembali, tadi siang sempat tutup sebentar."
"Ha.. Aku tidak salah kok. Tadi aku memberikan kunci mobil pada pegawai yang biasanya menangani mobil ku," ucap Vito yang mulai terlihat panik.
"Yang memakai topi dan baju berwarna biru?"
"Iya itu orang nya," ucap Vito.
"Maaf mas dia sudah tidak bekerja dari seminggu lalu, tadi dia memang datang untuk mengambil barang barang nya."
Vito sangat terkejut mendengar hal itu, ia bagai tersambar petir di siang bolong, rasanya begitu mustahil mobil Emma di bawa lari oleh orang yang pernah menangani mobil nya.
"Sebaiknya mas lapor ke polisi, mana tau bisa membantu mas menemukan mobil itu."
Vito kembali masuk ke dalam mobil dengan wajah yang pucat. Mau lapor ke polisi harus memerlukan persetujuan dari Emma, surat surat dan pemilik mobil itu Emma, ia tidak bisa asal lapor begitu saja.
"Kalau aku memberitahu nya pasti dia akan semakin marah pada ku, bisa tidak keluar nilai ku. Mana harga itu mobil hampir 1 M," ucap Vito.
Vito kembali ke rumah untuk memikirkan jalan mana yang aja ia ambil, ia mempunyai uang untuk mengganti mobil Emma tapi sangat sayang uang hasil kerja kerasnya ia gunakan untuk membelikan mobil orang lain.
Sesampainya di rumah, Vito terkejut melihat kakek nenek serta paman nya sedang berkumpul di rumah nya. Mereka semua orang yang sangat kaya, ini kesempatan Vito untuk mendapatkan uang tambahan.
Vito langsung bergabung dengan mereka semua, ia mengambil hati mereka dengan prestasi baru nya, satu keluarga hampir mendukung nya menjadi model. Jadi saat Vito mendapatkan prestasi baru mereka sangat senang mendengar nya, kesenangan mereka menjadi angin segar untuk Vito.
Pukul 8 malam, Vito masuk ke dalam kamar dengan mendapatkan beberapa cek dari keluarga nya, walaupun uang yang ia dapatkan belum separuh harga mobil Emma, ia sudah sangat bersyukur.
"Aku tidak mempunyai wa nya, besok aku akan langsung meminta nya. Sebenarnya dia cantik juga ya, aku jadi penasaran dengan Emma," batin Vito.
****
Keesokan harinya, Vito menunggu Emma di depan gerbang kampus, ia tidak ada kelas dengan Emma, jadi untuk bertemu dengan nya Vito memutuskan menunggu Emma di situ. Ia tidak ingin mencari Emma saat sudah dalam kampus nanti.
"Emma," teriak Vito saat melihat Emma berjalan masuk ke dalam kampus.
Emma membuang nafasnya dengan kasar, pagi ini ia merasa sangat sial bertemu dengan Vito.
Karena malas menanggapi Vito, Emma memutuskan untuk terus berjalan, ia yakin Vito hanya ingin membahas tentang mobil nya.
"Emma tunggu, mobil mu hilang," ucap Vito.
Sontak Emma langsung menghentikan langkah kakinya, ia juga langsung membalik tubuh nya.
"Apa kata mu," tanya Emma.
"Ikut aku." Vito menarik tangan Emma pergi dari tempat itu.
Vito membawa Emma ke kantin kampus, lebih enak berbicara dengan Emma di kantin karena banyak orang. Pagi pagi begini jarang orang ke kantin kampus.
"Ah sakit," ucap Emma.
"Eh maaf." Vito langsung melepaskan tangan Emma, tanpa sengaja Vito melihat tangan Emma yang terdapat luka memar.
"Kamu jatuh," tanya Vito.
"Tidak tidak papa.." Emma langsung menutup luka itu.
"Sakit pasti kan, sebentar." Vito beranjak dari tempat nya.
Emma merasa sangat bodoh karena menunjukkan memar nya pada Vito.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments