Rahasia Perawan

Frederick berlari ke sebuah perpustakaan yang sudah lama ditutup. Ia sengaja memasuki ruangan itu secara diam-diam demi bisa mencari tahu sesuatu.

Mencari buku-buku lain yang mengisahkan tentang titisan dewi, tetapi ternyata tidak ada. Namun justru, ia menemukan sebuah buku yang bertuliskan dunia paralel. Rasa penasarannya semakin besar hingga membuatnya membuka buku tebal yang sudah ditutupi oleh banyak debu.

Frederick terbatuk-batuk saat debu bertebaran saat membukanya, namun ia tidak menyerah hingga lembaran pertama terbuka.

"Dunia paralel? Apa itu?" Lembaran pertama mulai terjawab dengan rasa penasarannya. "Jadi, dunia paralel adalah alam semesta lain yang ada di luar sana. Bahkan memiliki sistem yang sama seperti di dalam dunia bumi. Tapi, lebih ke arah kerajaan dan semacamnya. Apa mungkin ini dunia paralel adalah duniaku sekarang? Lalu dunia lain bisa saja bagian dari Pythia."

Lembaran lain semakin ia buka, namun hanya ada gambar-gambar tentang keseharian penduduk paralel. Namun ada sebuah gambar yang cukup membuat Frederick merasa sangat penasaran.

"Liontin mahkota? Kenapa bisa tergambar di dalam dunia paralel? Apa mungkin memiliki kaitannya dengan buku ini? Ini semakin membuatku ingin memecahkan misteri, tapi sepertinya aku harus bertanya langsung kepada Dewi Pythia, jika perlu membuatnya memaksa," ancam Frederick dengan raut wajahnya penuh kesal.

Menaruh kembali buku tebal tersebut, lalu ia kembali pergi. Berharap agar bisa bertemu dengan Pythia, tetapi justru keberadaan Pandora membuatnya terhalang.

"Sial! Ratu Pandora ada bersamanya. Baiklah, aku akan menundanya dulu."

***

Perayaan pesta mulai berlangsung, semua penduduk istana mulai berkumpul begitupun dengan Pythia yang sudah didandani dengan sangat cantik langsung oleh Ratu Pandora.

Xavier sedang menunggu Pythia untuk naik bersamanya ke atas podium, hingga melihat kedatangan wanita itu membuatnya semakin terpesona. Mengulurkan tangan sembari berjalan mendekat ke arah pendeta sampai upacara pernikahan mulai tiba.

Ciuman manis untuk terakhir, membuat Xavier dan Pythia sudah resmi menjadi suami dan istri. Lalu selanjutnya, Pythia dinobatkan sebagai permaisuri, tentu saja kedudukannya jauh lebih tinggi daripada Ratu Pandora.

Meskipun sang ratu istri pertama, namun Xavier tidak pernah menobatkan istri pertamanya itu sebagai permaisuri, hanya sebatas istrinya.

Kalung serpihan liontin mahkota mulai bercahaya saat tiba-tiba lampu padam, ulah itu dilakukan oleh Frederick hanya karena ia ingin melihat tentang kebenaran Pythia yang sebenarnya.

Ia segera membawa pergi Pythia dengan berusaha menarik tangan wanita itu secara paksa di tengah keramaian, namun tidak ada yang menyadari hal itu.

"Ke mana kau membawaku?" tanya Pythia dalam ketakutan.

"Tutup mulutmu atau aku akan langsung membunuhmu di sini. Sekarang katakan padaku, darimana kau dapatkan serpihan kalung berliontin mahkota itu? Di mana sisa serpihannya? Apa kau berusaha menyembunyikannya?" tanya Frederick sembari mencekal erat tangan Pythia.

"A-aku tidak tahu apapun dengan maksud pertanyaanmu ini," sahutnya dalam tubuh gemetaran.

"Jangan berbohong padaku. Katakan dengan sejujurnya darimana?" paksa Frederick.

"Sungguh! Aku tidak tahu apapun! Bahkan aku melihat Xavier untuk pertama kalinya saat di dalam gua," jelas Pythia yang terlihat seperti tidak ada kebohongan.

Tatapan mata Pythia membuktikan jika dia tidak berbohong, hingga perlahan-lahan Frederick mulai percaya.

"Baiklah, tapi jika saja aku tahu sesuatu tentang ini. Maka aku tidak akan melepaskan dirimu, ingat itu, dan satu lagi jangan katakan apapun kepada Xavier atau siapapun di sana. Kalau masih ingin hidup dengan tenang, mau mengerti?" ancam Frederick sembari memperlihatkan sebuah senjata tajam.

Membuat Pythia menelan ludahnya sembari menjawab dengan anggukan kecil. Frederick segera membawa Pythia kembali, dan lampu menyela dengan semula.

Terlihat keringat dingin yang berusaha Pythia sembunyikan dalam ketakutannya, hingga Xavier memberikan isyarat kepada Baron agar menghentikan acara tersebut.

"Apa kau takut kegelapan, Pythia? Maaf, tapi mungkin ada kesalahan di bagian listriknya. Sampai kau ketakutan seperti ini, maafkan aku," ucap Xavier dengan penuh rasa bersalah sembari membawa istrinya ke dalam pelukan.

"Aku baik-baik saja," sahut Pythia setelah berusaha menghembuskan nafasnya.

Secara diam-diam, Pandora melihat perlakuan manis dari Xavier untuk Pythia, secara tidak langsung ia juga sangat menginginkan perlakuan yang sama. Terlebih setelah menikah, mereka bahkan selaku tidur terpisah.

"Apa salahku? Padahal, aku juga seorang istri dan berhak mendapatkan hakku sebagai istri. Bukan sekedar pengakuan saat di depan banyak orang, tapi juga sikapnya baik ketika sedang berdua," ucapnya dengan penuh kesedihan saat mengintai Xavier dari balik pintu.

"Jika kau berusaha, maka kau akan mendapatkan hal itu," bisik Frederick.

"Frederick? Sejak kapan kau di sini?"

"Pelan kan suaramu, Pandora. Aku ke sini karena ingin mencari tahu tentang kebenaran wanita itu. Tapi justru lebih dulu melihatmu yang sedang patah hati, kau sedang cemburu?"

"Ya, jujur saja aku sangat mencintai Xavier. Bahkan aku rela tiada untuknya, tapi Xavier tidak pernah mengganggap diriku ada."

"Jika begitu, kenapa tidak kembali ke istanamu saja? Itu jauh lebih baik, bukan?" tanya Frederick yang berusaha memancing amarah dari wanita itu.

"Apa maksudmu? Dan berani sekali kau berbicara kasar dengan ratu istana Royaley, aku pun kakak iparmu, Frederick," tanya Pandora yang mulai kesal.

"Hentikan omong kosong itu karena bagiku, kau hanyalah seorang wanita yang sedang cemburu. Sekarang ikut denganku, Pandora. Aku akan memperlihatkan sesuatu," ajak Frederick yang langsung menarik tangan wanita itu meskipun terpaksa.

Pandora berusaha berontak, namun kekuatan Frederick jauh lebih besar. "Lepaskan aku! Ke mana kau ingin membawaku?"

"Aku sudah bilang, kan? Tutup mulutmu dulu." Frederick tidak peduli, sampai ia terus menarik Pandora memasuki sebuah perpustakaan yang ditinggalkan.

"Buat apa kita ke sini? Aku tidak suka kalau kau ingin menyakitiku. Jangan berpikir aku akan rela memberikan keperawanan ini untukmu, Frederick," ucap Pandora yang mulai berpikir buruk.

"Oh astaga ... kau pikir aku perusak kelamin, begitu?" Frederick terkekeh kecil. "Ayolah ... aku tidak ingin menyakitimu, tapi aku baru tahu kalau ternyata kau masih perawan? Jadi, pernikahan yang sudah terjadi selama dua bulan, itu artinya Xavier belum menyentuhmu sama sekali, ya?"

Frederick mulai menggoda Pandora, sampai membuat wanita itu menepis tangannya. "Hei! Jangan kurang ajar! Aku seperti ini karena Xavier sangat menghormati diriku."

"Oh ya? Menghormati atau tidak dipedulikan? Pandora, jangan berlagak seolah-seolah aku tidak tahu kalau kalian sampai sekarang tidur terpisah kamar, benarkan?"

"Ka-kau tahu darimana? Atau jangan-jangan setiap hal selalu kau selidiki? Frederick, aku pastikan Xavier akan tahu dengan kelakuan mu ini," ancam Pandora sembari menatap dengan tajam.

"Bisa dibilang begitu, tapi tidak juga karena aku hanya akan melakukan apapun yang aku sukai, itu saja kebenarannya. Tapi, aku sedikit kasihan karena kau masih perawan, padahal sudah menikah. Jangan sampai jadi perawan tua. Mau mencobanya bersamaku?"

"Men-mencoba apa? Apa kau tidak waras?" tanya Pandora dengan terbata-bata saat melihat senyuman Frederick yang terlihat sangat mesum.

"Ayolah ... jangan berpura-pura bodoh, aku tahu kau sangat mengerti."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!