Dalam keadaan yang genting, Will berusaha keras untuk memotong tali yang tersangkut di kaki anggota tim yang terjatuh. Namun, monster-monster semakin mendekat dengan cepat, mencoba meraih mereka dengan kehausan yang ganas.
Dono melihat situasi itu dan tanpa ragu, ia menghentikan larinya dan bergabung membantu menembaki monster-monster yang mendekat,
"Cepat!" seru Dono dengan suara terengah-engah. "Aku hampir kehabisan peluru!"
Will merasakan semangat yang menggelora dalam dirinya saat tali semakin terlepas. Dia memfokuskan seluruh kekuatannya untuk melepaskan anggota tim yang terjatuh. "Sedikit lagi... yak!" serunya dengan perasaan lega saat tali akhirnya terlepas.
Tanpa membuang waktu, ketiganya melanjutkan larinya dengan secepat mungkin. Mereka mengarahkan langkah mereka menuju sungai, berharap menemukan tempat yang lebih aman di dekat gua rahasia yang disebutkan sebelumnya. Di tengah kegelapan yang semakin dalam, suara deru sungai menjadi semakin nyata, memberikan mereka harapan dan dorongan untuk terus berlari.
"Arah jam dua!!" Seru Will, menunjukkan kemungkinan tempat yang menjadi gua rahasia,
Mereka bertiga menyeberangi sungai yang tidak dalam dan pergi kearah sebuah gundukan, Dan benar saja, disana ada gua rahasia.
Mereka memasuki gua dengan hati-hati, langkah demi langkah melintasi jalur yang terjal dan berbatu. Ketegangan masih terasa di udara, Cahaya redup menggantung di udara, memberikan suasana yang misterius dan memancarkan bayangan-bayangan aneh di sekitar mereka.
Mereka tiba di sebuah ruangan bawah tanah yang luas. Di sana, cahaya redup menyoroti dinding-dinding batu yang kasar. Suasana gua itu terasa dingin dan lembab. Mereka melihat-lihat dengan hati-hati, waspada terhadap ancaman apa pun yang mungkin muncul.
Dono dan timnya bersiap-siap menunggu kedatangan monster-monster yang mengejar mereka. M16 Dono, pistol Will dan AR 15 nya anggota satu lagi, ketiganya diangkat dan dibidik. ke satu arah yang mana jalan masuk kedalam ruangan bawah tanah itu. Setetes keringat mengalir ke dagu Will dan terjatuh, mendengarkan dengan seksama setiap langkah kaki....
Monster-monster yang mengejar mereka tadi berjatuhan kedalam ruang bawah tanah itu.
Dono dan timnya menghujani monster-monster itu dengan letupan api serta peluru-peluru yang menghiasi udara.
"Drrrr drrr"
Puluhan monster itu tersungkur mati tak bersisa. Dono dan timnya berhenti menembak, mereka kemudian mendekati ke arah tumpukan mayat monster-monster yang telah ditembaki, memeriksa apakah masih ada yang hidup. Dan... sudah mati semua.
"Haaa" helaan nafas mereka bertiga lega.
"kita harus lanjut," ujar Dono dengan tekad yang kuat. "Mungkin ada jalan keluar di sini."
Dengan hati-hati, mereka melanjutkan menjelajahi gua yang gelap itu. Terowongan-terowongan sempit membawa mereka lebih dalam ke dalam labirin yang tidak diketahui. Mereka meluncur melewati ceruk-ceruk yang gelap dan menuruni tangga batu yang licin.
Akhirnya, setelah penelusuran yang penuh ketegangan, mereka berhenti sejenak.
"Mari kita beristirahat sejenak," ucap Dono dengan suara rendah. "Kita perlu mengumpulkan tenaga dan memikirkan langkah berikutnya."
Mereka meletakkan senjata mereka dengan hati-hati dan duduk menyandar pada dinding-dinding gua. Kelelahan mereka sedikit demi sedikit, tetapi tetap waspada terhadap segala kemungkinan di sekitar mereka.
Dono melihat kearah Will yang membuka kaki dan melekukkan lututnya keatas, kepalanya tertunduk kebawah sambil dipegang dengan tangan kanannya seperti orang frustasi.
Dono melangkah perlahan mendekati Will yang terlihat frustasi. Ia mencoba membaca ekspresi wajah temannya itu, mencari tanda-tanda apa yang mungkin membuatnya begitu tertekan di tengah situasi yang sulit ini.
Will mengangkat kepalanya perlahan, matanya terlihat penuh kecemasan. "Dono, aku... aku merasa bersalah," ucapnya dengan suara bergetar.
Dono mendekati Will dan duduk di sampingnya. "Bersalah? Tentang apa?"
Will menatap ke dalam mata Dono dengan raut wajah yang penuh penyesalan. "aku...aku...aku membunuh orang. Aku...menembak kepala anak kecil 3 kali. Aku tahu itu adalah pilihan yang harus diambil, tapi aku merasa seperti aku telah melakukan hal keji kepada mereka." ucapnya dengan nada bergetar
Dono merasa dadanya terasa berat mendengar pengakuan Will. Ia memahami perasaan temannya itu, namun mereka berada dalam situasi yang ekstrem, di mana keputusan cepat dan tegas bisa menjadi perbedaan antara hidup dan mati.
"Dengar, Will," ucap Dono dengan penuh kebijaksanaan. "Kita semua dihadapkan pada situasi yang tak terduga dan penuh bahaya. Tidak ada yang bisa memprediksi bagaimana kita akan bertindak dalam kondisi seperti ini. Ketakutan dan keragu-raguan adalah reaksi manusiawi. Yang penting sekarang adalah kita harus tetap fokus pada bertahan hidup dan mencari jalan keluar."
Will menatap Dono, mata mereka saling bertemu dalam keheningan gua yang gelap. Perlahan, ia menganggukkan kepala, menerima kata-kata Dono sebagai pengingat bahwa mereka adalah tim yang harus saling mendukung.
"Kau benar, Dono," ucap Will dengan suara yang lebih mantap. "ayo kita lanjutkan"
Dono tersenyum menganggukkan kepala. ia bangkit dari duduk.
"Baiklah, saatnya bangkit dan melanjutkan perjalanan. Kita harus mencari anggota tim yang tersisa dan meninggalkan desa ini," ucap Dono dengan suara yang penuh tekad, sambil mengulurkan tangan kanannya kepada Will, mengajaknya untuk berdiri.
Will memandang tangan Dono dengan rasa ragu sejenak, seolah merenungkan pilihan yang ada. Namun, akhirnya ia menggapai tangan Dono, Mereka berdua berdiri, diikuti oleh anggota tim yang tersisa, siap melanjutkan perjalanan mereka melalui gua yang suram ini.
Mereka melangkah maju dengan hati-hati, mengikuti lorong gua yang semakin dalam. Sampai akhirnya, mereka mencapai ujung gua dan terpampang di hadapan mereka pemandangan yang mengarah ke utara desa.
"Dengan melihat pemisahan jalan di desa ini, aku yakin ini adalah arah yang dituju oleh tim kedua," ucap Will dengan keyakinan dalam suaranya.
Dono mengangguk, menyetujui perkataan Will. "Kau benar. Mari kita terus bergerak ke arah utara dan mencari tim kedua."
Tanpa buang waktu, Dono mengambil telepon radio yang ada pada peralatan mereka. Dia menyalakannya dengan hati-hati dan mendekatkannya ke mulutnya, mencoba memanggil tim kedua dengan harapan mendapatkan tanggapan.
"Unit 06A, Alpha satu disini. Apakah ada yang mendengarku?" ucap Dono melalui radio dengan suara yang penuh harap.
Mereka menunggu dengan penuh harap, berharap ada jawaban yang datang, tanda bahwa mereka tidak sendirian dalam kejadian suram ini.
Belum ada yang menjawab. Dono mengulangi perkataannya, tapi tidak ada tanggapan yang diterima. Tanpa kehilangan harapan, Dono mencoba sekali lagi untuk menghubungi tim kedua. Dan akhirnya, suara bergegas masuk melalui radio.
"Unit 06A, Alpha dua disini... hah... hah... bos. Jangan kemari... apapun yang terjadi, jangan kemari," suara itu terdengar terengah-engah dan terhenti sejenak. "Wanita pimpinan itu... dia menjebak kita... hah... hah...sesosok iblis mengerikan. Iblis itu... memakan rekan-rekan kita. Kaburlah, bos... kabur..." Suara di radio tiba-tiba terputus, memotong kata-katanya.
Mendengar berita mengerikan itu, Dono, Will, dan anggota tim lainnya merasa panik memenuhi hati mereka. menyadari bahwa mereka terlanjur berada di utara desa yang penuh bahaya ini. Dalam keheningan yang mencekam, mereka bertiga terdiam, membiarkan kegelisahan merajai pikiran mereka, memikirkan konsekuensi dari situasi yang akan terjadi selanjutnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ryu Sekai
hebat
2023-07-06
1