The Desire

The Desire

Chapter 1: William

PROLOG 1.1

"Hari yang sama lagi"

Suhu di luar begitu menggila, membuatnya hampir tak bisa bernafas. Matanya memandang sekitar, dan pandangan itu langsung terpaku pada kilatan merah panas di aspal yang terik. Sebagai pemandangan rutin di kota metropolis, lalu lintas macet adalah keadaan yang telah membudaya, tetapi hari ini rasanya lebih menyengat dari biasanya.

Lalu lintas yang melambat ini menampakkan berbagai ekspresi dari pengemudi di sekitarnya. Seorang pengemudi terlihat menggerutu, menggelengkan kepala dengan frustrasi, dan sesekali mengetuk-ngetukkan jari di kemudi mobilnya seolah-olah itu akan membantu mengalihkan situasi. Di seberang jalan, seorang ibu dengan wajah lelah menggendong bayinya sambil melindungi dengan tangannya.

seorang pengamen jalanan berusaha mencari celah di antara mobil-mobil yang terjebak. Ia menggandeng gitar tua yang dipenuhi goresan dan tak lupa sebuah topi untuk menampung recehan dari pengguna jalan yang memberi simpati pada penampilannya yang berdebu. Sinar matahari terik meresap di celah-celah rambutnya, memberi kesan bahwa usaha kerasnya dalam mencari penghidupan semakin terasa.

Tak jauh dari situ, beberapa tukang ojek berusaha menawarkan jasanya kepada para penumpang yang putus asa mencari cara lain untuk melanjutkan perjalanan mereka. "Ojek, ojek, bisa jalan di samping, Bu! Gak macet, deh!" seru salah seorang tukang ojek sambil menepuk-nepuk sisi motor.

Di tengah gemuruh lalu lintas yang tak henti-hentinya, seorang kepolisian lalu lintas berdiri dengan sikap tegap. Seperti seorang dirigent mengarahkan orkestra, dia menjalankan perannya dengan gesit, berusaha menjaga keamanan dan mencegah kecelakaan di persimpangan yang ramai.

Dengan tanda di tangannya, dia memberhentikan aliran kendaraan dari salah satu arah, memberi jalan bagi simpang yang lain untuk melaju lancar. Terik mentari menari-nari di atas kepalanya, menyebabkan setetes keringat mengalir di bawah topi pelindungnya.

"Oppp!" teriaknya dengan suara lantang, memecah kesunyian jalanan. Para pengendara menurut, dan ia melambaikan tangan dengan penuh semangat sebagai tanda izin untuk melintas.

Bibirnya pecah-pecah dan mulutnya kering, keringat membasahi seluruh bajunya, namun ia tak membiarkannya memengaruhi kewaspadaannya.

"Panas sekali" Gumamnya dalam hela nafas,

"Setiap hari melakukan hal yang sama. Datang, pergi mengatur lalu lintas, sesekali menyelesaikan kasus, begitu seterusnya" tambahnya di tengah-tengah situasi yang menggilakan panasnya,

"Oppp, maju maju!!" teriaknya sekali lagi, lantang dan penuh semangat, mengatur lalu lintas dengan gerakan yang gesit seperti seorang penari jalanan. Salah satu simpang dibiarkan mengalir lancar, sementara simpang lain dihentikan dengan satu isyarat tangan yang tegas.

Dalam hati, ada gelombang perasaan yang bercampur aduk.

"Membosankan sekali. Semuanya terasa sama saja. Seandainya aku mempunyai power layaknya orang-orang"

"Kau punya"

Setelah beberapa jam melewati momen penuh tantangan dan tekanan, akhirnya sang polisi lalu lintas digantikan oleh rekannya. Saat ini, dia diberi kesempatan beristirahat di sebuah pos polisi yang strategis di dekat persimpangan tersebut.

"Terimakasih atas kerja kerasmu, William," ucap salah seorang rekannya dengan penuh penghargaan, menunjukkan rasa salut atas upaya nya dalam mengatur lalu lintas.

"Ya ya, berikan aku air" timpalnya, tidak memperdulikan sahutan temannya, Dia bergegas menuju sebuah kotak kardus untuk mengambil air gelas.

Duduk lesu di kursi plastik kondangan, pandangannya tertuju pada hiruk pikuk lalu lintas yang tak terkendali.

"Aneh sekali. Orang-orang mempunyai berbagai macam power, tapi tidak ada dari mereka yang berani menggunakannya. Yah, bagianku sudah selesai. Aku bisa pulang untuk sekarang" gumamnya.

Dia bangkit dari kursi dengan langkah mantap, meraih jaket yang bergantung di pojokan ruangan, dan mengambil helm NJS hitam. Matanya terperangah saat dia melewati seorang polisi buncit yang sedang asyik dengan ponselnya.

"Sutrisno, aku duluan. Tugasku sudah selesai," ujarnya.

Polisi gemuk itu terkejut dan mengangkat kepalanya, "Oh, terima kasih atas kerja kerasnya, William," jawabnya, lalu kembali merunduk ke layar ponselnya.

Dengan pandangannya masih tertuju pada polisi buncit itu, pikirannya dipenuhi dengan ketidakpuasan, "Bangsat, hanya karena senior, kau bisa santai seperti itu sepanjang waktu," gerutunya dalam hati sambil mengenakan jaket dengan cepat, menyembunyikan seragam polisinya.

Langkahnya mantap keluar dari ruangan, meninggalkan polisi dan pos tersebut, lalu menuju motornya yang terparkir di belakang. Sebuah motor XSR 155 berwarna hitam. Dia menyalakannya dan dengan gesit bergabung dalam Aliran lalu lintas yang padat di jalan raya.

***

Ciiitt, suara ban bergesek merdu, mengiringi kedatangan motor XSR 155 yang berjejer dengan motor-motor lain di teras. Derap langkah pelan memecah keheningan lorong yang dipenuhi oleh berbagai pintu berderet. Akhirnya, dia tiba di depan pintu berwarna cokelat bertuliskan angka "13". Cklek, pintu membuka diri dengan suara khasnya.

Dengan gerakan yang cepat, jaket dilepaskannya dan dilemparkan ke atas kasur, lalu dia membaringkan diri dengan posisi telungkup.

"sial, terlalu bau untuk tidur, terlalu malas untuk mandi," keluhnya dengan nada kesal.

Tik tok tik tok, detik-detik jam merayap perlahan ke telinganya, menciptakan keheningan yang singkat. Sebelah matanya tertuju pada laptop yang tergeletak di atas meja. Ia bangkit dari kasurnya, menarik kursi, dan duduk. Dengan gerakan lihai, laptop dibukanya, Membuka sebuah situs web dengan cepat.

"Ternyata benar, Pasukan Khusus sedang giat mencari rekrutan baru."

Dia merayapkan mouse di atas layar laptop, matanya tertarik oleh barisan tulisan yang menjelma di layar.

"Divisi Pasukan Khusus tanpa kekuatan khusus kehilangan salah satu anggotanya dalam sebuah misi..."

Terus ia menjelajahi halaman tersebut dengan semakin tertarik.

"Kemampuanku sepertinya memenuhi semua persyaratan mereka... Yosh, keputusan sudah Bulat, aku akan menjadi bagian dari Pasukan Khusus."

PROLOG 1.2

Di bawah sinar matahari yang terik, langkah mantap seorang pria berjaket melintasi kerumunan orang yang sibuk beraktivitas di pinggir jalan yang dipenuhi berbagai macam toko. Suara klakson kendaraan, tawaran pedagang, dan tawa anak-anak yang bermain di trotoar menciptakan dinamika kota yang sibuk. Sementara langit biru di atasnya menyinari kota dengan hangat

"Namaku William Arthur Schopenhauer. Pria berusia 21 tahun, bekerja sebagai kepolisian biasa. Yah untuk hari ini aku libur"

Dalam keramaian kota, alunan langkahnya seakan menjadi irama perjuangan pria itu, sedang berdampingan dengan pertarungan pikirannya.

"Di dunia ini, masyarakat mayoritas memiliki kekuatan unik, yang semakin membara seiring berlalunya waktu. Pewarisan genetik, bakat, serta anugerah, tiga faktor yang menyimpan rahasia kehadiran power di setiap jiwa manusia. Walau seseorang memiliki power, tapi perlu sesuatu untuk membangkitkannya"

"meski begitu, setiap kekuatan yang dimiliki seseorang dibatasi oleh hukum. Setiap orang tidak boleh menggunakan kekuatannya sesuka hati, jika melanggar, maka tiga lembaga penegak hukum berkekuatan akan melakukan tindakan."

Dia melangkah ke taman yang menakjubkan, air mancur bermain riang, jalan berbatu mengundang petualangan, dan rerumputan menyambut langkahnya. Di antara riuh anak-anak bermain, terpana dia oleh kursi kayu yang menawarkan pemandangan taman yang memukau. Dengan perlahan duduk, meraih Handphone dari saku celananya,

Ia menghidupkan Handphonenya, mengisi password yang tertera, lalu membuka google.

"Pasukan khusus, salah satu lembaga kepolisian penegak hukum tersebut. Mereka bertugas dibawah bayang-bayang, menangkap dan mengatasi orang-orang yang menggunakan kekuatan semena-mena. Aku akan masuk kedalam organisasi itu, bagaimana pun caranya"

PROLOG 1.3

***

"Selamat atas promosimu, William," ujar atasan Will dengan serius, suaranya terdengar di ruangan kantornya yang mewah. "Sekarang, kau telah bergabung dengan pasukan khusus. Kau akan dipindah tugaskan ke jantung kota, ke Badan Penanggulangan Penyalahgunaan Kekuatan."

William menjawab dengan penuh hormat, berdiri tegap di hadapan atasannya. "Terima kasih, pak," ucapnya dengan tulus.

"Akhirnya setelah cukup lama, aku berhasil masuk kedalam pasukan khusus" gumamnya dalam hati

Will melangkah keluar dari ruangan bosnya, menavigasi lorong-lorong kantor dengan langkah mantap, dan akhirnya memasuki ruang kerjanya sendiri. Di sana, dia dengan tekun mempersiapkan perlengkapan kantornya, seperti seorang ahli dalam rutinitas yang telah lama dia kenal.

Sambil dia tengah sibuk, seorang teman setia mendekat dan dengan senyum tulus menyapa, "Selamat atas promosimu, William. Sebagai senior, aku turut bahagia, kita telah menjalani perjalanan panjang ini bersama-sama, sebagai rekan."

Will menoleh kearah suara tersebut,

"Ah.. " pandangannya melihat seorang polisi buncit yang memegang segelas kopi

"Terimakasih Sutrisno. Ini semua juga berkat dirimu"

"Sialan, aku bersyukur tidak melihatmu lagi. Kerjamu selama ini hanya menyuruhku dan santai-santai" umpatnya dalam hati

"Bunuh saja dia"

Will kemudian mengangkat sebuah kardus berisikan barang-barang dengan hati-hati,

"Mau kubantu?" tanya rekan seruangannya

"Jangan sok baik sialan, baru sekarang kau ingin membantuku? kau senangkah aku pergi?" umpat Will dalam hati,

"Boleh..." mulutnya berkata lain.

Will dan rekan seruangannya membawa barang barang keluar kantor dengan hati-hati, kemudian meletakkannya dalam mobil yang terparkir di depan.

"Banyak juga barang-barangmu William" sapa pak supir yang membantu memasukkan barang.

"Begitulah.. " balas Will singkat.

Beberapa waktu berlalu, semua barang-barangnya telah dimasukkan kedalam mobil

Sebelum memasuki kendaraannya, ia melirik sekilas kantor lamanya, memori-memori masa lalu bergelut di benaknya. Dengan langkah mantap, Will masuk ke dalam mobil dan memulai perjalanan.

di tengah perjalanan, Will menatap keluar jendela, menyaksikan keramaian kota. Setiap orang tampak sibuk dengan urusan masing-masing.

***

Satu jam berlalu, dan akhirnya Will tiba di kantor barunya. Kantor itu menjulang besar, terdapat tulisan yang megah di atas pintu masuk: "Badan Penanggulangan Penyalahgunaan Kekuatan" (B.P2.K)

Mobil Will berhenti di parkiran, dan dengan hati berdebar ia keluar dari kendaraan, memandangi gedung yang megah tersebut. Ia mengambil barang-barang kantor dari bagasi mobil,

"Biarkan saya membantu, Pak," ucap Will kepada supir yang sedang mengangkat barang-barangnya dari bagasi mobil.

"Terima kasih, tapi itu adalah tugas saya untuk mengantar dan membawa barang-barang Anda," jawab Pak Supir dengan ramah.

Will tidak bisa menolak tawaran kebaikan dari Pak Supir. Keduanya masuk ke dalam kantor yang tampak sangat luas. Orang-orang sibuk bergerak kesana kemari, dan Will melihat beberapa penjahat yang terborgol. Mereka berdua berjalan menuju lift dan masuk ke dalamnya.

"Pencet lantai 6, tolong," pinta Pak Supir kepada Will.

Will menekan tombol lantai tersebut, dan segera mereka tiba di lantai 6. Mereka berjalan ke arah barat dan masuk ke sebuah ruangan bertuliskan "6A"

"Ini ruanganmu, William," kata Pak Supir sambil menurunkan barang-barang Will.

"terima kasih telah mengantar dan membawa barang-barang saya," ucap Will sambil menundukkan kepalanya.

Tidak ada balasan yang terucap, hanya tundukan kepala sebagai balasannya. Pak Supir pergi, meninggalkan Will sendirian di ruangan tersebut. Ia melihat-lihat sekelilingnya, tak ada seorang pun di sana, mungkin sedang bertugas, pikirnya. Ruangan itu terasa sempit dengan cat berwarna putih yang melapisi dindingnya.

Pandangannya tertuju pada tiga meja panjang yang tersusun berdampingan di ruangan tersebut, serta berbagai kertas, laptop, printer, dan peralatan lainnya yang tersebar di sekitar. Di dinding terdapat foto-foto orang-orang di ruangan ini, termasuk foto presiden dan wakilnya, serta lukisan-lukisan pemandangan.

Will mulai membongkar dan merapikan barang-barang kantor yang dia bawa. Di meja tempatnya berada, tampak ada namanya tertulis "William"

Setelah selesai mengatur barang-barangnya, Will duduk sejenak di sofa ruangan, membutuhkan istirahat sebelum keluar untuk menjelajahi sekitarnya.

Saat Will hendak membuka pintu ruangan, tiba-tiba seseorang membukanya dengan cepat, membuat terkejut dan refleks mundur. Seorang wanita cantik dengan pakaian kantor berdasi dan memegang buku laporan di tangan kanannya tiba-tiba muncul. Ia terlihat terburu-buru.

"Maaf membuatmu menunggu, huh huh huh," ucap wanita itu sambil menghela nafas, sedikit kelelahan.

Will mempersilahkan wanita itu masuk dan mengajaknya untuk duduk sejenak. Ia mengambilkan air dan memberikannya padanya.

"Terima kasih," ucap wanita itu sambil mengambil dan meminum air tersebut.

"Jadi, ada apa? kok terburu-buru?" tanya Will sambil berdiri.

"Ah, perkenalkan, namaku Putri. Aku ditugaskan untuk membawamu mengelilingi kantor ini. Dan kau pasti William Arthur Schopenhauer. Senang bertemu denganmu, Pak," kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Senang bertemu denganmu juga," jawab Will sambil menjabat tangannya.

Mereka berdua kemudian pergi mengelilingi kantor tersebut.

"Bangunan ini terdiri dari 6 lantai, dan ini adalah tempat Pasukan Khusus Badan Penanggulangan Penyalahgunaan Kekuatan, disingkat B.P2.K, berada. Ruangan di lantai ini terurut, mulai dari 6A di barat, 6B di tengah, dan 6C di ujung," jelas Putri sambil mengarahkan tangan.

"Kalau ruangan yang berada di samping ruangan 6C, yang paling timur, itu ruangan apa?" tanya Will.

"Ah, itu adalah ruangan pemimpin Pasukan Khusus. Hanya beberapa orang yang diperbolehkan masuk ke sana," .

"Ah, bos besar ya," ucap Will.

Mereka berdua melanjutkan mengelilingi seluruh bangunan itu hingga selesai.

"Kurasa sudah selesai. Kamu akan mulai ditugaskan besok. Untuk hari ini, istirahatlah. Pasti kamu lelah setelah proses pindahan ini," kata Putri sambil tersenyum pada Will.

"Terima kasih, Putri,"

***

Sore mulai menjelang, mobil yang mengantar Will datang untuk menjemputnya. Will naik ke dalam mobil dan mereka berangkat. Di tengah perjalanan, mereka melakukan sedikit percakapan.

"Jadi, bagaimana kesanmu tentang kantormu? Apakah ada wanita semok disana?" tanya Pak Supir sambil melirik ke spion mobil.

"Kau menjijikkan, Pak Tua. Sudah bau tanah tapi pikiranmu masih kotor," balas Will dengan suara rendah sambil memandang keluar jendela.

"Hahaha, aku pikir kau akan tertarik dengan hal seperti itu. Tapi yah kau memang pria yang suram, William," tertawa pak supir sembari melihat kearah spion mobil

Mereka melanjutkan obrolan mereka, hingga akhirnya tiba di kos-kosan. Will membuka pintu mobil dan keluar.

"Apa kau tidak ingin pindah kos-kosan? kantor barumu berjarak cukup jauh dari sini" tanya pak supir membuka jendela mobilnya

Will menoleh kearah pak supir

"Yah, sepertinya benar, tapi untuk beberapa hari kedepan kurasa tidak dulu. Merapikan barang-barang terasa melelahkan"

Pak supir hanya mengangguk mengiyakan, kemudian terkejut dengan sesuatu yang disodorkan Will

"Apa ini?" tanya Pak Supir sambil melihatnya

"uang tip" jawab Will.

"Hahaha, tidak perlu, aku sudah dibayar dengan cukup untuk mengantarmu. Kau masih muda William, cobalah bersenang-senang," ucap Pak Supir. Mobilnya kemudian pergi dan menghilang dari pandangan.

Will melihatnya pergi, kemudian memandang motor xsr 155nya, sedikit dielus-elusnya lalu masuk menyusuri lorong bangunan melewati pintu-pintu. Tibalah ia didepan kamarnya, dibuka pintunya dan menyalakan lampu.

Sedikit terpana melihat melihat kos-kosannnya, terasa ada yang berbeda. senyuman tipis terukir di wajahnya, membayangkan dirinya yang bertugas menjadi pasukan khusus besok. ia kemudian segera mandi kemudian tidur...

***

Cahaya mentari merambat masuk melewati tirai tipis, setetes embun terjatuh dari sebuah daun. Burung-burung berkicauan, membalas satu sama lain.

Will bangun pagi dan tiba di kantor setengah jam sebelum pukul tujuh. Ia memakai pakaian polisi yang sangat rapi layaknya polisi biasa. Saat tiba di kantor, suasana masih sepi. Ia langsung menuju ruangannya di lantai enam, tatapan penuh antusias terpancar di wajah,

"Haa... aku tidak sabar untuk misi pertamaku"

hiruk pikuk suara obrolan mulai terdengar,

Pukul 7:30 pagi, teman-teman seruangan Will tiba bersamaan. Mereka memasuki ruangan dengan ceria, sambil bercerita-cerita antara satu sama lain. Namun, keheningan sesaat terjadi begitu mereka melihat ada sosok anggota baru didalam ruangan.

"Wah, pasti kau anggota baru itu, ya... Senang bertemu denganmu. Namaku Dono, aku ketua ruangan ini" ucap Dono sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Dono memiliki wajah dengan kumis yang kental, seperti seorang bapak-bapak.

"ini dia. Aku akan bekerja bersama orang-orang ini, mereka pasti orang-orang berpengalaman"

"Ah... Nama saya William Arthur, baru saja dipindahkan ke sini. Senang bertemu denganmu juga," jawab Will, menerima jabatan tangannya,

"Silakan duduk, semuanya," ucap Dono sambil meletakkan tasnya di meja.

"Hari ini, kita memiliki anggota baru. Silakan perkenalkan dirimu," ucap Dono sambil berdiri dan memberikan kesempatan pada Will untuk memperkenalkan diri.

Will memperkenalkan dirinya, dan rekan-rekan seruangannya pun memperkenalkan diri mereka. ekspresi ceria menyambut wajah setiap orang, senang dengan anggota baru tersebut, mereka berjumlah enam orang di dalam ruangan itu.

tok, tok, tok

Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar ditengah pembicaraan mereka yang santai.

"Silakan masuk," Dono mempersilahkan dengan suara tegas

pintu dibuka dengan pelan, memunculkan sedikit kepala seorang wanita cantik,

"Permisi, satu ruangan ini diminta menghadap pimpinan," ucap Putri, sambil terlihat sedikit malu didepan pintu.

"Ah, ini dia, misi pertamaku" pikir Will antusias.

Mereka dengan segera mengakhiri perkenalan dan obrolan, lalu pergi ke ruang pimpinan. Pertanyaan pun muncul dalam pikiran mereka, Kira-kira kenapa mereka dipanggil?....

Terpopuler

Comments

SUKARDI HULU

SUKARDI HULU

Mampir yuk🫰like👌Follow, subscribe dan beri hadiah ya🥰♥️🙏

2023-10-04

1

Tanata✨

Tanata✨

Aku tandain sampai sini dulu ya kak😇 Ceritanya bagus, nanti aku lanjut kapan-kapan.

Kalau ada waktu sempatkan untuk mampir juga ya.

2023-06-23

0

Tanata✨

Tanata✨

Lembaga baru nih🤣

2023-06-23

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: William
2 Chapter 2: Devil and Village (1)
3 Chapter 3: Devil and Village (2)
4 Chapter 4: Devil and Village (3)
5 Chapter 5: Devil and Village (4)
6 Chapter 6: Devil and Village (5)
7 Chapter 7: Devil and Village (6)
8 Chapter 8: Devil and Village (7)
9 Chapter 9:
10 Chapter 10: Court (1)
11 Chapter 11: Court (2)
12 Chapter 12: New Team
13 Chapter 13: Tyrant 8 Mission (1)
14 Chapter 14: Tyrant 8 Mission (2)
15 Chapter 15: Tyrant 8 Mission (3)
16 Chapter 16: Tyrant 8 Mission (4)
17 Chapter 17: Tyrant 8 Mission (5)
18 Chapter 18: Tyrant 8 Mission (6)
19 Chapter 19: Tyrant 8 Mission (7)
20 Chapter 20: Tyrant 8 Mission (8)
21 Chapter 21: Tyrant 8 Mission (9)
22 Chapter 22: Tyrant 8 Mission (10)
23 Chapter 23: Tyrant 8 Mission (11)
24 Chapter 24: Tyrant 8 Mission (12)
25 Chapter 25: Tyrant 8 Mission (13)
26 Chapter 26: Tyrant 8 Mission (14)
27 Chapter 27: Tyrant 8 Mission (15)
28 Chapter 28: Tyrant 8 Mission (16)
29 Chapter 29: Tyrant 8 Mission (17) (end)
30 Chapter 30: Beautiful Cafe
31 Chapter 31: Beautiful Cafe (2)
32 Chapter 32: Beautiful Cafe (3)
33 Chapter 33: Beautiful cafe (4)
34 Chapter 34: Back to Work
35 Chapter 35: Maria or Navy?
36 Chapter 36: Will you?
37 Chapter 37: Romantic
38 Chapter 38: Get Attacked (1)
39 Chapter 39: Get Attacked (2)
40 Chapter 40: Get Attacked (3)
41 Chapter 41:
42 Chapter 42:
43 Chapter 43:
44 Chapter 44:
45 chpater 45
46 Chapter 46:
47 Chapter 47:
48 makasih semua
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Chapter 1: William
2
Chapter 2: Devil and Village (1)
3
Chapter 3: Devil and Village (2)
4
Chapter 4: Devil and Village (3)
5
Chapter 5: Devil and Village (4)
6
Chapter 6: Devil and Village (5)
7
Chapter 7: Devil and Village (6)
8
Chapter 8: Devil and Village (7)
9
Chapter 9:
10
Chapter 10: Court (1)
11
Chapter 11: Court (2)
12
Chapter 12: New Team
13
Chapter 13: Tyrant 8 Mission (1)
14
Chapter 14: Tyrant 8 Mission (2)
15
Chapter 15: Tyrant 8 Mission (3)
16
Chapter 16: Tyrant 8 Mission (4)
17
Chapter 17: Tyrant 8 Mission (5)
18
Chapter 18: Tyrant 8 Mission (6)
19
Chapter 19: Tyrant 8 Mission (7)
20
Chapter 20: Tyrant 8 Mission (8)
21
Chapter 21: Tyrant 8 Mission (9)
22
Chapter 22: Tyrant 8 Mission (10)
23
Chapter 23: Tyrant 8 Mission (11)
24
Chapter 24: Tyrant 8 Mission (12)
25
Chapter 25: Tyrant 8 Mission (13)
26
Chapter 26: Tyrant 8 Mission (14)
27
Chapter 27: Tyrant 8 Mission (15)
28
Chapter 28: Tyrant 8 Mission (16)
29
Chapter 29: Tyrant 8 Mission (17) (end)
30
Chapter 30: Beautiful Cafe
31
Chapter 31: Beautiful Cafe (2)
32
Chapter 32: Beautiful Cafe (3)
33
Chapter 33: Beautiful cafe (4)
34
Chapter 34: Back to Work
35
Chapter 35: Maria or Navy?
36
Chapter 36: Will you?
37
Chapter 37: Romantic
38
Chapter 38: Get Attacked (1)
39
Chapter 39: Get Attacked (2)
40
Chapter 40: Get Attacked (3)
41
Chapter 41:
42
Chapter 42:
43
Chapter 43:
44
Chapter 44:
45
chpater 45
46
Chapter 46:
47
Chapter 47:
48
makasih semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!