Part 5

Marina menatap anak semata wayangnya yang kembali berbuat ulah. Ia sudah bosan mendengar panggilan dari pihak kepala sekolah terhadap Leo. Sementara pria itu juga tidak ada berubah sama sekali walaupun orang tuanya telah dipanggil. Hal itu terjadi karena orang tua Leo yang sama-sama sibuk jadi tidak bisa mengurusi anaknya.

“Kenapa semua ini bisa terjadi? Di mana kamu mempelajari semua itu? Mamah rasa mama selalu memperingatkan kamu agar bisa menghormati orang yang lebih tua dari kamu! Kamu sama sekali tidak ada efek jera nya!” Bagi seorang Leo ingin diberikan efek jera? Mungkin tidak akan semudah itu. Bahkan teriakan dari orang yang dicintainya untuk memperingati dirinya hanya ia renungi beberapa detik saja dan kemudian ia kembali pada dirinya yang awal yang suka membangkang. Oleh karena itu Laura langsung membuang wajahnya saat mendengar orang tua Leo yang mencoba memperingati anaknya.

Karena ia tahu itu tidak ada hasilnya sama sekali. Kenapa mereka tidak mendampingi anaknya dan terus membiarkan anaknya bersikap tidak senonoh bahkan tidak mengenal aturan sama sekali padahal dirinya adalah guru dan orang yang mengajari anaknya tersebut.

“Saya rasa dengan hanya anda menasehatinya seperti itu dengan mulut saja tidak akan berhasil sama sekali. Dia tidak akan berubah, lihatlah wajah anakmu, ketika kau berbicara ia sama sekali tidak memperdulikannya, apakah menurut Ibu ia akan berubah? Ini bukan satu atau dua kali dia berbuat seperti itu, bahkan dia tidak bisa menghormati saya sebagai gurunya.”

Laura mengatakannya dengan menggebu-gebu dan berusaha untuk menyadarkan orang tua Leo yang seolah-olah seperti enggan mengurus anak.

“Saya tahu ibu guru sangat kesal kepada anak saya. Tapi saya yakin dia pasti akan berubah seiring waktu.”

Laura membuang wajahnya. Ia benar-benar merasa gemas dan ingin berteriak di depan ibunya Leo tersebut. Masalahnya ia menjadi salah satu sasaran Leo, makanya ia sangat kesal sekali.

“Ibu sangat yakin berpendapat seperti itu, apakah ibu tidak memikirkan bagaimana korban yang telah dilakukan oleh anak ibu? Bukan hanya mereka saja, saya juga menjadi korbannya.” Leo memandang ke arah Laura dan wajahnya malah tersenyum.

Entah apa yang disenyumi oleh laki-laki tersebut. Tapi ia memang tidak memiliki rasa malu sama sekali dalam hidupnya.

“Jadi saya harus seperti apa? Menasehatinya seperti apa? Saya juga bingung mengurusnya, apalagi kami berdua memiliki kesibukan yang sama dan tidak bisa mengurus anakmu kami sehingga dia tidak terkontrol. Saya tidak mungkin berhenti bekerja kan?”

Sudahlah orang tua Leo memang sangat sulit untuk di beritahukan. Sekarang Ia baru mengerti kenapa Leo bisa bersikap seperti itu karena orang tuanya yang tidak peduli sama sekali dengannya dan hanya mengirimkan uang dan menyuruh anak itu hidup dengan baik.

“Baiklah, karena Ibu memang sangat lebih mementingkan harta dan kekayaan ketimpangan anak sendiri. Kenapa Ibu tidak memindahkan sekolahnya saja?” Leo terkejut mendengar Laura berkata seperti itu namun hanya beberapa saat saja karena setelahnya laki-laki itu sangat percaya diri dan malah mengejek Laura seolah-olah Ia adalah kepala sekolah

Bahkan kepala sekolah sendiri saja takut kepada dirinya dan keluarganya. Dan sekarang ia meminta kepala sekolah untuk mengeluarkan dirinya.

“Berani sekali kau mengatakan seperti itu? Siapa namamu? Guru apa kamu?”

“Kenapa? Saya mempunyai hak untuk mengurusi anak-anak di sini. Ketika dia telah masuk ke sekolah ini maka ia bagian dari sekolah dan kami berhak melakukan apapun kepada dia.”

Sementara itu kepala sekolah langsung memegang tangan Laura. Leo melihatnya dan sangat cemburu.

“Jangan main sentuh juga kali!”

Laura memandang ke arah kepala sekolah. Ia melepaskan tangannya yang dipegang oleh kepala sekolah tersebut

“Kau harus bersikap lebih hati-hati lagi kepada dia, karena selama ini dia selalu lolos pasti ada sesuatu di antara dia. Jadi mereka adalah pemilik sekolah ini jadi saya tidak memiliki hak untuk mengeluarkannya!” Laura sangat syok. Ia benar-benar syok berat dan tidak bisa berbuat apapun selain menegang di tempat.

Ingin meminta maaf kepada Miss Marina tapi ia sangat malu dan juga di satu sisi ia merasa sangat kesal kepada wanita itu. Ia pun pergi begitu saja dari ruangan itu dengan sangat marah.

“Ck, tuh kan? Apaan yang lo bilang ke dia?” tanya Leo dengan santainya kepada kepala sekolah tersebut yang tak lain adalah asisten ayahnya.

“Hanya mengatakan bahwa kau adalah anak dari pemilik sekolah dan tidak bisa mengeluarkan mu!”

“Aku menyekolahkan dia di sini dan menjadikanmu kepala sekolah karena untuk mengawasi sekolah dan juga anakku. Kenapa dia tidak memiliki pendidikan sama sekali? Apa yang telah kau kerjakan?”

“Sudahlah Mama, ini tidak ada hubungannya dengan orang lain dan hanya masalah keluarga kita kenapa aku bisa bersifat seperti ini. Jangan menyalahkan orang lain lagi!”

Kemudian Leo meninggalkan ruangan itu dan mengejar Laura.

•••••••

“Laura!!” bukan bu guru ataupun kata penghormatan yang lain yang digunakan oleh laki-laki itu untuk memanggil dirinya, malah ia memanggil dengan namanya sendiri di sekolah.

Laura ingin marah tapi ia mengingat bahwa Ayahnya adalah pemilik dari sekolah ini dan tentunya ia menjadi penerusnya. Jikalau Laura ingin ia tetap mengajar di tempat ini pastinya harus bersikap lebih baik kepada anak mereka.

“Ada apa denganmu? Bukannya kau sudah tahu sendiri bawa derajat kita berbeda dan kau memang tidak memiliki batasan untuk berbuat semau mu! Aku sakit hati, karena aku tidak berhasil mendidik muridku yang satu ini!”

“Karena aku adalah orang yang mencintaimu. Aku janji akan berubah jika kau mau bersamaku!” Laura menghembuskan nafas dan kemudian pergi.

Tidak semudah itu menerima bocah ingusan yang ia tidak cintai. Mengerti apa Leo tentang cinta. Ia bahkan sama sekali belum dewasa dan belum 17 tahun.

“Kau masih kecil dan harus belajar terlebih dahulu. Lupakan cinta karena kau adalah anak yang pintar dan sayang jika menyia-nyiakan diri mu dan masa depan mu. Ingat, berubah demi orang lain bukanlah perubahan yang murni!” Laura mengusap kepala Leo yang lebih tinggi darinya dan tersenyum tipis.

Ia pergi dan Leo tak bisa bergerak di tempatnya bak menjadi patung saat mendengar ucapan Laura yang sangat menyentuh hatinya. Ia menundukkan kepala dan meneteskan air mata. Lagi-lagi ia ditolak.

“Nasib orang gateng,” ucapnya yang masih sempat-sempatnya bercanda di tengah kesedihan, mungkin untuk menghibur hati.

•••••••

Tbc

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

Nasib orang ganteng ya Le, sampai2 selalu diabaikan 😌

2023-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!