Bab 5

Paginya di sekolah Sian, sebelum pembelajaran di mulai.

“Hei OKB, eh bukan hei anak selingkuhan, kamu kaya, tapi tetap saja anak selingkuhan, belikan snack di kantin cepat!” suruh Marco pada Sian.

“Marco, jangan semena-mena pada Sian, hal ini harus segera dilaporkan pada bu guru” bela Mian.

“Jangan sok belain dia, jika bukan karena kamu pandai dan disayang bu guru, aku pasti sudah menyuruhmu sejak awal” ancam Marco.

“Saat aku bisa membuktikan kehebatan papaku, jangan sok berkuasa di kelas ini, dan jangan ganggu Mian” ucap Sian berusaha melindungi Mian.

“Boleh, siapa takut, anak selingkuhan pasti tidak punya papa” jawab Marco.

Dari ejekan dan tantangan tesebut, tekad Sian bertambah kuat, ia semakin ingin mencari keberadaan papanya.

***

Aya mengunjungi hotel yang sangat lama ia tinggalkan, terlihat sangat sepi dan tidak ada pengunjung, walaupun tempatnya strategis dan terletak di tengah kota, namun bangunannya terlihat tak terurus, pegawai lama saja, yang masih setia tinggal di sana untuk merawatnya.

Di sekitarnya banyak penginapan dan hotel yang lebih modern dan megah dari hotel Aya, serta apartemen menjulang tinggi yang dikelola keluarga Meda, membuat hotel Aya sangat tenggelam dan tertinggal.

Saat ia memarkirkan mobilnya di depan pintu masuk, ada pegawai yang langsung mengenalinya. “Nona Aya, anda terlihat semakin cantik, mungkinkah anda akan merehab hotel ini?” tanya pak Barni manager yang mengelola hotel sejak ayahnya Aya masih hidup.

“Pak Barni, anda juga terlihat sangat sehat, apakah hotel ini memiliki pengunjung?” tanya Aya.

Pegawai lain datang berkumpul menyapa Aya yang mencuri perhatian mereka.

“Hanya inikah karyawan yang ada di hotel ini?” tanya Aya yang melihat hanya ada sepuluh orang yang mengerumuninya.

“Benar nona Aya, hanya mereka yang bertahan, walaupun tidak ada pengunjung, tuan Jinrua masih menggaji kami, jadi mereka saja yang masih bertahan dengan gaji seadanya” jelas pak Barni.

“Sapalah nona Aya, dia pemilik hotel ini” perintah pak Barni pada sepuluh rekan kerjanya.

“Selamat pagi nona Aya”

“Salam kenal nona Aya”

“Nona Aya sangat cantik”

“Kami berharap nona memberikan pekerjaan untuk kami” ucap salah satu pegawai yang mengharapkan ada pengunjung yang datang dengan datangnya Aya ke hotel pagi itu.

“Selamat pagi semuanya, mulai hari ini saya sendiri yang akan mengelola hotel ini, saya mohon kepada semuanya untuk bisa bekerja sama dengan baik, agar pengunjung sukarela datang dan menginap di hotel kita lagi” ucapan pembuka dari Aya yang membawa perubahan.

Tepuk tangan gemuruh dari pegawai menyambut baik perubahan baik yang dibawa Aya.

Mereka ber dua belas melakukan rapat untuk merenovasi hotel yang sudah lama tak memiliki pengunjung.

Sambil makan dengan santai, mereka sharing awal mula pengunjung tidak pernah lagi mau ke hotel itu.

“Ternyata begitu ceritanya, jadi semua gedung di area ini di kelola oleh siapa namanya tadi?” tanya Aya pada pak Barni.

“Romedal Axel Lucia, pengusaha baru di bidang property yang sedang naik daun” jawab pak Barni.

Pak Barni menyodorkan beberapa majalah yang memuat profil Meda. Betapa terkejutnya Aya melihat seorang pria yang pernah ia tiduri, tidak lain tidak bukan ia adalah ayah kandung Sian yang terpampang jelas kegagahannya di salah satu majalah terkenal.

“Ada apa nona Aya? Apakah anda sudah mengenalnya?” tanya pak Barni.

“Belum, saya tidak tahu laki-laki ini, hanya kaget melihat ketampanannya saja” jawab Aya beralasan. Sambil senyum terpaksa.

Takdir akan membawanya ke pertemuan yang sangat tidak diinginkannya.

Aya tidak berniat memberitahukan pada siapapun hubungannya dengan Meda, ia akan terus berpura-pura tidak mengenalnya dan sebisa mungkin mencegah pertemuan Sian dengan Meda di kota yang sama. Karena paras Sian yang terlihat sama persis dengan Meda. Bisa-bisa ada orang yang mengira Sian adalah anak dari Meda dan mengetahui rahasia besar yang disembunyikan Aya dengan sangat rapi.

Aya merasa harus menenangkan diri, menjalani hidup baru, agar terhindar dari takdir yang ia hindari. Aya percaya tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan nya saat ini, karena malam itu pasti tidak ada yang menyadari aksinya, dan teman Meda pasti tidak mengenalinya karena dandannya yang sangat berbeda.

Setelah rapat singkatnya dengan semua pegawai, ia sudah memutuskan untuk segera merehab hotel itu dengan nuansa baru. Ia mulai membuat proposal yang diajukan pada Jinrua, agar secepatnya hotel itu bisa dikerjakan.

“Saya harus pulang duluan, terimakasih atas kerjanya untuk hari ini, kalian bisa tetap bekerja esok hari sambil menunggu pencairan dana, saya akan sering berkunjung, mohon bantuan kalian semua, semoga hotel kita bisa berjaya lagi seperti sedia kala” pamit

Aya membawa majalah yang ia baca.

Ia bergegas menaiki mobil untuk menjemput Sian di sekolah.

“Ternyata pemilik hotel ini masih sangat muda ya, tapi kenapa hotel ini tidak di urus dengan baik, kan sayang banget bertahun- tahun tidak menghasilkan uang” keluh salah satu pegawai.

“Semenjak ayah dan ibu nona Aya meninggal, hotel ini menjadi sepi dan nona Aya tidak mengelolanya hanya dipasrahkan pada tuan Jinrua, tapi juga tidak ingin di jual, karena banyak kenangan bahagia untuknya, oleh sebab itu saya masih bertahan di sini, sebagai balas budi dan penjaga kenangan l indah nona Aya dan keluarganya” jelas pak Barni.

“Kenapa baru sekarang nona Aya mau mengelolanya lagi? Apakah karena ada saingan baru?” tanya pegawai yang lain.

“Tidak usah tanya yang bukan menjadi urusan kita, bersyukurlah jika hotel ini beroperasi lagi, ada pengunjung lagi, kita bisa mendapatkan penghasilan lebih besar dari yang sekarang ini, bukankah kamu selalu mengeluh karena bayarannya kecil?” sindir balik Pak Barni.

“Iya, Pak Barni memang ter the best, semoga hotel ini banyak pengunjung, aku akan mulai mencicil rumah” ungkap pegawai tadi.

***

Sian sudah berdiri di gerbang depan bersama anak-anak lain di dampingi Ibu guru yang bertugas. Kali ini Aya tidak telat untuk menjemput Sian.

Terlihat banyak sekali mobil mewah silih berganti menjemput anak-anak mereka. Ada orang tuanya sendiri, ada yang menggunakan jasa sopir, ada pula haya supirnya saja yang menjemput anak-anak itu.

“Sian!,” teriak Aya, melambaikan tangannya, ia berjalan mendekat, “Mama tidak telat, jadi tahu teman-teman kamu, mana yang dekat denganmu di kelas?” tanya Aya yang ingin tahu perkembangan anaknya di sekolah.

“Halo tante, saya Mian, senang bertemu denganmu, saya ketua kelasnya Sian” perkenalan Mian yang datang dari belakang Sian.

“Halo Mian, manisnya, tante titip Sian ya, kalau dia nakal padamu bilang pada tante, apakah kamu sudah di jemput?”

“Belum, mungkin sebentar lagi ayahku datang”

Benar yang dikatakan Mian, ayah dan ibunya datang bersama-sama menjemputnya setelah mengantar makanan di dekat sekolah itu.

“Itu mereka, saya pulang duluan ya tante, dadah Sian” pamit Mian berlari ke ayahnya yang siap menggendong putri kecilnya.

Aya menjadi teringat masa kecilnya yang memang dekat dengan ayahnya. Setelah mobil mereka pergi, tatapan Sian masih saja fokus pada mobil Mian yang berjalan.

Tidak tega melihat ekspresi murung anaknya, Aya mengalihkan perhatian dari kesedihannya yang sangat merindukan kasih sayang ayah yang tidak pernah ia dapatkan.

“Ayo kita pulang, Sian ingin makan apa, biar mama buatkan, ayam goreng, ayam panggang, chesee steak atau kentang goreng?” tanyanya berjalan menggandeng Sian ke arah mobil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!