Mereka tertawa cukup kencang karena menduga apa yang dikatakan oleh Yuki adalah sebuah candaan.
"Kau berani mempermalukan aku? Habis kau!" Ucap pria itu sambil melepaskan kacamatanya dan memberikan tatapan tajam terhadapnya.
"Hei...hei..siapa anda tuan, tatapan tajam itu sama sekali tidak bisa membuat aku takut, intinya anda tetap tidak bisa masuk ke dalam sini, jadi silahkan keluar jika anda tidak mau berbelanja disini." Balas Yuki dengan penuh keberanian.
Sedangkan teman-teman kerjanya yang lain sudah menatap kaget dan terus berusaha memberikan kode kepadanya agar segera menjauh dari sana dan tidak menghalangi pria di hadapannya lagi.
"Astaga... Yuki... Sttt... Yuki.... Kemari, ayo cepat menyingkirlah." Ucap salah satu rekan kerjanya, berusaha untuk memberikan kode pada Yuki saat itu.
Sayangnya Yuki sama sekali tidak mengerti dengan kode yang diberikan teman-temannya yang lain, jadi saat itu dia terus saja mengabaikannya.
"Ehh.. kalian ini ada apa, sudah fokus saja dengan pekerjaan kalian, biar aku yang menghadapi orang asing yang aneh ini." Balas Yuki sambil berkacak pinggang dan dia sama sekali tidak mempan dengan banyaknya kode yang diberikan oleh teman kerjanya disana, meski mereka sudah terus memberikan kode yang cukup kuat.
"Astaga... Anak itu benar-benar, apa dia mau mati ya?" Gerutu Jery yang merupakan salah satu rekan kerja Yuki saat itu.
Pria yang memakai jas hitam dan dipadukan dengan kemeja putih itu sudah sangat emosi dengan tingkah Yuki yang terus saja menghalangi dirinya untuk masuk ke dalam ruang ganti di hadapannya, dia tidak mau banyak bicara lagi dan langsung mendorong tubuh Yuki ke samping hingga membuat Yuki jatuh tersungkur ke lantai, sedangkan dirinya langsung masuk ke dalam ruangan itu, sampai tidak lama, dia di ikuti dengan dia pria yang membawa kemeja di tangannya mereka berdua ikut masuk ke dalam ruangan tersebut, membuat Yuki kewalahan dan merasa sangat heran.
"Ahh....bruk." suara Yuki yang jatuh tersungkur saat itu.
"Eee....ee...eehh..berhenti, berhenti! Kenapa mereka ikut masuk hei..." Teriak Yuki sambil berusaha bangkit dari jatuhnya saat itu.
Namun untungnya dengan cepat Jery menahan Yuki dan langsung memberitahu Yuki siapa pria tadi sebenarnya.
"Eis... Yuki hentikan, apa kau mau dipecat ya? Kau tidak tahu apa pria tadi itu pemilik seluruh mini market yang ada di negara kita, aishh..kau bodoh sekali sih!" Bentak Jery membuat Yuki terbelalak sangat lebar dan lututnya langsung terasa sangat lemas.
"Hah? Tidak, itu pasti tidak mungkin, kau bercanda ya? Pemiliknya tidak mungkin pria arogan seperti itu, yang memiliki tanda ****** di kemejanya." Balas Yuki dengan wajah yang masih saja tidak mempercayainya sedikit pun.
Jery terus saja mencubit tangan Yuki untuk menyadarkan temannya tersebut, bahwa semua yang dia katakan adalah sebuah kebenaran yang nyata, bahkan rekan kerjanya yang lain langsung mengangguk ketika Yuki menatap sambil menanyakan semua itu kepada mereka.
"Ssstt...aw.. kau gila ya, kenapa mencubit ku?" Bentak Yuki meringis kesakitan dibuatnya.
"Yuki ayolah sadarkan otakmu itu, semuanya sungguh nyata, jika kau tidak percaya lihatlah di pencarian internetmu, kau akan tahu ketika sudah melihat wajahnya dengan langsung, kau benar-benar akan mati, karena sudah membuatnya marah besar." Ucap Jeru kepadanya.
Kemudian pria itu kembali keluar dari ruangan tersebut, semua pegawai menjauh dan berpura-pura sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, termasuk dengan Yuki yang langsung menghadap membelakkan pria itu dengan cepat, tetapi karena dia masih merasa penasaran, dia masih saja menatap punggung pria tersebut hingga benar-benar keluar dari mobil market tersebut.
Semua karyawan langsung menghembuskan nafas dengan lega, mereka semua sangat syok ketika melihat pria itu melepaskan kacamata, hampir saja jantung mereka meledak sebelumnya, karena mereka sempat menertawakan orang paling berpengaruh di dunia tersebut, bahkan toko swalayan da mini marketnya tersebar luar di seluruh dunia, mereka juga tidak menduga orang besar seperti itu bisa masuk ke dalam mini market kecil seperti ini, namun semuanya benar-benar terjadi, mereka langsung saja membersihkan semua isi minimarket karena takut pengawas akan datang memeriksa kemari.
Namun beberapa menit kemudian, tiba-tiba saja mereka mendapatkan telpon dari manager tokonya dan mereka meminta Yuki untuk datang ke kantor pusat esok hari.
Jery sudah menduga pasti semua itu akan berhubungan dengan kejadian barusan dan dia sudah mewanti-wanti Yuki agar berhati-hati saat pergi ke perusahaan pusat besok.
"Yuki pokoknya kau harus berhati-hati, aku yakin semua ini pasti ada hubungannya dengan kejadian barusan, kau harus menjaga dirimu dengan baik." Ucap Jery sambil terus berjalan di samping Yuki ketika mereka baru saja pulang dari pekerjaannya.
"Jery bisa tidak kau diam sejenak, aku sudah tahu ini pasti ada hubungannya, aahh mana belum ada orang yang pernah datang ke perusahaan pusat lagi, jaraknya juga sangat jauh dari sini, aku harus datang ke sana pagi-pagi buta, aaahh menyebalkan." Gerutuku Yuki sangat dibuat kesal.
Toko swalayan tempat dia bekerja cukup dekat dengan bandara penerbangan, sedangkan kantor pusat berada di ibu kota, membutuhkan waktu sekitar 2 jam lebih untuk sampai ke sana dari tempat tinggal dia saat ini.
Sehingga jika dia harus datang jam tujuh pagi disana maka dia harus berangkat dari dua jam sebelumnya, terlebih jalanan tidak pernah ada yang tahu kapan akan macet atau lenggang, jadi dia tentu harus memperhitungkan semua kemungkinan tersebut, kecuali jika dia pergi dengan mereka bawah tanah, mungkin itu akan lebih cepat, sayangnya uang yang dia miliki hanya cukup untuk naik bus saja, yang lebih murah dan lebih mudah dijangkau oleh dirinya, dibandingkan dengan kereta bawah tanah yang lebih mahal dari ongkos naik bus, dan dia juga belum pernah merasakan naik kereta sama sekali selama hidupnya.
Sesampainya di rumah, dia langsung masuk ke dalam kamar dan berniat untuk beristirahat lebih awal karena besok harus pergi ke ibu kota, namun baru saja dia hendak menutup mata, tiba-tiba saja Linda masuk ke dalam kamarnya datang menemui dia dan duduk di sampingnya sambil terus memaksa dia untuk bangun saat itu.
"Yuki... Apa kau sudah tidur, kau tidak boleh tidur dulu Yuki, ada yang ingin aku bicarakan kepadamu, ayolah Yuki, cepat bangun." Ucap Linda sambil terus menarik tangannya dengan kuat.
Yuki yang sebenarnya sudah hampir tidur, dia pada akhirnya tetap saja harus kembali bangun dan menatap pada temannya tersebut dengan tajam dan wajah yang cemberut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments