Secret Of Mariana

Secret Of Mariana

Satu

“Ayah ... Ana mohon, ayah harus sembuh, ya?” Isak Mariana, gadis berusia sembilan belas tahun yang akrab dipanggil Ana menangis di sisi pembaringan ayahnya. Di dalam ruang ICU. Dia adalah Mahasiswa di sebuah Universitas Ternama di Jakarta

Tiga jam yang lalu ayahnya sempat kritis, karena baru saja mengalami kecelakaan, tertabrak pemuda, yang tak lain teman satu kampus Ana, dan satu jurusan dengan Ana, dia juga salah satu anggota geng motor yang bernama Black Moon. Bahkan dia adalah ketua geng motor tersebut.

“Ayah mau kamu mengabulkan permintaan ayah tadi, Nak,” ucap Pak Ahmad.

“Ayah, Ana ini baru lulus SMA, baru masuk kuliah sebulan yang lalu, baru semester awal, Yah. Ana tidak mungkin menikah dengan dia, Yah. Dia juga masih kuliah, dia teman kampus Ana, bahkan satu jurusan, sama-sama masih awal kuliah, sama dengan Ana. Kita sama-sama memiliki cita-cita yang belum terwujud, ayah jangan begitu,” ucap Ana.

“Kalau ayah tidak ada kamu sama siapa, Na?” ucap Pak Ahmad. “Bapak titip Ana, kamu harus bertanggung jawab dengan hidupnya sekarang, Nak,” pinta Pak Ahmad dengan Andra.

“Ba—baik, Pak. Saya akan bertanggung jawab, sebagai penebus kesalahan saya. Saya minta maaf, tadi saya ngebut, tidak tahu ada bapak yang mau menyeberang jalan, tidak melihat bapak menyalakan lampu sein juga,” jawab Andra. “Saya akan menikahi putri bapak, akan bertanggung jawab dengan hidup putri bapak,” tegasnya.

“Kita baru lulus SMA dan baru saja masuk kuliah sebulan, Andra!” tukas Ana.

“Ana ... Papa yang akan bertanggung jawab, selagi Andra belum bekerja. Dia memang harus bertanggung jawab atas perbuatannya, supaya dia tahu, bagaimana rasanya mengemban amanah dan tanggung jawab,” tutur Pak Yaksa, ayah dari Andra.

“Benar, Na. Kami akan bertanggung jawab atas hidupmu, selagi ayahmu belum pulih, sampai ayahmu pulih pun kamu tanggung jawab kami,” ucap Diana, ibu dari Andra.

“Bagaimana, Na? Kamu mau memenuhi permintaan ayah?” tanya Pak Ahmad.

“Apa pun yang terbaik menurut ayah, Ana menurut, Yah.”

Ana tahu, ayahnya mungkin sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya sekarang. Terlihat dari bicaranya pun sudah berat, napasnya juga sedikit tersengal, Ana sebetulnya takut, melihat kondisi ayahnya yang seperti itu.

“Kami akan persiapkan pernikahannya sekarang, kami akan menghubungi pemuka agama dan meminta membawa saksi juga. Kalau mendadak begini, kami hanya menikahkan secara agama dulu, Pak. Kalau mau secara hukum, harus  mengurus syarat-syaratnya lebih dulu, Pak,” ucap Pak Yaksa.

“Iya, saya tahu, Pak. Tapi saya minta ada perjanjian hitam di atas putih. Saya minta satu minggu lagi, mereka harus menikah secara hukum, Pak,” pinta Pak Ahmad.

“Iya itu pasti. Nanti saya buatkan surat perjanjian itu, supaya anak saya dan Ana juga menyetujuinya,” jawab Pak Yaksa.

Tidak usah ayahnya Ana meminta surat perjanjian saja, Pak Yaksa dan Bu Diana tetap akan menikahkan Andra dan Ana di depan penghulu, supaya sah secara hukum, meski mereka masih delapan belas tahun, baru lulus SMA, dan baru masuk kuliah satu bulan.  Bu Diana sudah jatuh hati pada Ana, gadis yang cantik dan lemah lembut itu. Bu Diana yakin kalau Ana akan bisa merubah sikap Andra yang arogan, pembangkang, dan susah diatur.

^^^

Andra mengucapkan qobul di depan pemuka agama yang menikahkannya, juga di depan ayah Ana dan para saksi.

“Bagaimana para saksi? SAH?”

“SAH !” jawab para saksi.

Mereka sudah sah menjadi suami istri malam ini di mata Agama.  Andra menyematkan cincin di jari manis Ana. Lalu Ana mencium tangan Andra, dan Andra mencium keningnya.

Ana memeluk ayahnya, dia menangis memandangi wajah ayahnya yang penuh luka, dengan kepala diperban. “Ayah ... Sembuh, ya? Ayah pengin lihat Ana jadi orang sukses, kan? Ayah kan janji mau menemani Ana sampai Ana sukses?” ucap Ana.

“Iya, ayah akan menemanimu, meski tidak di sini, ayah akan selalu menjagamu dari jauh, Ana,” ucapnya sambil terbata.

“Ayah jangan bilang begitu?” ucap Ana.

“Nak Andra ... Titip Ana, jaga Ana, jangan sakiti Ana, dia tidak punya siapa-siapa lagi, kalau bukan kamu yang menjaganya, siapa lagi,” ucap Pak Ahmad.

“Iya, Pak. Andra janji akan menjaganya,” jawab Andra lugas.

“Ana ... Baik-baik ya? Jaga dirimu, hormati suamimu,” pesan Pak Ahmad.

“Yah, sembuh, ya?”

Pak Ahmad hanya tersenyum, lalu mencium tangan Ana, dan meraih tangan Andra, lalu ia menyatukannya. “Kalian yang akur, ya?”

“Iya, Yah.” Jawab mereka bersama.

Tak lama setelah itu, napas Pak Ahmad terlihat berat dan sedikit tersengal, perlahan ia menutup matanya, dan tangan yang sedang menggenggam tangan Ana dan Andra perlahan terlepas dan terkulai lemas. Suara alat pendeteksi detak jantung berbunyi panjang.

“Ayah ... Ayah ....! Bangun, Ayah !” Ana mengguncangkan tubuh ayahnya dengan menangis, Andra meraih tubuh Ana lalu memeluknya. Andra merasakan apa yang Ana rasakan saat ini. Dia pun menyesal sudah membuat nyawa seseorang melayang.

“Aku sudah membunuh ayah Ana, aku bersalah, aku harus bertanggung jawab, tapi bagaimana bisa, aku tidak mencintainya, aku benci keadaan ini! Maafkan aku, Ana,” batin Andra.

^^^

Jenazah Pak Ahmad sudah dibawa ke rumah, dan akan dimakamkan besok pagi, pukul delapan pagi. Ana masih duduk di sebelah jasad ayahnya yang tertutup kain. Ia tak henti-hentinya menangis. Andra juga menemaninya, dari tadi Andra tidak peduli ponselnya bergetar dan banyak pesan masuk dari kekasihnya yang marah, karena Andra tidak menjemputnya, dan teman-teman Andra juga bilang bahwa Andra sudah pulang dari tadi.

Pukul dua pagi, ponsel Andra masih bergetar, Andra permisi untuk mengangkat telefon dari Astrid, kekasihnya yang khawatir Andra kenapa-napa, karena sampai tidak menjemputnya, padahal teman-teman Andra bilang, Andra sudah pulang dari tadi untuk menjemput dirinya

“Hallo, Sayang ....”

“Astaga .... My Honey, sayangku ... Kamu dari tadi ke mana? Aku hubungi, aku kirim pesan gak ada jawaban, gak jemput aku lagi?!”

“Maaf, Sayang ... Aku habis nabrak orang, dan orang itu meninggal, aku sama mama dan papa, sedang mengurus jenazahnya, karena dia hidup sebatangkara, terus biar aku gak kena hukuman, kami mengurus semuanya. Maaf sekali, Sayang.”

“Lalu kamu bagaimana?”

“Aku tidak apa-apa, aku ini gugup, mau jemput kamu, tapi memang lagi apesnya jadi begini, itu kenapa aku gak ngabarin kamu dari tadi, aku takut kamu panik. Kita bertemu lusa, ya? Besok mungkin aku akan ikut ke pemakaman bapak yang aku tabrak, jadi aku gak ngampus dulu,” ucap Andra.

“Okay ... Yang penting, kamu baik-baik saja. I love you,”

“Love you too, baby .... Sana istirahat, sudah pagi ini,” ujar Andra.

“Okay sayang ... Bye ... Muuach ....”

“Hmm ... Muach ...” balas Andra.

Andra menyandarkan tubuhnya ke dinding, dia mengembuskan napasnya dengan berat, lalu memejamkan matanya. Tidak ia sangka malam ini hidupnya sudah berubah, dia sudah menjadi seorang suami diusianya yang baru menginjak sembilang belas tahun. Andra memang belum sembilan belas tahun. Di bulan ini,  dua minggu lagi dia baru berusia delapan belas tahun

“Kamu besok berangkat ke kampus, Ndra,” ucap Ana yang dari tadi sebetulnya mendengarkan percakapan Andra dengan Astrid.

Ana juga tahu siapa Astrid. Dia dulu teman satu SMA dengan Ana, dan juga Andra, Astrid dulu adalah siswa yang terkenal di sekolahan karena dia adalah kapten cheerleaders. Cantik, seksi, dan geng yang diketuai Astrid terkenal di sekolahan, karena anggotanya cewek-cewek cantik bertubuh seksi, yang kalau pakai seragam sekolah, roknya di atas lutut, dan bajunya ketat. Sampai sekarang gengnnya Astrid juga kuliah di kampus yang sama, dengan jurusan yang sama pula. Mereka masih selalu kompak.

“Kenapa harus berangkat?”

“Kamu mau semua orang curiga kamu dan mama-papamu ada di sini? Aku sudah diskusikan dengan mama dan papamu tadi, besok kalian boleh ke sini sore, setelah pemakaman selesai. Besok teman dekatku pasti pada ke sini, temanku teman kamu juga, apa mau mereka melihat kamu dan orang tuamu di sini? Toh teman kuliah kita masih sama seperti saat dulu SMA? Mereka masih sama-sama kuliah di tempat yang sama. Kamu juga tadi bilang dengan Astrid, kalau kamu habis menabrak seseorang sampai meninggal bukan?” ucap Ana.

“Iya besok aku ke kampus,” jawab Andra. “Tolong rahasiakan pernikahan ini!” pinta Andra.

“Siapa juga yang mau menikah dengan kamu, dasar pembunuh!” jawab Mariana.

Ana langsung masuk ke dalam lagi, setelah mengambil minum dan tidak sengaja mendengar Andra sedang menerima telefon di dapur.

Terpopuler

Comments

Selvianah Bilqis

Selvianah Bilqis

kukirim bunga sekebob

2023-07-07

0

Safitri_Novia

Safitri_Novia

hadir kak Han... ditunggu up" selanjutnya 😉

2023-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!