bab 2

Jderrrr! Perkataan Ustadz Wahab membuatku mematung seketika. Nggak ada angin, gak ada hujan, tiba-tiba saja orang-orang yang tidak aku kenal ini datang dan berkata bahwa mereka ingin melamarku.

Kedua orang tuaku menampakkan senyum sumringah usai mendengar perkataan Ustadz Wahab. Sepertinya hanya aku saja yang tidak bahagia di ruangan ini.

"S-saya permisi ke toilet dulu!" ucapku segera bangkit dari bangku dan meninggalkan ruang tamu.

Otakku sudah kacau. Baru pulang ngerayain kelulusan, kenapa tiba-tiba aku dapat lamaran? Ditambah lagi, aku dilamar oleh pria yang tidak aku kenal.

"Arin! Kamu mau ke mana?" omel ibuku yang ternyata menyusulku ke belakang.

Aku membutuhkan waktu untuk menenangkan pikiran sejenak. Lamaran yang datang pada hari ini benar-benar membuatku shock, sampai aku tidak tahu harus berkata apa untuk memberikan tanggapan.

"Aku beneran nggak ngerti deh, Bu! Maksud mereka apa datang ke sini? Mereka mau meminang siapa? Mereka mau ngelamar siapa?" tanyaku pada ibuku.

"Anak gadis di rumah ini kan cuma kamu, Arin! Tentu aja Ustadz Wahab bahwa putranya ke sini buat lamar kamu," timpal ibuku.

"Tapi Arin masih terlalu muda, Bu! Arin juga baru aja lulus hari ini! Ibu pengen aku cepat-cepat nikah?" tanyaku tak habis pikir dengan sikap orang tuaku yang justru mendukung anaknya untuk menikah muda.

"Memang apa salahnya? Kamu memang masih muda, tapi kamu sudah pantas menikah, Arin. Dan asal kamu tahu, keluarga Ustadz Wahab itu keluarga baik-baik. Mereka keluarga terpandang. Dan sudah pasti, Huda itu pria yang baik dan calon suami idaman," sahut ibuku.

Mataku mulai memerah menahan amarah. "Pokoknya aku nggak mau nikah! Aku nggak kenal sama cowok yang namanya Huda itu! Aku nggak mau nikah, Bu! Aku masih pengen nikmatin masa muda aku! Aku pengen cari sendiri orang yang aku cinta yang pengen aku nikahi suatu hari nanti! Aku masih pengen melihat dunia! Aku masih pengen bebas! Aku nggak mau terikat sama pernikahan sekarang!"

Aku dan ibuku mulai terlibat pertikaian kecil. Aku menolak mentah-mentah lamaran tersebut, sementara ibuku mencoba memberikan pengertian agar aku mau menerima pinangan orang asing itu.

"Kamu jangan buru-buru nolak! Setelah kamu kenal sama Huda, Ibu yakin kamu pasti akan suka!" sahut ibuku.

Penolakan diriku sama sekali tidak didengar oleh ibuku. Sepertinya kedua orang tuaku sudah terlanjur senang mendapatkan lamaran dari putra seorang ustad dari keluarga terpandang.

"Aku nggak mau, Bu! Suruh mereka pulang sekarang! Aku nggak mau nikah, apalagi sama orang yang gak aku kenal!" tegasku pada ibuku.

Tapi ternyata penolakanku tidak berpengaruh sama sekali pada keputusan kedua orang tuaku. Sepertinya ayah dan ibuku sudah sepakat untuk menerima lamaran tersebut meskipun aku menolak.

"Sini ikut dulu ke depan! Kamu kan belum kenal sama Huda! Nggak ada salahnya kamu coba kenalan dulu sama dia, kan? Kalau memang kalian nggak cocok, ibu nggak akan memaksa," ujar ibuku.

Aku pun kembali diseret menuju ke ruang tamu untuk mendengarkan hasil perbincangan antara keluargaku, dengan keluarga pemuda bernama Huda itu. Dan benar saja. Kedua orang tuaku dan kedua orang tua Huda sudah menyetujui lamaran ini. Mereka sudah sepakat untuk menikahkan kami.

Baru aja aku mau menikmati hidup di masa-masa muda yang indah, tiba-tiba saja aku langsung dihadapkan dengan desakan untuk menikah.

"Terima kasih banyak atas niat baik dari keluarga Bapak yang ingin meminang putri kami. Untuk ke depannya, kami akan menyerahkan semuanya pada Arin dan juga Huda. Mereka pasti butuh waktu untuk saling mengenal sebelum naik ke pelaminan, kan?" cetus bapakku dengan wajah sumringah.

Rasanya pengen banget aku teriak dan bilang ke Bapak kalau aku nggak mau menikah. Tapi di depan banyak orang seperti ini, nggak mungkin aku berani teriak-teriak seperti itu di depan Bapak dan bikin kedua orang tuaku malu.

"Alhamdulillah! Terima kasih banyak atas kesempatannya, Pak Agung. Kami juga akan membantu dan mendukung Huda serta Arin untuk saling mengenal terlebih dahulu sebelum merencanakan pernikahan," sahut Ustadz Wahab.

Kedua keluarga nampak puas dan senang dengan hasil keputusan yang telah mereka buat, kecuali aku. Pokoknya aku harus cari cara buat bikin keluarga ustad Wahab nggak suka sama aku!

*****

Terpopuler

Comments

JandaQueen

JandaQueen

lanjut baca

2024-09-14

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

masih nyimak

2023-07-13

0

Mika Saja

Mika Saja

blm paham alurnya,,Yo cukup menikmati ceritanya,,👍🥰

2023-06-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!