"Assalamualaikum, Arin!" Huda menyambutku dengan ramah begitu pria itu melihat kedatanganku bersama dengan Wirda.
"Waalaikumsalam!" jawabku ala kadarnya, tanpa ingin melempar senyum sedikitpun pada Huda.
Efek lagi kesal, jadi mau disenyumin kayak apa pun juga, aku tetap nggak akan luluh. Pokoknya hari ini juga aku harus memaksa Huda untuk membatalkan lamarannya.
"Kamu udah lama nunggu di sini?" tanya Huda berbasa-basi padaku.
"Udah lama!" jawabku singkat dengan wajah yang tidak ramah.
Karena tidak ingin banyak berbasa-basi lagi, aku pun segera mencari-cari tempat untuk berbicara berdua dengan Huda. Untuk membahas mengenai masalah pembatalan lamaran, tidak mungkin aku membicarakannya di tempat terbuka seperti ini. Aku butuh waktu dan ruang pribadi untuk membahasnya dengan Huda.
"Ada hal penting yang pengen aku omongin sama Mas," ucapku pada Huda. "Kita bisa bicara berdua aja, kan?" tanyaku.
"Mau bicara soal apa?" tanya Huda dengan suara lembut.
Padahal sejak tadi, aku memperlihatkan wajah cemberut diiringi dengan nada ketus saat berbicara. Tapi Huda terus membalas perkataanku dengan tutur kata yang lembut. Sepertinya Huda memang tipe pria yang lembut.
Eh, ngapain juga aku mikirin soal ini? Terserah dia mau jadi cowok kasar atau jadi cowok lembut! Aku nggak peduli! Tujuanku ke sini cuma ingin membujuk Huda untuk membatalkan lamaran nya padaku.
"Pokoknya nggak bisa ngomong di sini! Aku pengen ngomong berdua aja. Aku nggak pengen pembicaraan kita didengar sama orang lain," ujarku pada Huda.
"Kalau bisa, dibicarakan di sini saja. Nggak baik berduaan dengan lawan jenis. Nanti bisa menimbulkan fitnah," timpal Huda menolak ajakanku.
Aku hampir lupa kalau Huda ini memang tipe-tipe pria religius yang dikit-dikit ngomongin fitnah sama dosa. Wajar aja sih kalau dia nolak. Tapi kan aku cuma mau ngajak ngomong doang? Siapa juga yang mau ngajak dia aneh-aneh!
"Iya, aku ngerti. Tapi aku kan cuma mau ngajak ngomong? Bukan buat berduaan yang aneh-aneh," sahutku. "Lagian aku sendiri juga nggak suka sama Mas. Jadi sekalipun kita berduaan di tempat sepi, aku nggak mungkin ngelakuin hal mesum sama Mas."
Aku mengatakan hal tersebut dengan lantang di depan Huda. Kayaknya sih anak Pak Ustadz itu agak shock.
"Cuma karena nggak suka aja, kamu langsung yakin nggak akan terjadi apa pun kalau kamu berduaan sama lawan jenis?" tukas Huda. "Yang namanya godaan itu, tidak perduli cinta atau tidak, tidak perduli di mana tempatnya. Jika sudah tergoda oleh syaton, moral itu hilang, Arin ."
Perkataanku langsung dipatahkan oleh Huda dengan mudahnya. Kayaknya Huda ini tipe yang seneng debat dan ngebalik omongan orang.
"Ya ampun, mas Huda, kita cuma mau ngobrol loh, bukan di tempat yang tertutup, masih terbuka, cuma yang bisa kasih privasi juga, ngerti kan maksud ku!?" kilahku.
Huda hanya tersenyum. Mau aku nyolot kaya gimanapun juga, Huda nggak terpancing sedikitpun dan tetep balas perkataan aku dengan lembut, tanpa meninggikan suara.
"Ini soal nafsu dan godaan, Arin. Rasa suka, rasa cinta, banyak yang sudah kalah dari hawa nafsu manusia dan godaan syaitan. Ada banyak perempuan hamil yang ditinggal pacarnya, kan? Apa mereka melakukan itu dengan mengandalkan rasa suka aja? Mereka cuma terjebak di hawa nafsu saja dan mengikuti godaan. Jadi perasaan suka atau nggak suka, nggak bisa dijadikan patokan untuk tidak berbuat maksiat."
Kenapa aku jadi dapet ceramah gini, sih? Siapa juga yang datang ke sini cuma buat dapetin ceramah?
"Udah, deh! Kan tadi aku bahas soal ngomong berdua! Kenapa jadi bahas maksiat?" omelku.
"Ada hubungannya, kan? Berduaan dengan lawan jenis nggak cuma menimbulkan fitnah aja, tapi juga bisa mendorong nafsu dan godaan untuk menjerumuskan kita ke dalam kemaksiatan. Jadi, baiknya sebisa mungkin menghindari berduaan dengan lawan jenis, apa pun alasannya," cetus Huda dengan tenang.
Kepalaku makin pening. Omongannya selalu aja dibales sama orang ini.
"Jadi, gimana? Kamu mau ngomong apa?" tanya Huda.
Aku sudah terlanjur kehabisan kata-kata. Belum mulai ngomong aja, udah dibikin badmood duluan.
Mendingan aku ngomong di sini aja, deh! Capek aku debat sama orang kaya gini!
"Kalau kamu yang maksa, aku bakal ngomong di sini!" ujarku pada Huda. Biarin, deh! Kalau didenger sama orang juga bukan aku nanti yang malu. Aku nggak kenal juga sama orang-orang di sini.
"Silakan!" tukas Huda.
Wirda sejak tadi hanya diam dan melihat perdebatanku dengan Huda. Kalau Wirda yang ngomong sama Huda sekarang, mungkin Wirda sama Huda nggak perlu debat. Apa pun yang diomongin sama Huda, pasti diiyain sama cewek pendiam dan penurut kaya Wirda.
"Jadi maksud aku datang ke sini dan nemuin Mas Huda, aku pengen ngasih tahu sesuatu soal acara lamaran kemarin," ucapku mulai membuka perbincangan.
"Mau ngasih tahu apa?"
"Sebelumnya aku minta maaf, Mas. Aku cuma pengen bilang ke Mas Huda kalau aku nggak bisa nerima lamaran dari Mas," ungkapku dengan tegas pada Huda. "Aku nggak bisa dan nggak mau nikah sama Mas," sambungku.
Huda hanya diam. Pria itu memberikan waktu dan kesempatan bagiku untuk menyelesaikan semua unek-unek yang ingin aku sampaikan.
"Aku minta tolong banget, tolong Mas cabut lamarannya! Tolong batalin hasil lamaran yang kemarin. Tolong buang angan-angan kalau aku sama Mas Huda akan menikah di masa depan. Aku nggak mau dan nggak akan pernah nikah sama Mas Huda!" ujarku.
Huda masih tetap diam dan tidak memberikan tanggapan. Terserah deh dia mau komentar apa pun! Yang penting aku sudah menyampaikan isi pikiranku pada Huda dan aku tidak ingin melanjutkan acara lamaran kemarin ke jenjang pernikahan.
"Lagian ngapain sih Mas ngelamar aku? Kita aja nggak saling kenal, kan? Mas nggak kenal siapa aku, dan aku nggak kenal juga siapa Mas. Dan lihat aja penampilan aku! Aku nggak terlihat seperti calon istri yang cocok buat bersanding sama Mas, kan? Aku cuma cewek bandel yang bahkan berpenampilan kaya gini. Latar belakang kita beda jauh dan kepribadian kita juga bertolak belakang. Aku bukan calon istri yang cocok buat Mas," ungkapku.
"Kalau Mas mau cari calon istri, mungkin yang kaya temen aku ini lebih cocok buat Mas! Wirda ini pendiam, penurut, anggun, dan bukan tukang nyolot kayak aku. Mas butuh calon istri yang seperti itu, bukan calon istri seperti aku!"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
gak terima lamaran yuda
2023-07-13
0