Perbedaan

Rafa tidak kembali ke ruang meeting, memilih ruang kerja sebagai tempatnya singgah, setelah kepala hampir dibuat pecah oleh Vanya—perempuan yang menyusulnya ke ruangan sama.

Tatapan malas diberikan oleh Rafa, padanya yang mendorong pintu kaca dan berjalan ke arah meja kerjanya. Itu memang ada dalam satu ruangan tertutup, dikhususkan untuk tim-tim tergabung.

"Master, aku bo—"

"Gak usah ngomong sama aku!" bentak Rafa menyela, Vanya terkejut dibuatnya.

"Gak usah marah-marah terus, entar cepet tua gantengnya luntur, siapa yang mau? Mana belum nikah lagi," kata Vanya beriringan tangan menarik kursi kerja.

"Sendirinya juga belum nikah, ngatain orang. Punya pacar aja enggak, masih mending aku."

"Hahaha, jomblo bukan berarti gak laku. Jomblo itu tanda kalau aku emang orang yang susah didapetin! Emang tuh si mak lampir?!" sambar Vanya urung duduk. "Lagian, apa coba yang diliat dari cewek nyinyir model gitu, sampai dipacarin? Jelek? Iya. Bantet? Banget. Pendek? Over! Gak punya selera!" omelnya menghitung dengan jari, Rafa menaikkan biji mata menatap.

"Cemburu?" santai Rafa, menaikkan alis.

"Siapa? Aku? Cemburu? Gak! Cuma heran aja, orang kayak kamu nih, mau sama cewek model gitu! Bagusnya di mana? Bibir udah mirip teko, mau aja diajak ciuman sama dia! Gak mual?! Ya, enggak lah. Orang teko ketemu sama gelas, cocok! Ceweknya hobi nyinyir sambil monyong, cowoknya hobi ngejeplak!" Vanya sedikit meninggikan suara.

"Kamu manggil aku apaan tadi? Kamu?" Rafa menggaruk ekor alis kiri, berdiri dan mendekati meja Vanya di depannya. "Ulangin lagi, aku kamu sebut apa tadi? Gelas?"

Vanya menelan saliva, kedua matanya mengerjap kebingungan. Mencari tempat melarikan diri pun mustahil didapat, kala dinding ada di balik tubuhnya dan meja menutupi akses ke pintu.

Rafa semakin mendekat, duduk pada ujung meja kerja Vanya dan menendang kursi sampai membentur dinding. Terang saja, hal itu semakin membuat Vanya ketakutan, tanpa memiliki keberanian seperti saat ocehannya keluar tanpa bisa dihentikan.

"Kamu pernah tau aku sama Valen ciuman? Kapan?" tanya Rafa.

"Eh, oh? Mm ...." Vanya kebingungan, menatap Rafa kilat dan menunduk lagi. "Di ... di basecamp pas aku sama anak-anak ngerjain laporan di atas, aku mau ke dapur ambil minum terus liat master sama kuda lumping itu ciuman di ruang tamu. Kalian duduk bareng, aku gak sengaja liat, abis itu balik ke kamar."

Vanya menerangkan panjang, Rafa melengkungkan bibir ke bawah sambil mengangguk berulang. "Kamu tau bedanya dicium sama ciuman?" tanya lelaki berkulit putih bersih tersebut, lawan bicaranya tersentak menaikkan kepala lalu tertawa.

"Hahaha, tau lah! Dikira aku anak kecil gak bisa bedain? Bayi aja ngerti, pas liat emak bapaknya ciuman. Ngeremehin banget! Gini-gini juga pernah ciuman!"

"Sama siapa?"

"Calon suami, pilihan orang tua. Gini-gini aku anak berbakti, dijodohin mau aja! Orang cowoknya ganteng, tajir, gak cerewet, gak pelit kayak seseorang yang gak mau aku kenal sepanjang hidup sampai reinkarnasi keseribu!"

"Masa?" tetap saja lelaki penggemar seni itu menyiratkan ketenangan. "Sini tunjukin kalau emang tau bedanya dicium sama ciuman. Gak ada bukti, artinya bohong."

"Ya?!" Vanya nanap seketika.

Rafa santai mengarahkan mata ke depannya, berisyarat agar perempuan tampak kaget itu menempati lantai sudah ditunjuk. Vanya kebingungan, biji mata berputar-putar dalam ruangan, beriringan dengan kedua tangan mengepal pada sisi celana jeans membalut kaki rampingnya.

Lelaki pemilik tato pada punggung tangan kiri itu tidak melepaskan perhatian dari Vanya, kemudian menjangkau pergelangan tangan dan menyeret tepat di depannya duduk. Mata Vanya dibuat gagap, jantung tak beraturan tanpa sebab.

"Ayo." Rafa memajukan wajah.

"Ha-ha-ha!" Vanya tertawa paksa, mencondongkan tubuh ke belakang. "AC nyala, tapi rasanya kebakaran!" gumamnya samar.

"Kalau gak tau, gak usah ngomong. Dari pada omonganmu, bikin kamu keliatan gak pinter."

"Ta—tau!"

"Tau apa?" Rafa menaikkan alis kiri. "Apa yang kamu liat, bukan ciuman. Tapi, dicium. Itu ada perbedaannya."

Rafa menerangkan, tanpa melepaskan pergelangan tangan Vanya. "Ini dicium!" ucapnya, menyapu pipi perempuan di depannya lembut.

Vanya membesarkan pupil mata, tangan kiri menyentuh pipi baru saja ditempeli bibir tanpa perasaan salah sama sekali. Rafa berganti menarik lengan kanan Vanya ke tengkuk, pipi kiri bersemu di depannya pun disentuh dengan telapak kanan.

Pandangan keduanya terkunci, patu-paru Vanya pun berubah mengecil, tanpa mampu menukar udara. Rafa menggunakan ibu jari kanan membelai pipi Vanya, tanpa sedikit saja menggeser mata dari paras tegang di hadapannya.

"Ini ciuman." Rafa berucap, menempelkan bibirnya dengan bibir Vanya.

Tertahan bibir keduanya, tanpa napas diembuskan oleh perempuan yang juga menghentikan jantung untuk berdetak. Sampai sebuah pintu terbuka kencang menyadarkan, Rafa menoleh pada dua orang membeliak di tengah ke arahnya.

"Ma—maaf! La—lanjutin!" Vino gagap, menarik Alya keluar dan menutup lagi pintu.

"Masuk! Jelasin hasil meeting tadi!" teriak Rafa, menarik tubuh dari meja. "Inget-inget bedanya, biar nanti gak asal kalau sama calon suami!" seru lelaki tengah bersiap mengayunkan kaki panjangnya.

"Vino, Alya, masuk!" teriak lelaki itu lagi, duduk di kursinya sendiri.

Vino dan Alya masih di depan, bayang tubuh keduanya terlihat sangat jelas, saling mendorong untuk menerobos dalam ruangan yang takut disinggahi oleh kaki sekarang. Ragu-ragu keduanya masuk, melihat Vanya dalam posisi mematung dan Rafa meneguk air putih dari gelas tinggi tersedia.

"Buruan jelasin, habis ini kita makan siang, terus ke proyek." Rafa menjatuhkan titah, namun Alya dan Vino malah saling menyenggol lengan serta menggeleng keras.

"Buruan!" sentak Rafa, mengejutkan dua orang di depan mejanya, juga Vanya yang langsung terjatuh ke lantai.

"Van!" seru Alya dan Vino. "Pingsan, Vin! Buruan tolongin!" imbuh perempuan berjaket hitam itu, menepuk kencang punggung Vino.

"Udah biarin aja, jelasin dulu gak usah urusin dia!" cegah Rafa, membingungkan dua anak timnya.

Terpopuler

Comments

🌱mas Bie🌱

🌱mas Bie🌱

vanya dapat ilmu buat bedain ciuman sama dicium tp malah langsung pingsan

2023-06-15

0

alfa

alfa

ngomong panjang kayak kereta giliran di praktekin ciuman malah pingsan 🤣🤣,

2023-06-04

1

SandiKala

SandiKala

Rafa terbaik emang gak ada obatnya..Bedanya cowok kalem ya kaya gini lebih ke pembuktian..
karakter Vanya yang suka ceplas ceplos ketika dipertemukan dengan yang cowok kaku plus kalem emang Klop😂😂

2023-06-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!