Terdengar suara keras yang berasal dari orang tersebut. Dia langsung membuka pintu secara kasar, layaknya orang yang sedang mendobrak pintu. Semua dilakukan lantaran dia merasa cemas dan khawatir terhadap atasannya.
“Ada ap ... Tu-tuan Ernes? Mo-moana?”
“A-apa yang kalian lakukan, bu-bukannya Tuan semalam tidur bersama saya? Terus ke-kenapa Tuan bisa ada di sini? La-lalu, ada apa dengan kalian kenapa sama sekali tidak menggunakan pakaian? Sebenarnya, apa yang terjadi sama Tuan dan Moana?"
Pria itu menatap Ernest dan Moana secara bergantian. Dia benar-benar bingung melihat keadaan mereka berdua seperti ini. Sementara Ernet sama Moana cuma terdiam, mereka saling melirik tajam penuh kemarahan.
“Ja-jangan bilang, apa yang dikatakan oleh para karyawan itu benar. Kalau kalian, ternyata memang memiliki hubungan lebih dari sebatas rekan kerja?”
Seorang pria bernama Felix Gladwin Reagan terlihat begitu syok ketika melihat kejadian tersebut. Dia juga merupakan seorang asisten Ernest yang berusia 26 tahun.
Felix tidak menyangka kalau atasannya, ternyata memiliki hubungan spesial bersama sekretarisnya. Padahal, dia sangat tahu atasannya itu bukan pria seperti itu. Ernest tipikal pria yang dingin kepada seorang wanita, jadi tidak mungkin dia bisa melakukan ini.
Namun, apa yang dilihat sekarang berhasil membuatnya benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Wajah cemas, khawatir, dan panik membuat Ernest menjadi keringat dingin.
“Ti-tidak, Fel! Ka-kamu salah paham, i-ini tidak seperti apa yang kamu lihat. Sumpah!"
"Please, jangan percaya sama dia! Moana itu adalah wanita yang sangat licik. Dia sudah berhasil menjebak saya dan berusaha memanfaatkan ketidaksadaran saya semalam. Kalaupun benar saya dan dia sudah melakukan hal itu, lalu di mana noda bercak merah yang seharusnya ada di ranjang?”
“Kenapa ranjang ini malah terlihat bersih? Bukannya wanita yang mengaku anak baik-baik, jika disetubuhi oleh lawan jenisnya pasti akan meninggalkan jejak, bukan?"
"Lantas, di mana semua itu? Kenapa tidak ada? Sekarang sudah jelas bukan, kalau dia hanya mengaku sebagai wanita baik-baik, tapi kenyataannya dia tidak lebih dari teman tidur pria lain!”
Ernest selalu berusaha memberikan penjelasannya kepada Felix, tanpa memikirkan bagaimana hancurnya perasaan Moana yang sudah tidak bisa dijelaskan. Penghinaan yang Ernest katakan sangat menyakiti hati gadis itu, tetapi Ernest tetap tidak ingin disalahkan.
Terlihat jelas, bukan? Apabila di sini Ernest hanya membela dirinya sendiri di hadapan Felix. Dikarenakan Ernest takut Felix sampai berpikir negatif mengenai dirinya atas kejadian hari ini.
Apalagi Felix sudah bekerja jauh lebih lama dari Moana. Jadi, seharusnya dia jauh lebih mengenal Ernest daripada Moana. Kenyataan, sang asisten malah berpihak pada Moana yang sudah menjadi korban pele*cehan atasannya sendiri.
Felix dan Ernest merupakan partner kerja yang sangat profesional, bahkan mereka bisa dibilang seorang sahabat rasa persaudara. Ikatan serta kesiagaan Felix yang hampir 24 jam berada di samping Ernest sangat patut diacungi jempol.
“Tuan jahat ... Tuan sudah merenggutnya! Tanpa rasa berdosa, Tuan malah memutar balikkan fakta dan berusaha menjelekkan saya. Dasar pria peng*ecut!”
Moana melemparkan bantal tepat di wajah Ernest. Dia selalu mengamuk sambil berteriak sampai membuat ruangan itu bergema suara isak tangisnya. Di mana kedua tangan Moana tidak berhenti memukul keras punggung Ernest berkali-kali, meskipun tangan terasa sakit Moana tetap tidak peduli. Dikarenakan dia lebih memilih sakit fisik daripada batin yang akan merusak mental.
“Apaan sih! Udah deh, gak usah sok suci jadi orang. Kalau memang kita melakukannya, mana buktinya? Tunjukkan!"
"Gak bisa, 'kan? Makannya jangan sok! Lihatlah, di ranjang tidak ada sedikit pun noda segelmu. Itu artinya, kamu memang sudah pernah melakukannya pada orang lain. Setelah kamu tidak mendapatkan apa pun darinya, lalu kembali mencari mangsa selanjutnya yaitu, saya!"
"Ketika kamu melihat adanya peluang kesempatan, maka di situlah kamu mulai beraksi untuk menjebak saya dengan semua kesalah pahaman ini. Benar, 'kan?"
“Sudahlah, tidak perlu sok munafik! Saya muak mendengar tangisan air mata buaya!"
"Sekarang saya paham, taktik permainan semua ja*lang sepertimu. Mereka hanya perlu bermodalkan pura-pura menjadi korban, kemudian menyalahkan semuanya pada yang bersangkutan. Dengan kamu melakukan itu, kamu pikir bisa mendapatkan apa yang kamu mau?"
"Haha, dasar bod*doh! Bangun, jangan kebanyakan mimpi. Kalai jatuh sakit loh, Nona Moana!”
Ernest selalu menekankan kata demi kata yang diucapkan kepada gadis malang itu. Tatapan serta tawanya yang remeh, benar-benar telah menusuk hati Moana berulang kali.
Tatapan penuh amarah di mata Moana sudah tidak lterbendung. Sampai akhinya, Ernest kembali mencaci maki Moana sampai batas kesabarannya sudah benar-benar habis.
“Selama ini orang yang saya anggap sebagai wanita baik yang selalu bersikap sopan, mandiri, serta jarang sekali saya mendengar keluhan-keluhnya. Ternyata ohh, ternyata, itu hanyalah sebuah topeng untuk sekedar menutupi sikap aslinya. Cihh, menjijikkan!”
Plaak!
Satu tamparan keras dari tangan mungil Moana telah berhasil mendarat tepat di pipi mulus milik Ernest. Hati yang terasa sangat panas, juga sakit sama seperti tertusuk oleh ribuan pedang yang begitu panjang. Kali ini, Moana sudah tidak memandang siapa Ernest. Untuk Moana, Ernest sama saja seperti pria bereng*sek pada umumnya. Berani melakukan, tetapi angkat tangan ketika dimintai tanggung jawab.
Tamparan itu, adalah tamparan pertama untuk Moana mengotori tangannya sendiri demi memberikan sebuah tanda cantik yang akan selalu Ernest ingat selamanya.
.......
.......
.......
...***💜💜>Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 329 Episodes
Comments