Setelah sudah dinyatakan sah seluruh para tamu pun dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang ada di sana, begitu juga dengan Ayu dan Bagas mereka di sajikan makanan dan minuman yang di letakkan di nampan dan sebuah meja kecil. Sejak dari tadi pagi Ayu dan Bagas juga belum mengisi perut mereka dengan makanan sedikit pun. Hari itu terlaksana lah sudah janji almarhum papanya Ayu, menikahkan kedua anak insan berbeda ini harus penuh kesabaran.
2Minggu sudah berlalu...
"Mas, apa kamu sudah shalat?" Tanya Ayu yang ingin tahu.
Bagas hanya diam saja, dan tak mengatakan apa pun kepada Ayu. Sekarang mereka sudah tinggal di rumah sendiri, Bagas tak ingin satu rumah dengan orang tuanya. Dia bukan tanpa sebab melakukannya, baginya sudah cukup dengan mengikuti keinginan dari mereka, yang menjodohkan wanita tanpa ia cintai.
Kali ini Bagas tak mau kalau rumah tangganya di urus oleh kedua orang tuanya. Bagas pergi tidur ke ruang kerjanya, dia pergi meninggalkan Ayu begitu saja tanpa jawaban dari pertanyaan wanita itu yang sudah menjadi istrinya. Ayu hanya menghela nafasnya dan bersabar, ia berpositif dalam menghadapi Bagas suaminya yang baru ia kenal saat ini. Ayu pun masih meraba serta mencari tahu bagaimana sifat dan watak suaminya.
"Kenapa mas Bagas masuk ke ruang kerja ya?" bertanya dalam hatinya.
Ayu pun tak ada banyak berpikir panjang, dia lalu masuk ke dalam kamarnya menunggu Bagas di dalam kamar untuk beristirahat bersama-sama. Sudah satu jam lebih Ayu menunggu suaminya namun masih belum masuk ke dalam kamar mereka, ayo tetap berpositif mungkin Bagas sangat banyak pekerjaan. Iya masih terus menunggu sampai 2 jam kemudian dirinya sudah sangat kelelahan dan mengantuk secara tak sadar air telah tertidur di atas kasur dalam kamarnya.
Keesokan harinya ayo terkejut dan terbangun saat mendengar suara adzan dari masjid sebelah rumahnya. Ayo melihat ke sekeliling kamarnya seperti mencari sesuatu, namun dia tidak dapat menemukan apapun di sana. Ayu keluar dari kamarnya, berjalan menuju ke ruang kerja Bagas. Ternyata dari tadi Ayu mencari-cari suaminya ingin mengajaknya salat subuh berjamaah.
Tok, tok, tok...
"Mas..?"
"Mas Bagas, kita subuh berjamaah dulu yuk?" Ayu membangunkan suaminya dengan lembut.
Namun Bagas diam saja dan malah marak serta berkata ketus dengan Ayu. Bagas tak pernah menunaikan ibadah subuh setiap hari, bahkan ke dua orang tuanya selalu mengingatkan Bagas untuk beribadah, tapi dia tak pernah mendengarkannya.
"Mas..." Ayu mencoba kembali membangunkannya.
"Sudah pergilah dari sini kalau mau sholat. Jangan mengganggu aku yang masih tidur!" Bagas dengan kasar berbicara pada Ayu.
Wanita itu terkejut akan ucapan suaminya itu, hatinya sedikit terluka akan perkataan kasar Bagas kepadanya. Akhirnya Ayu pun pergi dan tak membangunkannya lagi, Bagas semakin menarik selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya saat itu. Dengan rasa kecewa Ayu pun menunaikan subuh sendirian, kali ini ia bermunajat agar suaminya berada di jalannya Allah SWT.
****
Hari sudah pagi, cahaya mentari menerobos lewat jendela-jendela rumah Ayu dan Bagas. Sebagai istri yang baik, Ayu menyiapkan sarapan untuk suaminya yang nanti akan berangkat ke kantor. Ayu juga menyiapkan bekal untuk makan siang Bagas dengan makanan sehat.
"Mas, sudah bangun?"
"Ayo duduk sarapan dulu, Ayu sudah siapkan sarapan dan bekal untuk mas bawa ke kantor." Ayu menyerahkan bekal itu dengan tersenyum.
Bagas tidak mengambil bekal itu, ia malah berjalan dan memalingkan wajahnya dari Ayu. Bagas berjalan keluar menuju mobilnya, lalu masuk ke dalam sambil Ayu mengikutinya dari belakang.
Duk! Terdengar suara pintu mobil di tutup oleh Bagas.
"Aku tak ingin bekal mu itu, dan aku juga tak suka masakan mu."
"Kita bisa menikah tanpa cinta, tapi jangan harap aku akan menerima diri mu begitu saja."
"Sampai kapan pun bagi ku, kau hanya istri di atas kertas saja."
"Jalan pak?!" Bagas menyuruh supirnya untuk melajukan mobilnya.
Kotak bekal itu terjatuh ke lantai terlepas dari tangannya, bagai disambar petir di siang hari, hati Ayu sangat sakit mendengar perkataan dari suaminya Bagas. Retina mata wanita itu bergetar, tubuhnya lemas dan jatuh terduduk di lantai. Seakan tak percaya, Bagas dengan semudah itu berkata seperti itu tanpa memikirkan perasaan Ayu istrinya. Wanita itu pun masuk ke dalam rumah sambil menangis, usia pernikahan baru seumur jagung, tapi sudah begitu banyak konflik antara mereka.
"Tring...., Tring..."
"Assalamualaikum..." Ucap Ayu dengan suara seraknya habis menangis.
"Wa'alaikumsalam..., Ayu kamu kenapa nak?"
"Suara mu seperti...?" Mamanya Ayu bertanya.
"Gak apa kok ma, Ayu hanya lagi flu dan gak enak badan. Mungkin kelelahan karena pindahan kemarin.
Mama Ayu pun percaya dengan kebohongan anaknya, Ayu terpaksa melakukannya karena itu merupakan rahasia dalam rumah tangganya. Dan mereka asik berbicara lewat ponsel yang mereka pegang, mamanya ingin Ayu dan Bagas datang di acara arisan Minggu depan. Mamanya meminta tolong Ayu untuk membantu di rumah mamanya tersebut.
Ayu pun menyetujui dan berjanji akan datang untuk membantu mamanya di sana. Lagi pula mamanya tak ada yang membantu hanya tinggal berdua dengan sepupu yang sibuk dengan kuliahnya.
"Baiklah ma, InsyaAllah Ayu akan ke sana Minggu depan ma..." ujar Ayu yang setelah itu mengucap salam untuk menutup pembicaraan.
****
Malam harinya, Ayu sudah selesai semua segala pekerjaan dan juga kewajiban lima waktunya. Menunggu Bagas kembali ke rumah dan menyiapkan makan malam itu yang ingin ia lakukan. Namun waktu sudah menunjukkan pukul 23:15 malam, Bagas belum juga kembali dari kantornya. Wanita itu sedikit cemas dan khawatir, dengan cepat Ayu menelpon Bagas ke ponselnya segera.
Tut.., Tut..
Ponsel Bagas tidak aktif dan sudah beberapa kali menelponnya, tapi tetap tak bisa di hubungi. Ayu berinisiatif menelpon mamanya Bagas malam itu juga, dan Ayu pun mendapat kabar dari mamanya. Bahwa Bagas ada di rumah orang tuanya dan pulang dalam ke adaan mabuk berat. Mamanya mengira Ayu sudah tahu akan hal itu, hingga tak ada seorang pun yang memberi tahu keadaan Bagas malam itu.
Mamanya berkata sedikit menyakitkan, karena Bagas menjadi seperti ini. Mamanya juga berkata Bagas gak pernah seperti ini sebelumnya, dan seolah-olah itu menjadi tanggung jawab Ayu sebagai istri. Mamanya menyuruh agar selalu menunggu Bagas yang memberi dan jangan suka meminta apa pun itu. Kini mamanya Bagas menjadi ikut mencapuri rumah tangga anaknya, terbongkarlah sifat asli mamanya yang ingin anaknya selalu di urus dan diperhatikan. Sedangkan papanya tak tahu tentang semua yang di katakan oleh mamanya Bagas ke Ayu istrinya.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sylius
siram tuh..biar melek
2023-06-11
1
🥑⃟Serina
Hih ya udh, sini Ayu buat aku saja muehehehe
2023-06-09
0
Shopia Asmodeus
Aku sudah tau endingnya pasti Bagas jadi gak bad boy hahah 😅😅
2023-06-08
1