Happy reading...
Tepat jam 05.00 pagi, Amanda terbangun, dia langsung menuju kamar mandi. Namun seketika tatapannya mengarah ke samping di mana ranjangnya masih kosong.
Wanita itu menghela nafas dengan pelan, dia merasa bingung kenapa sampai sepagi ini bahkan Darius belum masuk ke kamar.
Wanita tersebut melanjutkan langkahnya membasuh diri, setelah itu mengambil wudhu dan menunaikan shalat subuh.
Setelah membaca beberapa surat ayat suci Alquran, Amanda mengangkat kedua tangannya menengadah ke atas langit.
"Ya Allah, jauhkanlah rumah tanggaku dari ujian yang berat. Jauhkanlah rumah tanggaku dari sebuah api yang menghancurkan keharmonisan kami. Lindungilah suamiku di manapun ia berada Jagalah selalu ia dalam perlindunganMu, jauhkan marabahaya dan malapetaka darinya, karena sesungguhnya Engkaulah sebaik-baiknya pelindung. Dan ridhoilah setiap langkahnya untuk mencari nafkah, aamiin!"
Amanda tidak sadar jika ada seseorang yang sedang mendengarkan doa-doanya sambil bersender di pintu, dan orang itu tak lain adalah Darius.
Dia tadi masuk dengan pelan-pelan dan melihat jika Amanda sedang shalat, saat mendengar doa-doa istrinya Darius merasa tersindir. Dia benar-benar beruntung memiliki istri seperti Amanda yang begitu tulus mencintainya.
'Aku benar-benar beruntung memiliki istri sepertimu sayang. Kamu selalu mendoakan ku dalam keadaan apapun.' batin Darius.
Setelah membuka mukenanya, Amanda berbalik, dan betapa terkejutnya ia saat melihat Darius sudah berdiri di ambang pintu. Wanita itu pun berjalan ke arah Darius dengan tatapan bingung.
"Mas, kamu semalaman ke mana sih? Aku cari ke ruang kerja nggak ada. Terus kenapa baru masuk ke sini? Kamu habis dari mana?" tanya Amanda memberondong Darius dengan pertanyaan.
Mendengar pertanyaan dari istrinya, Darius sedikit gelagapan. Dia tidak menyangka jika Amanda akan terbangun dan mencarinya ke ruang kerja.
"Itu sayang, anu ... aku ketiduran di atap."
Dahi Amanda mengkerut heran saat mendengar jawaban dari suaminya. "Di atap? Ngapain kamu di sana malam-malam, Mas? Jangan aneh-aneh deh, masa kamu malam-malam ke sana?" Amanda seakan tidak percaya dengan ucapan suaminya.
"Kamu nggak percaya sama aku? Kalau kamu nggak percaya, sana cek aja masih ada laptopku di atas. Aku tuh semalam habis ngerjain tugas di sana, karena mau cari ketenangan," ujar Darius, "Udah ah, aku mau mandi dulu. Aku kan belum shalat subuh."
Darius melenggang melewati Amanda begitu saja masuk ke dalam kamar mandi, sebab badannya sudah sangat gerah. Sementara Amanda menatapnya dengan tatapan menyipit.
Entah kenapa ada keraguan di hatinya untuk percaya pada kata-kata Darius, sebab yang Amanda tahu Darius tidak pernah mengerjakan tugas di atas atap, walaupun di sana ada tempat untuk bersantai dan ada gajebo.
"Astagfirullah! Apa yang kamu pikirkan, Amanda? Masa Suami sendiri tidak kamu percayai," gumam Amanda pada dirinya sendiri.
Dia mencoba untuk percaya pada ucapan Darius, karena Amanda yakin suaminya tidak mungkin berbohong. Kemudian wanita itu keluar dari kamar menuju lantai bawah untuk menyiapkan sarapan buat suaminya.
Tepat jam 07.00 pagi, semua sudah berkumpul di meja makan. Terlihat suaminya sudah gagah dengan setelan kerjanya, dan di sana juga ada Fitri dan Haris.
Namun, entah kenapa Amanda merasa heran, di mana Fitri rambutnya basah sedangkan Haris tidak. Padahal semalam jelas-jelas Amanda mendengar suara kenikmatan dari mulut adiknya tersebut.
Namun, Amanda tidak ingin berprasangka buruk, kemudian dia memberikan kopi yang sudah dibuatnya kepada Darius.
"Terima kasih sayang," ucap Darius.
"Sama-sama, Mas."
.
.
Sesuai dengan permintaannya Tante Dina, jika hari ini dia akan pergi ke mall untuk menghadiri acara ulang tahun sahabatnya. Wanita itu pun pergi ditemani oleh Amanda.
Mereka berjalan menuju sebuah restoran di lantai 3, setelah mengucapkan kata selamat kepada sahabatnya Tante Dina dan Amanda duduk di salah satu kursi yang ada di meja.
Dan tak lama datang seorang ibu-ibu yang tak lain adalah teman arisannya Tante Dina, yang bernama tante Ajeng.
"Halo jeng Dina, eh ada menantunya juga," sapa tante Ajeng.
"Hai, iya nih. Soalnya suami saya nggak bisa nemenin, ada pekerjaan, jadi aku sekalian mengajak Amanda saja," jawab Tante Dina sambil memegang tangan Amanda.
Wanita itu mencium tangan tante Ajeng, kemudian mereka duduk di kursi. Namun tatapan tante Ajeng mengarah ke perut Amanda yang terlihat rata.
"Ya ampun jeung Dina, apa belum ada perubahan? Maksud saya, apa menantu Anda ini belum hamil? Padahal pernikahannya sudah 5 tahun ya?" tanya Tante Ajeng dengan nada menyindir sambil tersenyum sinis ke arah Amanda.
"Belum nih, mungkin nanti," jawab Tante Dina dengan santai.
"Nantinya itu kapan, Jeng? Sudah 5 tahun loh ya. Kalau saran saya sih, mendingan Darius cari istri lagi aja. Soalnya rumah tangga nggak ada anak itu sepi."
Amanda yang mendengar penuturan dari Tante Ajeng telinganya terasa panas, dia ingin sekali menjawab dan memaki, namun tidak, itu bukan pribadi Amanda.
"Mungkin nanti Allah akan memberi tante, hanya saja untuk sekarang belum. Saya dan juga Mas Darius sudah berusaha kok. Kami sedang menjalani program hamil," timpal Amanda sambil tersenyum manis.
"Ya, semoga aja berhasil ya. Saya doakan semoga kamu cepat hamil, tapi biasanya kalau wanita belum hamil hamil sudah beberapa tahun, itu mandul," ucap tante Ajeng dengan nada sedikit berbisik namun terkesan begitu tajam.
Amanda tersenyum dengan rahang mengeras, namun dia mencoba untuk menetralkan emosi di dalam hatinya. Sementara tangannya terkepal di bawah meja.
Walau sudah biasa dia mendapatkan cacian dan sindiran seperti itu, yang menamakan dia mandul, namun tetap saja setiap mendengarnya hati Amanda terasa panas. Sebab sama sekali ia tidak mengalami hal tersebut, dokter mengatakan jika kandungannya subur dan tidak ada masalah apapun.
Setelah mengatakan hal tersebut, tante Ajeng pun pergi meninggalkan Amanda dan juga Tante Dina.
"Sudahlah sayang, jangan terlalu didengarkan, biarkan saja mereka berbicara apa. Yang menjalani hidup itu kita, mereka hanya melihat dari luar tanpa tahu perjuangan dan juga apa yang kita jalani. Karena manusia itu hanya bisa melihat dari luar saja, tanpa mau mengetahui dalamnya seperti apa. Jadi jangan pernah terkecoh ya, oleh ucapan dari mulut-mulut seperti itu." Tante Dina mencoba menenangkan menantunya.
Mendengar ucapan dari mertuanya, Amanda benar-benar sangat beruntung, karena memiliki ibu mertua yang begitu sangat menyayanginya. Bahkan di saat orang lain memojokkannya, dia malah membela.
"Makasih ya Mah, Mamah adalah mertua yang paling baik. Aku benar-benar beruntung memiliki ibu mertua seperti Mama." Amanda memeluk tubuh wanita itu dari samping.
Setelah mereka selesai, keduanya pun keluar dari restoran untuk menuju salah satu butik yang ada di mall tersebut, karena tante Dina ingin membeli baju.
Namun saat mereka menaiki tangga eskalator, tatapan Tante Dina mengarah kepada Fitri, di mana wanita itu sedang duduk bersama seorang pria. Namun Tante Dina sangat yakin jika pria itu bukanlah Haris.
"Amanda, bukankah itu adalah Fitri? Tapi siapa pria itu? Mama lihat kayaknya dia bukan Haris deh. Dari postur tubuhnya juga bukan, tapi kenapa Mama seakan kenal ya dengan postur tubuh dari pria itu?" Tante Dina berkata kepada Amanda sambil menunjuk Fitri yang sedang duduk di salah satu restoran bersama dengan seorang pria.
Tatapan Amanda menyipit melihat ke arah di mana Tante Dina melihat Fitri, dan benar saja, wanita itu sedang duduk bersama dengan seorang pria dan mereka berpegangan tangan.
"Iya Mah, itu Fitri. Tapi siapa pria itu? Haris kan badannya sedikit kurus, tapi itu badannya kok seperti ..." Amanda menggantungkan ucapannya.
Dia melihat dengan seksama ke arah Fitri dan pria tersebut. Namun entah kenapa, dia merasa mengenal pria itu. Dari postur dan juga potongan rambutnya, Amanda mengarah kepada satu nama, namun dia segera menggelengkan kepalanya.
'Tidak. Tidak mungkin jika Itu dia.' batin Amanda.
Tante Dina berjalan untuk menghampiri Fitri, namun ditahan oleh Amanda. "Mama, mau ke mana?" tanya Amanda
"Mama mau ke sana nyamperin Fitri. Mama mau tanya siapa pria itu? Tapi entah kenapa, Mama seperti mengenalnya. Dari postur tubuhnya, Mama sangat familiar," jawab Tante Dina, kemudian mereka berjalan untuk masuk ke dalam restoran.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Alpha
gaskeun bu dina
2023-10-22
0
Siti Komariah
km ga ush ngelarang mertuamu Manda biar ajja d samperin biar tau,,insting seorang istri itu kuat.. Allah slalu membuka smua kebohongan suami dngn caraNYA,,aq pun pernah merasakannya 😔
2023-07-25
0
Sugiharti Rusli
beneran disamperin ga nih jadinya
2023-07-16
0