Happy reading....
Sepulang dari rumah sakit, pikiran Amanda masih saja berkecamuk tentang pria yang ia lihat di mall beberapa jam yang lalu.
Jujur saja, Amanda sedikit ragu jika itu adalah suaminya. Dan untuk membuktikannya, Amanda pun menelpon nomor Darius.
Satu kali tidak diangkat, dan itu membuat Amanda merasa heran, tidak biasanya Darius tidak mengangkat teleponnya. Kemudian dia Coba menelpon satu kali lagi.
Dan ternyata kali ini teleponnya diangkat.
"Halo! Assalamualaikum Mas, kamu lagi di mana?" tanya Amanda saat telepon tersambung.
"Waalaikumsalam, kenapa sayang? Tumben kamu nelpon? Maaf ya tadi nggak keangkat, soalnya lagi ngecek proyek nih. Ada apa?" tanya Darius di seberang telepon.
"Oh lagi ngecek proyek. Nggak papa sih Mas, kangen aja," bohong Amanda.
Dia tidak mungkin mengatakan kepada Darius jika baru saja melihat pria yang mirip dengannya. Namun, lagi-lagi Amanda menepis pikiran itu. Dia yakin apa yang dikatakan Darius memang benar, jika pria itu tidak berbohong.
"Nanti malam kan aku juga pulang sayang, tidak usah khawatir. Nanti aku kasih kamu 5 ronde," ujar Darius sambil terkekeh kecil.
Mendengar ucapan dari suaminya, membuat Amanda tersipu malu.
"Ya udah sayang, aku tutup dulu ya teleponnya. Soalnya ini masih ada kerjaan yang harus aku cek juga. Aku hari ini lumayan sibuk, jadi mungkin nanti jarang ngabarin kamu."
"Iya Mas, nggak papa. Aku ngerti kok. Kamu pulangnya jangan terlalu kemaleman ya, nanti kan kita mau makan malam juga."
"Iya sayang aku. Ya sudah, aku tutup dulu ya, assalamualaikum," ucap Darius kemudian telepon pun terputus.
TUT!
Amanda sedikit lega sebab ternyata Darius ada di kerjaannya. "Berarti apa yang kulihat tadi di mall itu bukan mas Darius. Sepertinya aku saja yang terlalu merindukannya, sampai-sampai berhalusinasi. Pria itu juga aku lihat dari samping, jadi mungkin itu memang bukan mas Darius. Hanya perawakannya saja yang mirip," gumam Amanda pada dirinya sendiri.
Mobil pun melaju membelah jalanan yang padat. Mau di siang hari, pagi hari, sore hari ataupun malam hari, jalanan di kota itu akan selalu padat. Sebab orang-orang selalu saja berlalu lalang dan tidak ada sepinya sama sekali.
"Assalamualaikum," ucap Amanda saat masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam. Eh sayang, baru pulang? Sini duduk sebentar!" ajak mama Dina saat melihat Amanda pulang.
Terlihat di sana ada beberapa ibu-ibu, dan mereka sedang mengadakan arisan yang biasa setiap bulan dilaksanakan oleh Mama Dina. Tapi kali ini giliran di kediaman Laksono arisan itu di adakan.
Amanda mencium tangan Mama Dina, kemudian bergantian dengan beberapa ibu-ibu yang ada di sana.
"Nak Amanda baru pulang? Habis dari mana? Shopping?" tanya salah satu sahabat Mama Dina yang bernama Nia.
"Iya Bu. Ini habis dari rumah sakit menjenguk teman yang baru saja lahiran," jawab Amanda dengan lembut sambil tersenyum manis.
"Oalah ... baru menjenguk teman yang habis lahiran. Lalu, Nak Amanda sendiri kapan dong lahirannya? Kami juga ingin mendengar kabar bahagia dari keluarga Laksono, loh. Namun Amanda kapan mengandungnya?" jawab ibu Nia namun terkesan menyindir.
"Doakan saja Bu, semoga saya cepat mengandung," jawab Amanda yang masih dengan nada lembut.
"Iya didoakan juga harus barengi usaha dong Mbak Amanda! Kalau cuma didoakan saja dan tidak usaha, mana mungkin bisa hamil? Atau jangan-jangan ... mbak Amanda itu mandul ya?" timpal seorang ibu-ibu yang bernama Lusi.
Amanda memejamkan matanya, menarik nafas dengan dalam saat mendengar ucapan dari Bu Lusi. Bukan apa. Perkataan seperti itu sudah biasa Amanda dengar dari ibu-ibu yang lain, mereka mengatakan jika Amanda wanita mandul.
Terkadang manusia suka menilai orang dari luarnya saja. Suka menyindir tanpa tau kenyataannya. Mereka tak memikirikan, yang di sindir akan sakit hati atau tidak?
Karena hati mereka selalu puas setelah berbuat julid sama orang. Sebab lidah lebih tajam dari pedang.
Namun kenyataannya dia sudah periksa dengan Darius, dan mereka sama-sama subur, tidak ada masalah dan juga kendala apapun. Cuman memang Allah masih belum memberikan mereka rezeki, entah Amanda pun tidak tahu kenapa itu bisa terjadi.
"Mah, kalau begitu Amanda ke kamar dulu ya. Mau siap-siap belum shalat dzuhur soalnya," ujar Amanda berpamitan pada Mama mertuanya.
"Iya sayang," jawab Mama Dina sambil tersenyum ke arah sang menantu kesayangan.
Setelah kepergian Amanda, Ibu Lusi pun berkata, "Jeng Dina. Kenapa sih masih saja mempertahankan menantu mandul seperti itu? Bukan apa ya Jeng. Rumah tangga itu bukan hanya soal cinta, tapi kalau tidak ada kehadiran anak, biasanya rumah tangga itu tidak akan langgeng? Karena walau bagaimanapun, seorang pria kan juga menginginkan keturunan? Kalau wanitanya tidak bisa memberikan anak, lalu siapa yang tahu kan jika nanti Darius mencari wanita lain? Atau mungkin, saat ini dia sudah mempunyai selingkuhan?" tuduh Bu Lusi sambil menyenggol Ibu Ningsih yang ada di sampingnya.
Mendengar ucapan dari sahabatnya, mama Dina masih diam. Dia sudah terbiasa dengan ucapan seperti itu dari semua rekan arisannya.
Bohong jika Mami Dina juga tidak berpikiran seperti itu. Tapi dia melihat sendiri bahwa di antara menantu dan juga putranya sama-sama subur, tidak ada kendala apapun. Namun, Mami Dina percaya jika Allah memang belum memberikan mereka rezeki.
Jujur, sebenarnya Mama Dina juga sangat khawatir jika Darius mempunyai wanita idaman lain. Karena benar apa yang dikatakan Bu Lusi, pria menginginkan keturunan. Namun, Mama Dina percaya jika Darius tidak akan pernah melakukan itu.
"Iya, Ibu benar. Keturunan memang penting dalam rumah tangga. Karena tanpa seorang anak, rumah terasa sepi. Tanpa tangisan bayi, rasanya keluarga itu tidak lengkap. Namun, apa yang bisa kita lakukan? Kita hanya manusia biasa, berusaha dan berdoa itu sudah dilakukan menantu dan juga Putra saya, tapi pada akhirnya memang Allah belum memberikan mereka keturunan. Bukan karena Amanda mandul, karena dia subur, keduanya sama-sama subur. Namun memang belum saatnya saja," jawab Mama Dina yang masih tenang.
"Sudahlah Jeng Lusi. Jangan memanas-manasi keadaan! Lagian ibu Dina nya saja menerima keadaan menantunya dengan tangan terbuka. Kenapa Jeng Lusi yang rempong? Sudahlah, kita sambung lagi yuk acara arisannya yang tertunda!" ujar Bu Nia menengahi perdebatan tersebut.
.
.
Sementara itu Amanda baru saja selesai mandi, lalu dia menunaikan shalat dzuhur, setelahnya Amanda membaca Alquran beberapa lembar lalu menutupnya dengan kalimat shadaqallahul adzim.
Kedua tangannya terangkat ke atas, memohon kepada sang pencipta untuk semua kehidupan dan juga ujian yang dihadapi oleh Amanda saat ini.
"Ya Allah, sakit rasanya saat orang lain mengatakan jika diri ini mandul. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu kesuburan dalam diriku, dalam rahimku. Sesungguhnya Engkaulah yang memberikan rezeki, dan aku hanya meminta kepadaMu ya Allah, berikanlah rezeki itu kepadaku. Aku juga ingin terbangun di malam hari karena tangisan bayi, dan aku juga ingin merasakan bagaimana seorang anak kecil memanggilku dengan mama. Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah zat yang Maha Kuasa, yang menciptakan bumi dan langit serta isinya. Maka kabulkanlah doa-doa aku, agar aku bisa mengandung benih mas Darius, aamiin."
Amanda tidak menyadari jika di pintu kamaranya, ada seseorang yang mendengarkan doanya dan dia juga mengaminkan doa wanita tersebut.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Alpha
siapa yg ddepan pintu
2023-10-22
2
Siti Komariah
mertuanya msh bs nerima krn tau anak dn mantunya subur,, bersyukur dh Amanda punya mertua yg pengertian dn smoga seterusnya bs menyayangi mantu dngn tulus..beda dngn mertuaku,,8th nikah aq blm punya anak tp dia lebh memilih omongan org jd slalu menyudutkan mantu jg..eh jd curhat 🙈🙏
2023-07-25
1
Sugiharti Rusli
terkadang kita suka ga sadar sudah mengomentari apa yang menjadi hak prerogatif Allah, yah itulah sifat manusia suka berlebih-lebihan
2023-07-16
1