Geng Bujang

*

*

*

...Geng Bujang...

Ohim :

woi, Gha

Anda :

ape?

Abbas :

wissh, tumben fast respon. lgi gabut lu, Gha?

Ohim :

emang ada dokter gabut?

Abbas :

🤷

Anda :

kebetulan lagi pegang hp, baru keluar ruangan operasi gue. tapi bentar lagi visit pasien

Ohim :

bentar, jangan off dulu. gue mau nanya

Abbas :

kebanyakan intro lo

Anda :

taukk, udah tau gue orangnya sibuk

Ohim :

emang lo doang yang sibuk?

Abbas :

lo juga him?

Ohim :

kaga sih, B ana. gue mah kaga sibuk tapi rekening tetep 🤑

Abbas :

iye, percaya yg old money. pejuang receh macem kita bisa apa ya, Gha☹️

Anda :

ya, begini kerja kerads bagai kuda😢

Ohim :

gk usah sok ngerendah lu berdua, taikkk, gue gibeng juga lu lama2

Anda :

udah buruan lu nanya apaan tadi? ini gue beneran sibuk bukan cuma sok sibuk doang

Ohim :

oh iya, hampir lupa

Abbas :

tua sih

Ohim :

kita seumuran kali, kalau gue tua ya lo tua juga

Anda:

silahkan waktu dan tempat dipersilahkan kalau mau ribut, gue mau visit pasien. bye! jangan ganggu gue!

Karena malas meladeni kegabutan eksekutif muda yang berparas bak Oppa Korea ini, gue memutuskan untuk menutup room chat dan segera mengganti scrub suit gue dengan kemeja. Biar kelar visit gue langsung cabut, soalnya ada janji jemput nyokap.

Namun, belum selesai gue mengancingkan kemeja. Ponsel gue terlihat kembali menyala, bukan pesan masuk melainkan panggilan telfon. Dan saat gue cek, ternyata nyokap gue. Cepat-cepat gue langsung menjawabnya.

"Ya, halo, assalamualaikum, Bun. Mau dijemput sekarang?"

"Wa'allaikumsalam. Belum, Dek. Ini acaranya belum selesai kok. Bunda cuma mastiin aja, kamu beneran bisa jemput Bunda nggak? Kalau sekiranya nggak bisa, biar Bunda langsung pesen taksi online nantinya."

Gue tersenyum sembari menyelesaikan kancing kemeja gue yang belum terkancing sempurna tadinya. "Jadi, Bun, bisa kok. Nggak usah pesen taksi online, ya, tungguin aja anak gantengnya ini."

"Emang beneran bisa? Nanti kamunya jadi repot nggak sih, Dek? Apa nggak usah ya? Biar Bunda naik taksi aja lah, kamu nanti langsung pulang aja, nggak usah jemput Bunda."

Astaga, nyokap gue, masa sama anaknya sendiri tapi masih bisa-bisanya kepikiran ngerepotin? Padahal kan gue sebagai anak lebih ngerepotin lagi.

"Astagfirullah, Bun, enggak, sama sekali nggak repot kok. Ini juga bentar lagi selesai kerjaan Agha, cuma tinggal visit pasien doang terus pulang. Sama anak sendiri kok masa ngerepotin?" Gue bertanya dengan nada pura-pura kesal, "udah lah, nanti langsung kabarin aja ya, Bun, kalau udah selesai."

"Iya, nanti Bunda telfon kalau acaranya udah selesai. Sekarang kamu lanjutin dulu pekerjaan kamu, nanti kalau beres baru jemput Bunda."

"Siap, Bun."

"Assalamualaikum."

"Wa'allaikumsalam."

Sambungan telfon kemudian terputus. Gue segera bersiap-siap untuk visit karena sudah dipanggil oleh perawat.

Setelah semua pekerjaan gue selesai gue langsung menghubungi nyokap untuk menanyakan keberadaan beliau.

"Halo, Bun, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam. Udah sampe mana, Dek?"

"Bunda belum share loc, ini Agha harus jemput ke mana ya?"

"Oalah, Bunda lupa, Dek. Bentar, Bunda share loc dulu. Kerjaan kamu sudah selesai?"

"Udah, Bun, ini udah di parkiran. Otw jemput Bunda."

"Ya udah, matiin dulu telfonnya. Biar Bunda langsung share loc."

"Oke, Bun. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah mengakhiri obrolan kami, gue langsung mematikan sambungan telfon dan menunggu chat yang nyokap gue kirimkan.

Tok Tok Tok

Gue langsung menurunkan kaca mobil saat mendengar ada yang mengetuknya. Dan ternyata si pelaku adalah Mala.

"Balik?"

Gue langsung mengangguk untuk mengiyakan. Perempuan itu tidak berkata apa-apa setelahnya, langsung masuk ke dalam mobil begitu saja dan memakai seatbeltnya.

"Tapi gue mau jemput nyokap gue, anjir."

"Ya, terus?"

Gue berdecak gemas. Percayalah orang pintar itu tidak selamanya dapat berpikir cepat apalagi peka.

"Ya, itu artinya gue nggak bisa nganter lo lah, pake segala nanya," balas gue sewot.

"Kenapa nggak bisa? Emang lo mau jemput Tante Ayu ke mana?"

Gue kemudian langsung membaca chat yang Bunda gue kirimkan. Dengan tidak sopannya perempuan itu malah mengintip ke layar ponsel gue dan merebutnya begitu saja.

"Lah, ini searah, Gha. Deket apartemen gue lagi, berarti lo nggak punya alesan buat bilang nggak bisa anterin gue. Dah lah, kuy, gas berangkat! Kasian Tante Ayu ntar kelamaan nungguin."

Gue sebenarnya masih belum terlalu rela untuk menyetujuinya. "Tapi ntar lo nunggu di mobil aja, ya?"

"Kenapa?" tanya Mala dengan wajah sok polosnya.

Gue langsung menatapnya sinis. "Ya, menurut lo?"

Perempuan itu langsung terbahak. "Iya, iya, ntar gue tetep di mobil nggak bakal ikut turun. Takut banget."

Ya, iya lah. Nyokap gue mungkin tipe ibu yang tenang kalem gitu, tapi temen-temennya, duh, ampun deh. Tiap lihat gue hobinya ngeceng-cengin mulu. Godain gue udah punya pacar apa belum. Nah, kalau ini perempuan ngikut, pasti mereka bakal mikir kalau Mala cewek gue. Gue heran deh, kok nyokap gue mau-maunya temenan sama mereka?

*

*

*

Ohim :

bro

bray

woe

jangan lupa hari ini nongkrong di tempat gue!

Hampir saja gue lupa. Untung diingetin, kalau tidak gue pasti udah ngiyain ajakan Mala tadi deh. Untung saja Ohim ngingetin.

Gue kemudian segera bersiap-siap. Rasanya udah lama juga gue nggak kumpul bareng. Kangen juga gue sama bacotan mereka, wkwk. Entah lah sudah berapa lama kita tidak ngumpul bareng dalam formasi lengkap. Karena biasanya paling Abas dan Ohim saja, atau kalau enggak gue dengan salah satu dari mereka, tapi kalau bener-bener kumpul bertiga udah lumayan lama, karena kesibukan kami masing-masing.

Gue yang sibuk ngurusin pasien, Abas yang sibuk ngurusin artisnya dan Ohim sibuk ngurusin perusahaan bokapnya.

"Wishhhh, cakep banget nih anak bontotnya Ayah. Mau ke mana nih? Pacaran?" goda bokap gue saat melihat gue keluar dari rumah sambil memainkan kunci mobil. Beliau sedang membantu istrinya menyiram tanaman kesayangan nyokap gue, "anak mana, Dek?"

"Apaan sih? Enggak ada, orang cuma mau main ke rumah Ohim doang."

Ayah gue langsung mencibir. "Dih, ngapain cuma mau main ke rumah Ohim aja ngapain dandan cakep segala?"

"Ya, gimana Agha kan udah cakep dari sananya, Yah. Susah kalau disuruh jadi jelek," balas gue santai.

Bokap gue langsung mematikan kran dan berbalik menatap gue sinis. "Nggak usah sok kecakepan kalau kalau cakepmu nggak guna, mubazir doang."

Waduh, kok gue tersinggung?

"Maksudnya gimana tuh?" Gue masih pura-pura memasang wajah selow gue.

"Ya, buat apa kalau muka cakep tapi nggak ada yang memiliki? Mubazir dong?"

Anjirr

"Mending muka pas-pasan tapi laku," lanjutnya kemudian.

Reflek pengen ngumpat gue. Tapi jangan deh, tahan diri. Tetep stay cool itu wajib.

"Yah," panggil gue tiba-tiba, "Agha mau nanya deh."

Bokap gue langsung menoleh ke arah gue. "Apa?"

"Dulu Ayah nikah umur berapa?"

Wajah bokap gue berubah gugup. "Lah, kenapa jadi Ayah?"

Gue menggeleng dengan wajah santai. "Enggak, nanya aja."

Beliau langsung berdecih lalu melanjutkan kegiatan menyiram tanaman yang tadi sempat tertunda. "Nggak usah kepo kamu, sana pergi, katanya mau main," usirnya kemudian, "nggak usah pulang sekalian. Sesekali tuh kalau main lupa pulang, jangan kalau ngurusin pasien doang sampai lupa pulang."

"Ya, itu namanya dedikasi, Yah."

"Halah, kebanyakan gaya kamu," cibir Ayah.

Gue hanya tertawa sebagai respon, lalu pamit dan langsung masuk ke dalam mobil.

Gue memang nyaris nggak pernah main ke rumah temen sampai nggak inget pulang. Biasanya gue selalu memilih untuk tetap pulang meski sudah dini hari sekalipun. Karena apa ya, gue lebih nyaman tidur di kamar sendiri ketimbang tidur di rumah orang sih.

*

*

*

"Lah, Abas belum ke sini?" tanya gue sembari celingukan mencari keberadaan Abas yang sedari tadi belum menampakkan batang hidungnya. Kalau diingat-ingat lagi, kayaknya gue juga belum melihat mobilnya tadi, "nggak jadi ke sini dia?"

"Jadi," balas Ohim sambil membawa berbagai jenis junkfood dan minuman soda, "tahu, lagi ngurusin skandal artisnya kali," sambungnya asal.

Gue berdecak saat melihat apa yang dia bawa. Emang paling salah sih kalau nongkrong di rumah Ohim, meski jelas-jelas di rumah pria itu ada ART pasti ujung-ujungnya sajiannya junkfood. Bukan sok sehat atau bagaimana, cuma masalahnya kemarin gue udah makan junkfood sama Mala. Itu perempuan nyusahain lagi, pesennya nggak ukuran, yang ngabisin gue. Kan sialan.

Ohim yang paham decakan gue langsung terkekeh. "Nggak papa Pak dokter, sesekali makan junkfood dua hari berturut-turut nggak dosa kok."

Lah, kok dia tahu gue kemarin abis makan junkfood?

Ohim kembali tertawa saat melihat wajah kaget gue. Pria itu kembali terkekeh.

"Mata-mata gue banyak, bray, nggak usah sok kaget." Ohim kemudian duduk di sebelah gue, "btw, si Mala beneran putus ya sama cowoknya yang posesif itu?"

Gue hanya mengangguk sebagai tanda jawaban. Meski sedikit kesal dengan hidangan yang disajikan Ohim, gue tetap memakannya.

"Batal kawin dong?"

Gue mengangkat kedua bahu, tanda tidak tahu. "Kemungkinan iya."

"Asik, bisa dong gue pepet?"

Sambil berdecak, gue langsung melempar bekas kentang goreng gigitan gue. "Jangan macem-macem lo!"

Pria itu jelas langsung misuh-misuh. "Dih, lo siapa? Nggak usah sok posesifin si Mala deh, pacar bukan, sodara bukan, sok-sokan posesif. Malu, woe!"

"Heh! Gue nggak posesifin dia kapas cotton bud! Maksud gue, lo kan punya Vika, ngapain pengen ngegebet Mala?"

Gue perhatikan raut wajah Ohim terlihat sedikit berubah. Pria itu kemudian mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. "Gue udah nggak sama dia."

"Lah, anjir? Nggak sama dia gimana?" tanya gue tidak paham.

Ohim langsung berdecak. "Kenapa sih orang pinter kalau disuruh mikir selain pelajaran lemot banget? Masa gitu aja nggak paham? Udah nggak sama dia, ya, artinya putus. The end. Lagian perasaan kemarin Abas udah bahas ini deh di grup."

"Masa sih? Kok bisa? Kok gue nggak inget?" tanya gue masih shock setengah tidak percaya.

Mereka berdua tuh pasangan paling selow, jarang berantem nyerempet ke nggak pernah berantem. Paling akur, paling nggak cemburuan, dan paling pengertian. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba putus?

"Lah, lo sama Karin kenapa bisa putus? Bukannya mikir dikawinin malah diputusin," balasnya tidak mau kalah.

Dalam kasus gue jelas beda lah. Gue tidak bisa mentoleransi yang namanya perselingkuhan, bagi gue kalau seseorang sudah menghancurkan kepercayaan yang gue kasih, maka jangan harap gue bakal percaya lagi.

"Vika main belakang?" tebak gue ragu-ragu.

Ohim terlihat terkejut dan menggeleng tegas, bahkan tangannya secara reflek langsung memukul gue. "Anjir, kaga lah. Sehambar- hambarnya hubungan gue sama dia, nggak ada istilah orang ketiga. Amit-amit!"

"Oh, kirain gitu juga."

"Hah? Apa lo bilang?" Ohim langsung memasang wajah kagetnya.

"Yang mana?" Gue balik bertanya.

"Yang barusan. Gituan juga itu maksudnya apa, woe?!" seru Ohim heboh, "anjir, jangan bilang kalau Karin main belakang?"

Gue tidak membalas dan hanya memasang senyum. Dan itu sukses membuat gue mendapat lemparan bantal sofa dengan cukup keras.

"Bangsat! Bisa-bisanya lo masih senyum setelah diselingkuhi?"

Seketika gue langsung terbahak. "Ya, lo maunya gue gimana, bangsat?"

Maafkan mulut kami yang tidak ada filternya ini, guys.

"Minimal pasang wajah melas kek. Seolah tersakiti atau gimana gitu kek."

"Udah lewat fasenya, bro," balas gue santai.

"Anjir, kok bisa-bisanya sih lo diselingkuhi? Tai banget si Karin, berani-beraninya nyelingkuhi sohib gue, kek berasa sok cakep banget dia," gerutu Ohim dengan wajah kesalnya.

Gue kemudian langsung menyahut, "Dia emang cakep kali."

"Ini nih, masalahnya, macarin anak orang gegara cakep. Ya, begini endingnya, diselingkuhi kan lo?"

Gue awalnya mau membalas ucapan Ohim, mendadak urung karena kedatangan Abas dan kalimat sarkasnya.

"Ngaca, woe! Lo dulu gitu juga, anjir, sama Vika. Lo pikir lo mau sama dia gegara apa, kampret?"

Ohim langsung menatap Abas yang baru saja tiba dengan tatapan sinisnya. "Halah, jones bertahun-tahun diem aja lo, ngerti apaan lo? Tahunya suka sama orang kejebak friendzone, udah, tai!" Secara tidak terduga, ia tiba-tiba menoleh ke arah gue, "lo juga. Kenapa sih lo berdua seneng banget kejebak friendzone? Heran gue."

"Lah, kenapa gue kena lagi, anjir? Udah gue bilang, gue sama Mala itu beneran temen. Dia itu udah gue anggep kayak adek gue sendiri juga, njir, ya kali mau lebih. Suka ngada-ngada lo!"

"Oh, kaka adek zone nih ceritanya?" sindir Abas tiba-tiba.

"Lah, kenapa lo ikut-ikutan, njir?" protes gue kesal.

"Ya, gimana ya, Gha, persahabatan antara cewek dan cowok tuh nggak ada yang murni, pasti salah satunya ada yang naksir, atau minimal pernah ada yang naksir."

"Kayak lo," sahut Ohim cepat, "sumpah ya, Bas, lo mau sampai kapan sih kejebak friendzone gini? Nggak capek apa? Gue aja yang jadi penonton capek loh."

Jujur, gue juga capek lihatnya. Karena apa, ya, Abas dan Alisa itu udah temenan sejak duduk di bangku SMP, lalu saat SMA kita berempat ketemu pas MOS, kuliahnya pun mereka berdua satu universitas, bahkan kerja pun sekarang bareng, karena agensi modeling milik Abas didirikan bareng Alisa. Tapi Abasnya payah banget nggak pernah berani confess ke Alisa.

Tbc,

Terpopuler

Comments

Nunuk Bunda Elma

Nunuk Bunda Elma

asekkk punya temen bar bar dan ceplas ceplos bikin rame dan kangenin kalo kumpul² gini

2023-06-02

1

tetesan embun 🌛

tetesan embun 🌛

keren bingit

2023-06-02

0

lihat semua
Episodes
1 Mengapa Ayahku Berbeda?
2 Sobat Kampret
3 A/N
4 Geng Bujang
5 Diporotin Kakak
6 Kondangan
7 A/N
8 Obrolan Random
9 Salah Gue Di mana?
10 Abbas Patah Hati
11 Gagal Nonton
12 Rencana Ayah
13 Enggak Marah
14 A/N lagi
15 Cemburu?
16 Panik
17 Mencari Info
18 Menemukan Bukti
19 Ikut Nongkrong
20 Panik (2)
21 Spesial Pov 3
22 Jagain Mala
23 Kecewa
24 A/N
25 Curhat ke Abbas
26 Berantem Dulu Lah
27 Manja Mode On
28 Batal Lamaran
29 Sah!!
30 Gara-gara Pembalut
31 Memperjelas Status
32 Random
33 Ada Apa Dengan Agha?
34 Masih Negatif Ternyata
35 Kumpul Keluarga
36 Kunjungan Mama (Pov 3)
37 Masih Pov 3
38 A/N
39 Kecewa
40 Ngadu Ke Ohim
41 Tetiba Sakit Pinggang
42 Baikan
43 Gantian Ngidam
44 When Bapak-Bapak Kumpul
45 Coba Usaha?
46 Menyapa Tetangga Baru
47 Khawatir
48 A/N
49 Merasa Bersalah
50 Hah? Maksudnya?
51 Kualat
52 Ada Apa Dengan Tetangga Baru?
53 Mendadak Kegeeran
54 Waduh
55 A/N
56 Mala Ngambek
57 When Para Istri Ngambek
58 Mampus!
59 Please, Bertahan!
60 Keputusan Berat(Pov 3)
61 Resmi Jadi Bapak
62 Kena Sembur Mama Mertua
63 Posesif Mode On
64 Jenguk Baby
65 Beberapa Bulan Kemudian
66 Diskusi
67 Perkara Jemput Kai
68 Siapa Pria Itu?
69 Cemburu
70 Kena Omel Mama
71 Pacaran Sekalian
72 A/N
73 Nikmati Saja
74 Kena Mental
75 Siapa Dirga?
76 Hamil?
77 Akhirnya, Mala Mau Cerita
78 Clear
79 Terbawa Emosi
80 Adu Mulut Dulu Lah
81 Quality Time With Papa
82 Quality Time With Papa Part 2
83 Hah?
84 Terkejut
85 Lebih Mengejutkan
86 A/N
87 Jawab Apa Nih?
88 Ohim Gagal Ngamuk
89 Berasa Kena Prank
90 Namanya Juga Lupa
91 Diskusi
92 Persiapan Jelang Holiday
93 Ada Apa Dengan Kai?
94 Sakitnya Barengan
95 Maunya Sama Papa
96 Gagal Liburan
97 Dijengukin Uncle dan Aunty
98 A/N
99 Tetiba Ngambek
100 Pov 3
101 Tingkah Random Mala
102 Perkara Nasi Goreng
103 Curiga
104 Soto Lagi?
105 Curhat Berujung...
106 Adu Mulut
107 Ngeyel
108 Masih Ngeyel
109 Kai Dapat Sogokan
110 Fix, Beneran Hamil
111 Pov 3 (Keputusan)
112 Curhat di Grup
113 Pulang
114 Abbas Cemburu Sama Bocil
115 A/N
116 Bertemu Tante Julid
117 Tetiba Ngidam
118 Saran Ayah
119 Enggak Boleh Pulang
120 Rencana Abbas Gagal(Pov 3)
121 Tetiba Disuruh Pulang
122 Mau nanya
123 Harap Bersabar!
124 Bantuin Abbas
125 Bantuin Abbas part 2
126 Rencana Abbas Gagal?
127 Abbas Mau Dijodohin?
128 Keterkejutan Abbas
129 Akhirnya
130 Pendarahan
131 Kehilangan
132 Nikah, yuk!
133 Apa Semua Baik-Baik Saja?
134 Minta Saran & Masukan
135 Menjemput Restu?
136 Menjemput Restu Part 2
137 Akhirnya
138 Persiapan Bertemu Camer
139 Bertemu Camer
140 Kerja Lagi, Yok!
141 Kecelakaan?
142 Bunda Sakit
143 Takut Kehilangan
144 Saling Menguatkan
145 Hasilnya Keluar
146 A/N
147 Resepsi/Jangan?
148 Berdebat
149 Orang Sabar Pasti Kesal
150 Clear
151 Telat
152 Canggung
153 Berguru ke Agha
154 Mala Emosi
155 Bikin Anak, yuk!
156 Agha Sakit?
157 Harus Kehilangan
158 Berkabung
159 Agak Tidak Biasa
160 Positif
161 Lihat Dedek
162 A/N
163 AA Couple Story 1
164 AA Couple Story 2
165 AA Couple Story 3
166 AA Couple Story 4
167 AA Couple Story 5
168 AA Couple Story 6
169 AA Couple Story 7
170 a/n
171 AA Story 8
172 AA Couple 9
173 AA Couple Story 10
174 AA Story Couple 11
175 AA Story Couple 12
176 AA Couple Story 13
177 AA Couple Story 14
178 AA Couple Story 15
179 AA Couple Story 16
180 AA Story Couple 17
181 AA Couple Story 18
182 AA Story Couple 19
183 AA Story Couple 20
184 AA Couple Story 21
185 AA Couple Story 22
186 hai, hai
187 AA Couple Story 23
188 AA Couple Story 24
189 lanjut apa enggak?
190 AA Couple Story 25
191 AA Story Couple 26
192 minta tolong
193 AA Story Couple 27
194 AA Story Couple 28
195 AA Story Couple 29
196 AA Story Couple 30
197 PENGUMUMAN!!!
198 promo
Episodes

Updated 198 Episodes

1
Mengapa Ayahku Berbeda?
2
Sobat Kampret
3
A/N
4
Geng Bujang
5
Diporotin Kakak
6
Kondangan
7
A/N
8
Obrolan Random
9
Salah Gue Di mana?
10
Abbas Patah Hati
11
Gagal Nonton
12
Rencana Ayah
13
Enggak Marah
14
A/N lagi
15
Cemburu?
16
Panik
17
Mencari Info
18
Menemukan Bukti
19
Ikut Nongkrong
20
Panik (2)
21
Spesial Pov 3
22
Jagain Mala
23
Kecewa
24
A/N
25
Curhat ke Abbas
26
Berantem Dulu Lah
27
Manja Mode On
28
Batal Lamaran
29
Sah!!
30
Gara-gara Pembalut
31
Memperjelas Status
32
Random
33
Ada Apa Dengan Agha?
34
Masih Negatif Ternyata
35
Kumpul Keluarga
36
Kunjungan Mama (Pov 3)
37
Masih Pov 3
38
A/N
39
Kecewa
40
Ngadu Ke Ohim
41
Tetiba Sakit Pinggang
42
Baikan
43
Gantian Ngidam
44
When Bapak-Bapak Kumpul
45
Coba Usaha?
46
Menyapa Tetangga Baru
47
Khawatir
48
A/N
49
Merasa Bersalah
50
Hah? Maksudnya?
51
Kualat
52
Ada Apa Dengan Tetangga Baru?
53
Mendadak Kegeeran
54
Waduh
55
A/N
56
Mala Ngambek
57
When Para Istri Ngambek
58
Mampus!
59
Please, Bertahan!
60
Keputusan Berat(Pov 3)
61
Resmi Jadi Bapak
62
Kena Sembur Mama Mertua
63
Posesif Mode On
64
Jenguk Baby
65
Beberapa Bulan Kemudian
66
Diskusi
67
Perkara Jemput Kai
68
Siapa Pria Itu?
69
Cemburu
70
Kena Omel Mama
71
Pacaran Sekalian
72
A/N
73
Nikmati Saja
74
Kena Mental
75
Siapa Dirga?
76
Hamil?
77
Akhirnya, Mala Mau Cerita
78
Clear
79
Terbawa Emosi
80
Adu Mulut Dulu Lah
81
Quality Time With Papa
82
Quality Time With Papa Part 2
83
Hah?
84
Terkejut
85
Lebih Mengejutkan
86
A/N
87
Jawab Apa Nih?
88
Ohim Gagal Ngamuk
89
Berasa Kena Prank
90
Namanya Juga Lupa
91
Diskusi
92
Persiapan Jelang Holiday
93
Ada Apa Dengan Kai?
94
Sakitnya Barengan
95
Maunya Sama Papa
96
Gagal Liburan
97
Dijengukin Uncle dan Aunty
98
A/N
99
Tetiba Ngambek
100
Pov 3
101
Tingkah Random Mala
102
Perkara Nasi Goreng
103
Curiga
104
Soto Lagi?
105
Curhat Berujung...
106
Adu Mulut
107
Ngeyel
108
Masih Ngeyel
109
Kai Dapat Sogokan
110
Fix, Beneran Hamil
111
Pov 3 (Keputusan)
112
Curhat di Grup
113
Pulang
114
Abbas Cemburu Sama Bocil
115
A/N
116
Bertemu Tante Julid
117
Tetiba Ngidam
118
Saran Ayah
119
Enggak Boleh Pulang
120
Rencana Abbas Gagal(Pov 3)
121
Tetiba Disuruh Pulang
122
Mau nanya
123
Harap Bersabar!
124
Bantuin Abbas
125
Bantuin Abbas part 2
126
Rencana Abbas Gagal?
127
Abbas Mau Dijodohin?
128
Keterkejutan Abbas
129
Akhirnya
130
Pendarahan
131
Kehilangan
132
Nikah, yuk!
133
Apa Semua Baik-Baik Saja?
134
Minta Saran & Masukan
135
Menjemput Restu?
136
Menjemput Restu Part 2
137
Akhirnya
138
Persiapan Bertemu Camer
139
Bertemu Camer
140
Kerja Lagi, Yok!
141
Kecelakaan?
142
Bunda Sakit
143
Takut Kehilangan
144
Saling Menguatkan
145
Hasilnya Keluar
146
A/N
147
Resepsi/Jangan?
148
Berdebat
149
Orang Sabar Pasti Kesal
150
Clear
151
Telat
152
Canggung
153
Berguru ke Agha
154
Mala Emosi
155
Bikin Anak, yuk!
156
Agha Sakit?
157
Harus Kehilangan
158
Berkabung
159
Agak Tidak Biasa
160
Positif
161
Lihat Dedek
162
A/N
163
AA Couple Story 1
164
AA Couple Story 2
165
AA Couple Story 3
166
AA Couple Story 4
167
AA Couple Story 5
168
AA Couple Story 6
169
AA Couple Story 7
170
a/n
171
AA Story 8
172
AA Couple 9
173
AA Couple Story 10
174
AA Story Couple 11
175
AA Story Couple 12
176
AA Couple Story 13
177
AA Couple Story 14
178
AA Couple Story 15
179
AA Couple Story 16
180
AA Story Couple 17
181
AA Couple Story 18
182
AA Story Couple 19
183
AA Story Couple 20
184
AA Couple Story 21
185
AA Couple Story 22
186
hai, hai
187
AA Couple Story 23
188
AA Couple Story 24
189
lanjut apa enggak?
190
AA Couple Story 25
191
AA Story Couple 26
192
minta tolong
193
AA Story Couple 27
194
AA Story Couple 28
195
AA Story Couple 29
196
AA Story Couple 30
197
PENGUMUMAN!!!
198
promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!