Sobat Kampret

*

*

*

Gue seketika langsung mengumpat kasar saat mendengar nada dering dari ponsel gue. Padahal baru juga berbaring tapi sudah diganggu saja. Gue tahu itu bukan emergency call, tanpa melihat ke arah layar pun gue sudah tahu siapa yang menelfon, karena nada dering yang terdengar sekarang adalah nada dering khusus yang dipasang sendiri oleh di penelfon beberapa tahun silam. Anehnya kenapa nggak gue ganti ya?

"Hm," respon gue seadanya, begitu sambungan terhubung.

"Jemput gue!"

Ya Tuhan, kenapa sih gue harus jadi manusia super sial karena dikelilingi manusia-manusia rese macem ini orang.

Udah nggak pake salam basa-basi, eh, masih ditambah nada suara yang nggak nyelow. Emang kurang ajar banget ini perempuan satu. Untung temen, kalau bukan udah gue jual ke pasar loak.

"Kalau minta tolong bisa nggak sih pake cara yang manusiawi dikit? Minimal pake sopan santun lah."

"Ribet. Buruan jemput gue, Gha, nggak usah banyak aturan. Gue share loc sekarang. Gue matiin?"

"Bentar," cegah gue sambil menyibakkan selimut, "cowok lo ke mana emang?"

"Di luar kota."

"Mobil lo?"

Terdengar decakan dari seberang. "Banyak nanya lo, mobil gue mogok. Ini sekarang gue lagi di pinggir jalan banget loh, udah lo nggak usah banyak nanya. Gue share loc sekarang, biar lo bisa langsung ke sini. Gue matiin."

"Bentar," cegah gue sekali lagi, "kalau mobil lo mogok ngapain nelfon gue? Harusnya nelfon orang bengkel dong?"

Bukan apa-apa, masalahnya gue juga nggak paham-paham banget soal mesin kendaraan. Kalau mesinnya manusia gue malah ngerti tuh.

"Sorry, Ga, gue sama lo pinteran gue. Tanpa perlu lo nasehatin kayak barusan pun, gue udah inisiatif buat nelfon. Bahkan sekarang mobil gue udah diderek orang bengkel langganan gue."

Gue mendengus kesal sebelum mematikan sambungan telfon, udah minta tolongnya nggak sopan, ngatain pula. Ya, mending langsung gue matiin tanpa permisi. Bodo amat dia mau misuh-misuh sambil mengabsen nama-nama hewan yang ada di kebun binatang atau mengucap sumpah serapah.

Bodo amat, gue nggak peduli. Salah sendiri udah ganggu waktu istirahat gue.

"Mau ke mana? Rapi amat?"

Reflek gue langsung menunduk guna memastikan pakaian gue sekarang. Rapi bagian mananya sih? Gue bahkan masih pake kaos yang tadi, hanya celananya saja yang gue ganti.

"Keluar," jawab gue singkat.

"Diajak kondangan katanya males keluar, mau tidur aja. Alasannya capek. Lah, ini malah mau keluar. Gimana sih?"

Ya jelas gue males lah, emangnya gue bocah apa pake acara ngintil ke acara kondangan orangtua, jelas makin males lah gue.

"Ada urgent."

"Emergency call?" tebak Ayah dengan ekspresi tidak yakinnya.

"Mirip."

"Mala?" tebaknya kemudian.

Tanpa mengelak, gue langsung mengangguk dan mengiyakan. Meski sudah tahu endingnya gue bakal diceng-cengin nantinya.

"Disuruh jemput?"

Lagi-lagi gue hanya mengangguk untuk mengiyakan.

"Astagfirullah anak gue."

Bokap gue kalau lagi bermonolog atau ngumpul sama temen-temennya masih pake lo-gue. Padahal panggilan mereka udah Grandpa atau Kakung. Emang bener-bener bokap gue dan gengnya.

"Adek, anak Ayah yang paling ganteng, kan udah dibilang kemarin, kalau mau bucin silahkan! Ayah nggak akan larang. Cuma, plis lah, Dek, bucin itu ke pacar sendiri, jangan ke pacar orang. Kenapa sih kamu itu nggak pernah mau dengerin Ayah? Heran deh, anak siapa sih lu?"

Nah, terkadang kalau mode frustasi begini sama gue pun pake lo-gue.

"Anak tetangga kali," balas gue asal, "udah lah, Agha berangkat dulu. Udah ditungguin, ntar Mala ngamuk lagi kalau Agha kelamaan. Assalamualaikum," pamit gue sambil cium tangan sebelum berlari keluar rumah.

"Wa'allaikumsalam." Samar-samar gue mendengar Ayah bergumam, "astaga, begitu banget nasib anak gue. Kejebak friend zone. Kasian."

*

*

*

Kan kan, apa gue bilang. Ngambek kan anaknya, padahal gue cuma telat dikit. Tapi lihatlah wajah galaknya yang udah siap menjambak rambut gue itu. Buset dah, apa gue pulang aja ya?

"Ke mana aja sih lo? Jam segini baru nyampe, kesasar dulu?"

"Bawel, intinya gue udah di sini kan? Udah, buruan masuk! Nyinyirnya nanti diskip dulu."

Meski masih sambil menggerutu, akhirnya Mala memilih untuk segara masuk ke dalam mobil. Setelah memastikan dia selesai memasang seatbelt-nya, baru gue mulai melajukan mobil menuju apartementnya.

Berbeda dengan gue yang memilih untuk tetap tinggal dengan orangtua, Mala tidak demikian. Perempuan itu bahkan sudah tinggal di apartemen sejak duduk di bangku kuliah. Padahal rumah kedua orangtuanya sama-sama di Jakarta dan Mala adalah anak tunggal. Cuma berhubungan ini perempuan sangat suka kebebasan dan kedua orangtuanya nggak masalah jadi dia tinggal di apartement sendiri. Beda banget sama gue yang nggak suka sendirian.

"Ini cowok lo tahu kalau gue jemput lo kan?"

Dengan wajah santainya, Mala menggeleng. Tangannya sibuk mencari roti gandum yang selalu tersedia di mobil gue.

Wah, emang suka nyari penyakit ini manusia satu. Udah tahu pacarnya posesifnya selevel bokap gue, tapi masih tetep nggak bilang? Astaga, boleh nggak sih itu seatbeltnya gue lepas terus gue ngerem mendadak, biar jidatnya kebentur?

Gue kesel kampret.

"La, lo kan tahu cowok lo posesif, kenapa masih nggak ngasih kabar? Lo mau muka ganteng gue ini bonyok?"

Mala langsung menoleh ke arah gue. "Emang muka lo ganteng, Gha?"

"Menurut lo?" balas gue ngegas.

Mala malah pura-pura memasang wajah berpikir sambil mengusap dagunya lalu menoleh ke arah gue lagi. "Menurut gue, muka lo perlu bonyok dikit biar kadar kegantengan lo turun dikit," ucapnya santai lalu kembali mengunyah roti gandum gue.

"Sialan," umpat gue kesal. Meski sadar dipuji secara tidak langsung tetap saja gue kesel. Karena kemungkinan muka gue bakal beneran bonyok itu ada.

Gue nggak ngerti ini siapa yang bego. Padahal pacar Mala itu tahu banget kalau gue sama dia temenan lama, tapi dia masih aja cemburu sama gue dan berujung gue yang kena tonjok kalau ini perempuan lupa kasih kabar. Udah tahu endingnya bakal begini, tapi tetep aja gue masih aja mau-maunya disuruh ini perempuan satu. Dan Mala, meski tahu semua fakta itu tetap saja ngelakuin semuanya. Maksud gue dia nggak ada usaha buat menghindari konflik yang beginian. Jadi di sini yang bego siapa?

Duh, kayaknya gue nggak sih yang bego?

Hubungan mereka tuh menurut gue awet banget sih, meski ada kisah dramatis di sepanjang perjalanan cinta mereka. Gue yang udah ganti cewek antara 3-4 kali, dia masih awet sama itu cowoknya. Alasannya klise, males berada di fase ketemu orang baru dan lainnya. Kejebak di zona nyaman sih gue rasa.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi nyaman apanya kalau tiap hari ribut mulu, mana yang diributin itu-itu aja lagi. Hanya seputar keposesifan sang cowok yang nggak rela ceweknya terlalu deket sama cowok lain. Gue nggak habis pikir sih, si Danu--cowok Mala-- pake pelet apa, ya. Sampe seorang Mala yang terkenal galak dan judesnya minta ampun, tapi mau-maunya diposesifin bertahun-tahun. Gokil nggak sih?

"Tenang aja, kali ini gue bakal bilang sama Danu biar nggak nonjok lo di muka."

"Gila lo?"

Enteng banget sih itu mulutnya.

"Bercanda, elah, tegang amat muka lo. Tenang aja, ya kali gue ngebiarin muka ganteng temen gue bonyok terus-terusan cuma gara-gara gue? Aman kok kali ini, percaya sama gue."

"Mulut lo itu nggak bisa dipercaya, La."

Mala menampilkan senyum jumawanya. "Ya, karena yang bisa dipercaya itu cuma Tuhan, Gha. Jangan terlalu berharap sama manusia, apalagi mulut mereka."

Sialan. Ini perempuan kalau ngomong suka bener lagi.

"Gue sama dia putus," ucap Mala tiba-tiba.

Kaget?

Enggak juga sih, karena mereka termasuk yang sering putus nyambung, jadi gue nggak heran.

"Karena apa?" tanya gue basa-basi.

Aslinya gue sih nggak kepo sama sekali. Bodo amat juga sih, soalnya paling juga itu-itu aja penyebabnya, basi. Cuma kalau gue nggak nanya bisa ngambek lagi ini perempuan satu. Karena ntar kesannya gue nggak peduli sama dia.

"Menurut gue emang nggak bisa diterusin aja, Gha."

Bentar, kok nada suaranya serius amat? Nggak macem biasa.

Tepat saat lampu merah, gue langsung menghentikan mobil dan menoleh ke arah Mala. Menunggunya untuk melanjutkan ceritanya.

"Gue sama Danu bener-bener nggak bisa lanjut." Pandangan mata Mala menatap lurus ke arah depan, tapi mulutnya masih tetap mengunyah.

"Bukannya kalian mau nikah?"

Keduanya udah ada rencana mau ke arah sana, karena Mala juga udah selesai spesialisnya. Bahkan mereka udah ada rencana mau lamaran.

Mala kemudian mengangkat kedua bahunya secara bersamaan. "Ya, batal," ucapnya santai, "tapi untungnya kita belum bayar dp apapun sih."

Lah, enteng banget itu mulut?

"Lo bercanda kan?"

Dengan emosi Mala langsung memukul kepala gue. "Gue batal kawin, anjir. Ya kali soal beginian gue buat bercandaan. Ini bebannya gue udah dicap perawan tua loh, gegara batal kawin. Masih gue bercandain? Gue belum segila itu, Gha."

Benar juga sih, apalagi mengingat usia kami. Gue sebagai seorang pria jelas bukan perkara yang serius, tapi bagi perempuan usia 30 tahun dan belum menikah sudah pasti dianggap warning. Apalagi kita tinggal di Indonesia. Sudah bisa dipastikan bagaimana mental para perempuan seusia mereka kan?

Plak!

Sekali lagi gue mendapat pukulan di kepala gue. Gue langsung berdecak sambil melotot kesal ke arahnya. Ringan banget sih ini tangan perempuan kalau urusan geplak-menggeplak?

"Jalan, Gha! Itu lampunya udah ganti ijo," ucap Mala membuat gue tersadar kalau suara klakson di belakang udah berisik banget.

Sambil menyengir tanpa dosa, gue kemudian kembali melajukan mobil. Tentu saja setelah meminta maaf pada pengendara di belakang, karena gue sudah sempat dimaki-maki mereka.

"Lo kenapa nggak ngingetin dari tadi sih kalau lampunya udah ganti ijo, mana galak banget lagi itu Bapak-bapak," protes gue kesal.

"Salah lo sendiri pake acara ngelamun segala, udah tahu lagi nyetir."

Seperti biasa perempuan dan jiwanya yang tidak ingin disalahkan. Mereka sungguh tidak terpisahkan.

"Oke, gue yang salah." Gue mengangguk setuju aja, karena males berdebat, "terus ini nasib lo gimana? Beneran batal nikah? Putus beneran? Nggak bakal balikan kayak sebelum-sebelumnya?"

"Ya, gue nggak tahu juga," balas Mala tanpa beban.

Gue langsung melotot kesal ke arahnya. "Kok nggak tahu?"

Kali ini giliran Mala yang kesal. "Ya, kan gue nggak tahu rencana Tuhan ke depannya nanti gimana, Gha. Sekarang gue bilang nggak bakal balikan sama Danu, tapi kalau takdir berkata lain dan endingnya gue balikan sama dia, atau malah nikah sama dia gimana? Jilat ludah sendiri dong?" Mala menggeleng dengan ekspresi jijiknya, "ogah. Gue ngikut alur aja lah, Gha. Tapi ntar kalau nggak ada yang mau nikahin gue, lo aja ya yang nikahin gue?"

Gue langsung menatap Mala dengan ekspresi horor gue. "Kenapa jadi gue yang kena?" protes gue tidak setuju.

"Ya, daripada lo jomblo terus?"

Sialan.

Padahal gue juga baru putus sama cewek gue belum lama, belum juga genap dua bulan. Tapi di mata mereka kenapa jomblo terus sih? Heran gue.

"Lo nggak bosen ya gonta-ganti cewek udah kayak ganti mobil?"

Dengan wajah santai gue menggeleng. "Bokap gue lebih bosen punya mantu dan besan dokter juga. Jadi lo nggak bisa jadi mantu beliau, bokap gue nyari yang bukan dari kalangan dokter. Lo nggak masuk kriteria calon  mantu idaman bokap gue. Jadi gue nggak bisa nikahi lo."

"Buset, gitu banget sih bokap lo? Gue pikir bokap lo termasuk orang tua yang open minded, eh, taunya, malah mending bokap gue yang kaku begitu."

Gue tidak berkomentar dan hanya mengangkat kedua bahu secara bersamaan. Kadang gue heran juga soalnya. Bokap gue emang suka susah ditebak maunya.

Tbc,

Terpopuler

Comments

chika anaya

chika anaya

mala ini plek ketiplek emaknya gak sih...

2024-02-02

0

dementor

dementor

so munafik siagha.. palingan mala kan jodoh elo.. dasar kutu kupret..

2023-06-15

1

Nunuk Bunda Elma

Nunuk Bunda Elma

wkwkwkwkwk

2023-06-02

1

lihat semua
Episodes
1 Mengapa Ayahku Berbeda?
2 Sobat Kampret
3 A/N
4 Geng Bujang
5 Diporotin Kakak
6 Kondangan
7 A/N
8 Obrolan Random
9 Salah Gue Di mana?
10 Abbas Patah Hati
11 Gagal Nonton
12 Rencana Ayah
13 Enggak Marah
14 A/N lagi
15 Cemburu?
16 Panik
17 Mencari Info
18 Menemukan Bukti
19 Ikut Nongkrong
20 Panik (2)
21 Spesial Pov 3
22 Jagain Mala
23 Kecewa
24 A/N
25 Curhat ke Abbas
26 Berantem Dulu Lah
27 Manja Mode On
28 Batal Lamaran
29 Sah!!
30 Gara-gara Pembalut
31 Memperjelas Status
32 Random
33 Ada Apa Dengan Agha?
34 Masih Negatif Ternyata
35 Kumpul Keluarga
36 Kunjungan Mama (Pov 3)
37 Masih Pov 3
38 A/N
39 Kecewa
40 Ngadu Ke Ohim
41 Tetiba Sakit Pinggang
42 Baikan
43 Gantian Ngidam
44 When Bapak-Bapak Kumpul
45 Coba Usaha?
46 Menyapa Tetangga Baru
47 Khawatir
48 A/N
49 Merasa Bersalah
50 Hah? Maksudnya?
51 Kualat
52 Ada Apa Dengan Tetangga Baru?
53 Mendadak Kegeeran
54 Waduh
55 A/N
56 Mala Ngambek
57 When Para Istri Ngambek
58 Mampus!
59 Please, Bertahan!
60 Keputusan Berat(Pov 3)
61 Resmi Jadi Bapak
62 Kena Sembur Mama Mertua
63 Posesif Mode On
64 Jenguk Baby
65 Beberapa Bulan Kemudian
66 Diskusi
67 Perkara Jemput Kai
68 Siapa Pria Itu?
69 Cemburu
70 Kena Omel Mama
71 Pacaran Sekalian
72 A/N
73 Nikmati Saja
74 Kena Mental
75 Siapa Dirga?
76 Hamil?
77 Akhirnya, Mala Mau Cerita
78 Clear
79 Terbawa Emosi
80 Adu Mulut Dulu Lah
81 Quality Time With Papa
82 Quality Time With Papa Part 2
83 Hah?
84 Terkejut
85 Lebih Mengejutkan
86 A/N
87 Jawab Apa Nih?
88 Ohim Gagal Ngamuk
89 Berasa Kena Prank
90 Namanya Juga Lupa
91 Diskusi
92 Persiapan Jelang Holiday
93 Ada Apa Dengan Kai?
94 Sakitnya Barengan
95 Maunya Sama Papa
96 Gagal Liburan
97 Dijengukin Uncle dan Aunty
98 A/N
99 Tetiba Ngambek
100 Pov 3
101 Tingkah Random Mala
102 Perkara Nasi Goreng
103 Curiga
104 Soto Lagi?
105 Curhat Berujung...
106 Adu Mulut
107 Ngeyel
108 Masih Ngeyel
109 Kai Dapat Sogokan
110 Fix, Beneran Hamil
111 Pov 3 (Keputusan)
112 Curhat di Grup
113 Pulang
114 Abbas Cemburu Sama Bocil
115 A/N
116 Bertemu Tante Julid
117 Tetiba Ngidam
118 Saran Ayah
119 Enggak Boleh Pulang
120 Rencana Abbas Gagal(Pov 3)
121 Tetiba Disuruh Pulang
122 Mau nanya
123 Harap Bersabar!
124 Bantuin Abbas
125 Bantuin Abbas part 2
126 Rencana Abbas Gagal?
127 Abbas Mau Dijodohin?
128 Keterkejutan Abbas
129 Akhirnya
130 Pendarahan
131 Kehilangan
132 Nikah, yuk!
133 Apa Semua Baik-Baik Saja?
134 Minta Saran & Masukan
135 Menjemput Restu?
136 Menjemput Restu Part 2
137 Akhirnya
138 Persiapan Bertemu Camer
139 Bertemu Camer
140 Kerja Lagi, Yok!
141 Kecelakaan?
142 Bunda Sakit
143 Takut Kehilangan
144 Saling Menguatkan
145 Hasilnya Keluar
146 A/N
147 Resepsi/Jangan?
148 Berdebat
149 Orang Sabar Pasti Kesal
150 Clear
151 Telat
152 Canggung
153 Berguru ke Agha
154 Mala Emosi
155 Bikin Anak, yuk!
156 Agha Sakit?
157 Harus Kehilangan
158 Berkabung
159 Agak Tidak Biasa
160 Positif
161 Lihat Dedek
162 A/N
163 AA Couple Story 1
164 AA Couple Story 2
165 AA Couple Story 3
166 AA Couple Story 4
167 AA Couple Story 5
168 AA Couple Story 6
169 AA Couple Story 7
170 a/n
171 AA Story 8
172 AA Couple 9
173 AA Couple Story 10
174 AA Story Couple 11
175 AA Story Couple 12
176 AA Couple Story 13
177 AA Couple Story 14
178 AA Couple Story 15
179 AA Couple Story 16
180 AA Story Couple 17
181 AA Couple Story 18
182 AA Story Couple 19
183 AA Story Couple 20
184 AA Couple Story 21
185 AA Couple Story 22
186 hai, hai
187 AA Couple Story 23
188 AA Couple Story 24
189 lanjut apa enggak?
190 AA Couple Story 25
191 AA Story Couple 26
192 minta tolong
193 AA Story Couple 27
194 AA Story Couple 28
195 AA Story Couple 29
196 AA Story Couple 30
197 PENGUMUMAN!!!
198 promo
Episodes

Updated 198 Episodes

1
Mengapa Ayahku Berbeda?
2
Sobat Kampret
3
A/N
4
Geng Bujang
5
Diporotin Kakak
6
Kondangan
7
A/N
8
Obrolan Random
9
Salah Gue Di mana?
10
Abbas Patah Hati
11
Gagal Nonton
12
Rencana Ayah
13
Enggak Marah
14
A/N lagi
15
Cemburu?
16
Panik
17
Mencari Info
18
Menemukan Bukti
19
Ikut Nongkrong
20
Panik (2)
21
Spesial Pov 3
22
Jagain Mala
23
Kecewa
24
A/N
25
Curhat ke Abbas
26
Berantem Dulu Lah
27
Manja Mode On
28
Batal Lamaran
29
Sah!!
30
Gara-gara Pembalut
31
Memperjelas Status
32
Random
33
Ada Apa Dengan Agha?
34
Masih Negatif Ternyata
35
Kumpul Keluarga
36
Kunjungan Mama (Pov 3)
37
Masih Pov 3
38
A/N
39
Kecewa
40
Ngadu Ke Ohim
41
Tetiba Sakit Pinggang
42
Baikan
43
Gantian Ngidam
44
When Bapak-Bapak Kumpul
45
Coba Usaha?
46
Menyapa Tetangga Baru
47
Khawatir
48
A/N
49
Merasa Bersalah
50
Hah? Maksudnya?
51
Kualat
52
Ada Apa Dengan Tetangga Baru?
53
Mendadak Kegeeran
54
Waduh
55
A/N
56
Mala Ngambek
57
When Para Istri Ngambek
58
Mampus!
59
Please, Bertahan!
60
Keputusan Berat(Pov 3)
61
Resmi Jadi Bapak
62
Kena Sembur Mama Mertua
63
Posesif Mode On
64
Jenguk Baby
65
Beberapa Bulan Kemudian
66
Diskusi
67
Perkara Jemput Kai
68
Siapa Pria Itu?
69
Cemburu
70
Kena Omel Mama
71
Pacaran Sekalian
72
A/N
73
Nikmati Saja
74
Kena Mental
75
Siapa Dirga?
76
Hamil?
77
Akhirnya, Mala Mau Cerita
78
Clear
79
Terbawa Emosi
80
Adu Mulut Dulu Lah
81
Quality Time With Papa
82
Quality Time With Papa Part 2
83
Hah?
84
Terkejut
85
Lebih Mengejutkan
86
A/N
87
Jawab Apa Nih?
88
Ohim Gagal Ngamuk
89
Berasa Kena Prank
90
Namanya Juga Lupa
91
Diskusi
92
Persiapan Jelang Holiday
93
Ada Apa Dengan Kai?
94
Sakitnya Barengan
95
Maunya Sama Papa
96
Gagal Liburan
97
Dijengukin Uncle dan Aunty
98
A/N
99
Tetiba Ngambek
100
Pov 3
101
Tingkah Random Mala
102
Perkara Nasi Goreng
103
Curiga
104
Soto Lagi?
105
Curhat Berujung...
106
Adu Mulut
107
Ngeyel
108
Masih Ngeyel
109
Kai Dapat Sogokan
110
Fix, Beneran Hamil
111
Pov 3 (Keputusan)
112
Curhat di Grup
113
Pulang
114
Abbas Cemburu Sama Bocil
115
A/N
116
Bertemu Tante Julid
117
Tetiba Ngidam
118
Saran Ayah
119
Enggak Boleh Pulang
120
Rencana Abbas Gagal(Pov 3)
121
Tetiba Disuruh Pulang
122
Mau nanya
123
Harap Bersabar!
124
Bantuin Abbas
125
Bantuin Abbas part 2
126
Rencana Abbas Gagal?
127
Abbas Mau Dijodohin?
128
Keterkejutan Abbas
129
Akhirnya
130
Pendarahan
131
Kehilangan
132
Nikah, yuk!
133
Apa Semua Baik-Baik Saja?
134
Minta Saran & Masukan
135
Menjemput Restu?
136
Menjemput Restu Part 2
137
Akhirnya
138
Persiapan Bertemu Camer
139
Bertemu Camer
140
Kerja Lagi, Yok!
141
Kecelakaan?
142
Bunda Sakit
143
Takut Kehilangan
144
Saling Menguatkan
145
Hasilnya Keluar
146
A/N
147
Resepsi/Jangan?
148
Berdebat
149
Orang Sabar Pasti Kesal
150
Clear
151
Telat
152
Canggung
153
Berguru ke Agha
154
Mala Emosi
155
Bikin Anak, yuk!
156
Agha Sakit?
157
Harus Kehilangan
158
Berkabung
159
Agak Tidak Biasa
160
Positif
161
Lihat Dedek
162
A/N
163
AA Couple Story 1
164
AA Couple Story 2
165
AA Couple Story 3
166
AA Couple Story 4
167
AA Couple Story 5
168
AA Couple Story 6
169
AA Couple Story 7
170
a/n
171
AA Story 8
172
AA Couple 9
173
AA Couple Story 10
174
AA Story Couple 11
175
AA Story Couple 12
176
AA Couple Story 13
177
AA Couple Story 14
178
AA Couple Story 15
179
AA Couple Story 16
180
AA Story Couple 17
181
AA Couple Story 18
182
AA Story Couple 19
183
AA Story Couple 20
184
AA Couple Story 21
185
AA Couple Story 22
186
hai, hai
187
AA Couple Story 23
188
AA Couple Story 24
189
lanjut apa enggak?
190
AA Couple Story 25
191
AA Story Couple 26
192
minta tolong
193
AA Story Couple 27
194
AA Story Couple 28
195
AA Story Couple 29
196
AA Story Couple 30
197
PENGUMUMAN!!!
198
promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!