Siapa sangka satu bulan telah berlalu dengan cepatnya, tragedi yang tak seharusnya terjadi akhirnya mengharuskan Anindya menjauhi Pria yang sudah merebut kesuciannya secara paksa.
Panas lan teriknya sinar matahari telah menjadikan saksi atas malangnya nasib yang ia derita, berjalan tak tentu arah membuatnya bingung kemana ia akan melangkahkan kakinya mencari pekerjaan sekaligus tempat tinggal baru untuknya saat ini.
Tenaganya yang mulai terkuras tak membangkitkan semangatnya untuk tetap berjalan kearah yang ingin ia tuju.
Pandangannya mulai buram sayup-sayup terlihat penglihatannya mulai tak jelas, rasa pusing yang ia rasakan tak lama kesadarannya mulai hilang jatuh tersungkur diatas aspal membangkitkan kecemasan orang-orang yang melihatnya untuk langsung melarikan kerumah sakit.
Seketika hati Anindya pun hancur berkeping-keping, dengan air mata yang seketika langsung membasahi pipinya. Yang dimana hasil tes tersebut menyatakan jika dia positif hamil.
"Apa? Ini ini gak mungkin, ini pasti ada kesalahan, aku aku gak mungkin hamil tidak?"
Anindya yang merasa sangat tidak percaya dengan hasil yang keluar sekarang ini. Tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Anindya pun langsung berlari dan pergi meningalkan Rumah sakit ini dengan keadaan air mata yang bercucuran yang membasahi pipinya.
Dalam perjalannya pulang, yang bisa dia lakukan hanyalah menangis dan menangis.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang, Apa yang harus aku katakan pada Mama nanti, jika Putri kesayangannya ini tanpa sengaja sudah menghancurkan kebahagiaan yang selama ini telah dia dambakan sedari dulu. Maafkan aku Ma, maafkan aku, tanpa sengaja aku akan membuat luka yang sangat besar pada Mama, maafkan aku!"ucap Anindya yang terus menerus menangis tanpa henti.
Disisi lain selama satu bulan lamanya, Anindya pergi dari kehidupannya Samudra yang tanpa memberi kabar, selama itu juga Samudra sudah bersusah payah untuk mencari Anindya tapi yang dia dapat hanya kekecewaan.
Berjalan tanpa adanya tenaga yang kuat sekaligus tujuan yang akan ia tuju, ia pun akhirnya melihat sebuah jembatan yang bawahnya sudah teraliri sungai yang sangat deras. Lantas ia pun menghampiri sungai tersebut dengan wajah putus asanya.
"Sekarang hidupku sudahlah hancur jadi untuk apa aku masih bertahan hidup jika hidupku hanya akan jadi penyakit seperti ini. Mama Maafkan Anindya karena Anindya sudah lemah maafkan Anindya. Papa ...Anindya kangen sama Papa Anindya kangen sama Papa Anindya ingin bersama dengan Papa."
Tangisannya pecah, sesekali ia menatap air sungai yang mengalir dengan sangat deras membuat air mata Anindya tak henti-hentinya terhenti.
Berdiri tepat diatas batu besar dan berdiri diatas sungai yang mengalir dengan sangat deras, Anindya pun melambaikan kedua tangannya yang kemudian ia pun memejamkan kedua matanya dengan tersenyum lepas.
Hingga tinggal selangkah lagi ia melangkah, sungai ini akan jadi saksi tiadanya seorang wanita cantik dan berambut panjang ini.
Akan tetapi niat yang Anindya rencanakan telah gagal total, setelah ada seseorang yang tiba-tiba menarik tangannya dari belakang dengan tarikan kerasnya membuat dirinya pun terjatuh.
Bruak...
Suara jatuhan pun terdengar, melihat dirinya gagal melakukan tindakan bun*h di*i yang hendak ia lakukan barusan.
Anindya pun menatap balik sosok seseorang yang berdiri tegak didepannya dengan menunjukkan raut wajah geramnya.
''Kamu? Apa yang ingin kamu lakukan disini apa kamu ingin terjun dari sini?"ucap seseorang yang tak lain adalah samudra.
''Jangan halangi aku, lepaskan aku! Lepaskan aku biarkan aku terjun dari sini aku tidak mau menambah beban lagi, lepaskan aku! Lepaskan aku!"
''Kamu jangan gila! Apa kamu pikir dengan cara bunuh diri kamu bisa lari dari permasalahan kamu? Tidak! Itu tidak akan pernah terjadi, jadi ayo turun !"gertak Samudra.
''Tidak aku tidak mau lepaskan aku! Lepaskan aku!"
''Baiklah jika kamu tidak ingin turun baiklah biar cara ku sendiri yang memaksamu untuk turun!"
Memberikan pukulan pada Anindya tepat mengenai belakang lehernya, Anindya akhirnya tak sadarkan diri.
Melihat Anindya yang dalam keadaan tidak sadarkan diri samudra segera mengangkatnya dan melarikannya ke-Rumah sakit.
Sedangkan Samudra yang akhirnya telah sampai Di Rumah sakit. Dia pun langsung meneriaki dokter ataupun suster yang sedang bertugas. Di Rumah sakit ini
"Suster..Dokter..?"
"Astaga?"ucap salah satu Dokter perempuan yang melihatnya.
"Tolong dok selamatkan dia?"
"Baik cepat masukkan dia keruangan sekarang?"perintah Dokter.
"Baik dok!"jawab samudra.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
neng ade
Kasihan Bintang yg harus menjadi korban nya .. Samudra mau ga mau harus tanggung jawab karena Anindya udh hamil ..
2023-07-06
1