Gudang Aset Sekolah

Susah payah aku memperhatikan setiap materi yang dijelaskan oleh bu Siska dan menepis kata-kata Lolita serta Alice tadi. Namun pikiranku masih melayang entah kemana. Rasanya tidak bisa menyatu dengan ragaku. Aku seperti kehilangan diriku yang dulu. Kejora Permata yang biasanya ceria dan selalu menebarkan senyuman. Tapi semenjak kehilangan kedua orang tuaku kemarin senyumku rasanya tidak akan bisa kembali seperti dulu. Sekarang aku justru lebih suka melamun. Melamunkan apa aku sendiri juga tidak paham.

Teriakan anak-anak mau nggak mau harus menghentikan para guru untuk menerusakan pelajaran karna waktu istirahat sudah tiba. Aku masih tetap pada lamunanku. Menatap kosong ke arah luar kelas dengan menopang dagu. Beberapa kali aku dibujuk ke kantin oleh Keisha tapi aku menolak. Di kelas tempat paling nyaman sekarang ini.

"Melamun hanya dilakukan oleh orang yang bodoh."

Suara dingin itu membuatku tersadar. Aku mengerjapkan mata untuk sesaat dan melihat Bintang tiba-tiba sudah muncul di kelasku. Dengan menyenderkan sebelah bahunya di ambang pintu dia menatapku datar. Ngapain dia kesini?

"Gue tau lo nggak akan ke kantin. Makanya gue bawain roti buat lo. Makan."

Masih dengan sikap dinginnya Bintang memberikan sebuah kantong plastik berisi roti dan susu kotak yang tadi dia bawa. Semakin menjadi bahan omongan para penghuni kelas setelah melihat adegan barusan. Aku sendiri juga kaget. Bintang melakukan itu dengan terang-teragan yang membuat namaku seketika menjadi perbincangan.

Kejora Permata sedang dekat dengan Bintang Pradana.

***

Pelajaran usai setelah jam menunjukan pukul 3 sore. Aku tidak ingin kemalaman ke makam papa dan mama. Buru-buru aku mencari taksi dan menuju pemakaman.

Sore hari begini membuat jalanan begitu macet total karena pengguna jalan di dominasi oleh anak sekolah dan orang-orang yang pulang dari kantor. Setelah menempuh jarak setengah jam akhirnya aku sampai juga di pemakaman orang tuaku. Ku lihat makam papa dan mama yang damai. Setelah aku meletakkan buket bunga di kuburan mereka aku mengelus nisan itu bergantian.

Kecelakaan tempo hari seperti melintas lagi dipikiranku. Air mataku kembali luruh dan lagi-lagi aku menangis terisak meratapi semua yang terjadi. Aku hanya bisa berdoa agar papa dan mama bisa bahagia dan tenang di alam sana.

***

"Papa, mama. Kita mau kemana sih?" tanyaku kebingungan.

Papa dan mama terus berjalan tanpa memperdulikanku. Kami memakai pakaian serba putih. Seperti berada di padang pasir yang luas tanpa ada siapapun diantara kami. Papa hanya menggandeng tangan mama tanpa perduli denganku yang berada di belakangnya. Langkah mereka semakin cepat. Aku tak sanggup mengejar. Langkahku berat, seperti ada yang sengaja menahan kedua kakiku hingga tiba-tiba aku jatuh terjerembab. Papa dan mama hanya tersenyum sambil melambaikan tangan lalu berjalan lagi. Aku terus berteriak memanggil mereka. Kenapa mereka tidak membantuku dan mengajakku pergi? Kenapa mereka meninggalkanku sendirian?

"Pa, ma. Tunggu aku! Tunggu aku!!!"

Aku berteriak histeris sampai akhirnya aku terbangun. Ya, cuma mimpi. Mimpi yang kenyataannya sudah benar-benar terjadi. Keringat dingin mengucur di wajahku. Nafasku masih naik turun tak beraturan. Setelah merasa sedikit tenang aku lihat Bintang sudah berdiri di ambang pintu kamaru dengan ekspresi datar seperti biasa. Aku sempat memekik kaget karena melihat dia tiba-tiba bisa ada di kamarku.

"Lo ngapain disini?" tanyaku heran.

"Lo kenapa sih teriak-teriak? Gue nggak bisa tidur dengerin suara lo!" protesnya.

Kamar yang ku tempati memang bersebelahan dengan Bintang. Sedangkan kamar om dan tante berada di bawah. Tak heran jika Bintang terbangun. Rasanya yang aku butuhkan saat ini hanyalah sebuah pelukan. Aku masih dihantui rasa takut. Tapi nggak mungkin juga kalau aku harus meluk Bintang, kan? Tapi yang saat ini ada cuma dia. Kenapa dia malah memarahiku? Kenapa dia nggak menenangkanku?

"Sori. Gue tadi mimpi buruk," jawabku sambil menunduk.

"Gue nggak peduli. Lo bisa kan nggak ganggu jam tidur gue gara-gara suara brisik lo itu?" tanya Bintang sinis.

"Iya. Gue nggak akan brisik lagi,"

Bintang kelihatan begitu kesal karena tidurnya tadi harus terganggu olehku. Terlihat dari sorot matanya yang tajam dan nada bicaranya yang sangat sinis barusan. Sepertinya putra om Dana itu memang tidak punya sisi keramahan sedikitpun. Padahal om Dana dan tante Marisa aja begitu ramah dan baik.

"Pa, ma. Aku kangen sama kalian," isakku di balik selimut.

***

Pagi harinya.

Lagi-lagi aku termenung di kamar. Tak perduli sudah jam berapa saat ini. Mimpi tadi malam masih terbayang-bayang di pikiranku hingga aku terjaga sampai pagi menjelang. Mataku tidak bisa terpejam setelah mimpi itu.

"Lo mau telat?"

Suara itu rasanya sudah keluar masuk di telingaku. Suara yang dingin sedingin udara pagi ini dan hanya dia yang memiliki suara itu.

Bintang.

"Bisa nggak lo ketuk pintu sebelum masuk?"

"Pintu nggak di kunci ngapain harus diketuk?" balasnya seakan nggak mau kalah.

Aku menghembuskan nafas pasrah. Tak mau berdebat pagi dengannya mengingat ini adalah rumah dia juga.

"Cepetan siap-siap gue tunggu di bawah."

"Om dan tante kemana?"

"Udah pergi."

Percakapan itu tak berlanjut lagi karena Bintang sudah berlalu dari kamarku. Dia sudah memakai seragam, hanya tinggal memasang dasi di kerah bajunya. Pantes aja tadi tante tidak ke kamarku. Ternyata dia sudah berangkat ke kantor dan harus sepagi ini.

Aku bukan cewek feminime yang dandan berlebihan dan membutuhkan waktu yang lama. Hanya dalam hitungan belasan menit aku sudah siap untuk berangkat. Ku tatap Bintang yang sejak tadi memakai dasi di teras dan belum berhasil juga. Sebesar ini dia belum bisa memakai dasi? Aku terkekeh pelan.

"Pakai dasi doang nggak bisa," ledekku sambil tertawa geli.

Bintang melotot ke arahku tajam. Bukan hanya itu, sekarang ini wajahnya dipenuhi rasa kekesalan. Tawaku yang tadi nyaring perlahan mereda. Aku jadi kasihan padanya. Selama ini pasti tante Marisa yang memakaikan dasinya. Pagi ini tante sudah nggak ada di rumah dan dia harus susah payah memakainya sendiri.

"Sini biar gue pakein."

Dasi itu kurampas dari tangan Bintang dan ku lingkarkan di kerah seragamnya. Aku menunduk sedikit karna Bintang sedang duduk di kursi teras rumah. Mulailah aku membentuk dasi berwarna abu-abu itu. Bintang menatapku yang masih di depannya. Awalnya aku tidak mengetahuinya sampai dasi itu sudah jadi baru aku menyadari matanya yang tak sengaja bertemu denganku.

Beberapa detik kemudian aku memalingkan pandanganku darinya cepat-cepat.

"Eh, lo mau modus ya?!"

Bintang langsung berdiri dan sedikit mendorongku agar menjauh darinya.

Modus? Bukannya aku baru aja bantuin dia?

Entah Bintang yang sekarang berubah salah tingkah atau aku yang merasa malu karena menyesali perbuatanku barusan. Harusnya aku tidak seberani itu memakaikan dasi untuk Bintang. Kami berdua hanya saling diam dengan pikiran masing-masing.

"Mau ikut nggak lo?"

Suara Bintang yang terdengar galak itu membuatku mendongak ke arahnya. Bintang sudah memakai tasnya dan bersiap untuk pergi menuju garasi. Setelah dia berjalan terlebih dulu aku hanya mengikutinya dari belakang tanpa mengelurkan suara apapun.

SMA Bhakti Mulya

Sesampainya di parkiran sekolah aku langsung berpamitan pada Bintang untuk menuju kelas. Ternyata teman-teman Bintang sudah menunggu kedatangannya di parkiran. Aku merasa canggung dan akhirnya aku memilih untuk masuk kelas terlebih dulu. Dan seperti kemarin, sekolah sudah dipenuhi bisikan-bisikan disetiap penjuru. Namun baru saja aku ingin menaiki tangga Natalie Cs menghadang jalanku.

Dia Natalie Ashura si ketua teater di sekolah SMA Bhakti Mulya. Perannya sebagai tokoh antagonis membuat anak-anak takut kepadanya. Wajahnya memang garang bak singa yang kelaparan di tengah hutan belantara. Dia berhasil membawa nama baik sekolah saat teaternya berhasil menjadi juara satu antar sekolah. Dia memang satu angkatan denganku. Namun kita berbeda kelas.

Yang menjadi pertanyaan, ngapain Natalie mencegatku dengan wajah bringas seperti itu?

Apalagi kedua temannya sudah tersenyum sinis di belakangnya. Layaknya melihat mangsa yang siap untuk di enyahkan cepat-cepat dari muka bumi ini. Aku yakin mereka pasti sudah mendengar gosip tidak benar itu. Pasti Natalie mengira aku ada apa-apa sama Bintang. Tanpa berpikir panjang lagi aku memilih balik badan dan menjauhi mereka bertiga.

Ternyata benar mereka sudah mengincarku. Buktinya mereka bertiga terus saja mengikutiku. Tidak salah lagi sekarang. Pasti Natalie sudah kemakan gosip sekolah. Pasalnya dia memang menyukai Bintang semenjak dia naik kelas XI dan menjadi siswi kebanggan para guru. Padahal kemarin Keisha baru mengingatkanku agar aku bisa jaga jarak dengan Bintang saat di sekolah karna memang banyak cewek yang gencar ingin mendekatinya termasuk Natalie. Yang membuatku lebih takut lagi Natalie adalah cewek yang terkenal suka membuly.

Saat ini pikiranku kalut. Aku sudah memojok di gudang aset sekolahan yang sepi semenjak tidak di gunakan lagi. Kakiku berjalan tak menentu. Yang aku pikirkan aku harus bisa kabur dari mereka, tapi hari ini bukan hari keberuntunganku. Aku terkepung! Natalie tersenyum memincingkan sudut bibirnya. Sudah nggak ada jalan lagi dan aku harus menghadapinya.

"Lo milih tempat yang indah banget."

Senyum liciknya terlihat. Dia menghampiriku. Kedua temannya mencengkeram lengan kanan dan kiriku sehingga aku tidak bisa berontak. Berteriak minta tolong pun percuma karna memang sudah masuk bel pelajaran dimulai. Tidak akan ada orang yang datang. Natalie langsung menyerangku dengan cepat layaknya singa yang tidak makan selama tiga hari. Dia menjambak rambutku tanpa ampun. Menampar pipi kanan dan kiriku hingga lebam. Merobek ujung rokku dan kini mendorongku sampai aku jatuh tersungkur.

"To the point aja ya! Lo jangan sok kecantikan disini. Berani lo deketin Bintang lagi, gue bisa lakuin lebih dari ini, ngerti lo?!"

Natalie mencengkeram sisi wajahku dan dia mengancamku. Sebelum pergi Natalie juga mengobrak abrik isi tasku. Rasanya aku ingin membalas mencakar wajahnya dan menendang kedua temannya itu. Tapi aku sudah tidak kuat bangkit lagi. Aku merasakan kedua lututku nyeri karena berbentur dengan lantai.

Beberapa jam berlalu setelah kepergian Natalie Cs. Aku masih menangis menahan rasa sakit di pipi dan lutut ku. Tiba-tiba saja, tak lama terdengar ada seseorang sedang membuka knop pintu gudang dengan gusar. Namun tumpukan kardus di depanku terlalu tinggi hingga aku tidak bisa melihat siapa yang masuk itu. Aku malu ingin meminta tolong mengingat kondisiku yang awut-awutan seperti ini. Aku menahan isak tangisku agar orang itu tak menemukanku. Sampai akhirnya-

Bruk!!!

Aku tak sengaja menendang kardus di depanku saat aku ingin merubah posisi dudukku.

"KEJORA!"

Pekik cowok itu kaget. Ia histeris melihat penampilanku yang sudah amburadul. Aku meraih punggungnya erat. Aku menangis di pelukannya. Cowok itu! Seseorang yang dingin namun ternyata bisa menghangatkan ku dengan pelukannya. Aku sempat tak percaya sebelumnya. Pelukan ini hangat dan membuatku merasa tenang. Pelukan yang mirip dengan papa dulu.

"Apa yang terjadi sama lo?"

Air mataku lolos begitu saja. Aku bukan menangis karena kesakitan. Aku menangis karna aku adalah cewek lemah yang nggak bisa membalas perbuatan si pembully seperti Natalie. Orang seperti dia harus di kasih pelajaran berharga. Aku bersumpah akan membuat dia mengakui semuanya dan membuka topeng palsunya di depan kepsek dan guru-guru yang lain.

"Gue anter lo pulang,"

Ya. Bintang! Dia yang telah menemukannku. Aku melepas rangkulanku. Ku biarkan dia membereskan tasku beserta isinya yang bercecar di lantai. Ia lalu membantuku berdiri dengan susah payah. Bintang memilih memesan taksi agar lebih mudah dan aman. Ia tahu aku sudah nggak kuat jika harus menaiki motor besarnya. Pandanganku tiba-tiba menjadi berkunang. Perlahan aku terkulai lemas di pangkuan Bintang tak sadarkan diri.

***

Terpopuler

Comments

Syahria Ria

Syahria Ria

kok Bintang tau ya kalau kejora ada di gudang Sekolah 🙄 pasti Bintang datang ke kelas kejora dan tidak melihat kejora di kelas nya. dan bintang muter.. muter mencari keberadaan kejora yang di temukan di Gudang 🥺 haiss Natalie sadis banget dirimu membuly kejora 😤 hati hati Natalie kalau tidak ingin kena hukuman dari sekalah 🤭

2023-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!