Dia,seorang pria yang sudah menolongku selalu mengganggu pikiran ini.Parasnya yang tampan dan tutur katanya yang sopan sangat menggangguku.Tidak tau bagaimana jadinya kalau ia tak membantuku saat itu.
Sudah lama aku tidak merasakan hal seperti ini lagi.Apa aku menyukainya?Aku berusaha menepis rasa ini.
"Sin,siang ini saya makan diluar,kalau ada klien yang ingin bertemu tolong diatur ke sore yah."
"Baik bu."
Aku Mulai bersiap - siap,memperbaiki riasan tipis- tipis ini.Tapi kenapa deg - degan ya? kok aneh ? ini kan hanya makan siang sebagai ucapan terima kasih saja,di warung soto lagi masa kencan sih?
Ra ! Ayolah ini hanya balas budi aja,dan ah... sudahlah.
Aku yang bertanya tapi aku pulalah yang menjawab.
"Saya jalan ya Sin,ingat pesan saya."
" Oke Bu !" jawab Sinta resepsionis klinik ku yang sudah lumayan lama bekerja.
Sebelumnya aku sudah meminta untuk diantarkan oleh Widia,aku gak mau ambil resiko kejadian seperti kemarin lagi.
Widia mengantarkan aku di persimpangan,hanya berjalan sedikit saja warung soto nya sudah kelihatan.
Aku mengitari meja pengunjung,untuk mencari sosok yang kukenal.
"Mbak !"
Aku mencari suara yang memanggil,dan aku menemukannya.
Dan Oh My God,kenapa penampilannya sangat berbeda?
menggunakan pakaian kasual dia terlihat semakin menarik.Kaos polo hitam dan jeans biru sangat cocok dengannya.Kelihatan segar seperti baru habis mandi.
"Sudah lama? Maaf tadi ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal."Aku sedikit ber basa basi dengannya sekalian untuk menetralisir jantungku yang berdegup kencang.
"Silahkan duduk Mbak,jangan khawatir aku juga belum lama kok."
Dengan senyuman yang manis dia menjawab dan itu berhasil membuatku meleleh .
"Sudah pesan makanan? "
"Maaf sudah lancang tapi aku sudah pesan Soto paling spesial di warung ini.Aku yakin Mbak pasti menyukainya."
"Baiklah,semoga aku suka.Tapi please jangan panggil Mbak,kesannya aku tuh tua banget loh,panggil Rara aja."Ku akui kalau aku mulai suka bicara dengannya.
"Haha,oke deh"
"Permisi,pesanannya."
Seorang ibu tua datang menghampiri membawa dua mangkok soto yang pastinya masih panas,ditambah dua piring nasi putih dan kerupuk .Beliau meletakkan makanan dimeja kami.
"Silahkan dinikmati,"Ucapnya dengan ramah.
"Baik Bu,terima kasih."Aku pun menjawab tak kalah ramah.
Kami pun menyantapnya tanpa berbicara.
"Kamu benar,makanannya enak banget.Aku suka!"Ucapku sambil menyuap kuah soto kedalam mulutku.
Dia hanya tersenyum dan menikmati kembali makanan itu.
"Mbak..Eh Rara kerja dimana? kalau ditebak sepertinya di kantor?"
"Begitulah,disini memang area perkantoran bukan? dan Kamu?"
"Aku bekerja di showroom mobil tapi hanya sebagai mekanik,Showroom mobil ujung jalan ini."
"Oh."
Hanya itu yang terucap.Entah mengapa ada sedikit rasa kasihan,dan membayangkannya bekerja di sana tentu sangat melelahkan.
""Aku tak seperti orang lain yang bisa bekerja di kantoran.Aku tidak memiliki ijazah.Memperbaiki mobil atau sepeda motor adalah keahlianku,jadi aku bersyukur masih bisa diberi kesempatan itu."
"kenapa tidak mencoba melamar di kantor?"
"Hmm..Apa ada yang mau menerima yang hanya tamatan SMA?kurasa tidak."
Tak berasa pembicaraan ini terus berlanjut dan kami menghabiskan makanan yang sudah kami pesan.
" Walaupun pekerjaanku tak sehebat orang lain,tapi aku bangga bisa membahagiakan Ibuku."
"Ibu ? "
"Yah ,Ayahku sudah lama meninggal."
"Oh,maaf !"
Terasa manis bukan ? Seorang pria tampan yang sangat menyayangi ibunya.
Sedikit tau tentang dia semakin membuat perasaan ini campur aduk .Ada rasa simpati mendengar ia bercerita tentang perjuangannya namun ada rasa aneh yang membuatku gelisah.
setelah membayarkan tagihannya kami pun bergegas keluar.
"Mau aku antar? disini nggak ada angkutan umum loh," Tawarnya padaku
"Apa ? Tapi ."
"Ayolah Oia boleh minta nomor Telepon?"
" Boleh.."Aku meraih gawai yang sudah disodorkannya dan dengan cepat mengetik nomor pribadiku.
"Ayo ,naiklah."
Kami pun berboncengan menuju klinikku.Hanya sampai batas gerbang luar,aku gak mau kalau sampai ada yang melihat aku jalan dengan cowok,bisa - bisa jadi bahan gosip anak - anak.
"Maaf ya,aku gak enak kalau sampai depan ,disini saja."
"Jadi kamu kerja di klinik ini? Wow..pantes saja cantik" Celetuknya.
"Apa?"Aku mendengar dia mengatakan aku cantik dan jantungku kembali berdebar mendengarnya.
"Ah,tidak! baiklah aku pergi dulu,masuklah ,"
"Hem"
*****
"Bagaimana persiapan Acara lamarannya Bu? Apa ada yang kurang?"
"Tenang saja,semua sudah beres."Jawab Romlah sekenanya.
"Baguslah Bu,aku bangga pada Ibu."
"Danu,Rara kerja dimana sih? apa nanti setelah menikah bakalan tetap bekerja?"
Tanya Udin.
"Di Klinik kecantikan Mas,Pastinya mas,"
"Yah harus kerja lah,masa mau senangnya saja." Sahut Ibunya terdengar nyolot.
""Seperti istriku,yang selalu bekerja keras." Ujar Ahmad kakak pertama Danu sambil tersenyum bangga.
Mendengar ini Dina tersenyum bangga,
namun ada hati yang sedikit sakit mendengar nya.
"Nggak kaya istrimu Din,level rumahan alias pembokat" Nyinyir Romlah.
"Loh,dia kan pilihan ibu,kenapa sekarang seolah ibu gak suka?" Udin tidak terima jika ibunya selalu menyalahkan istrinya.
Romlah diam kalau sudah diberi jawaban seperti itu.
" Apa ibu mau menjaga Anto? Kalau mau ,aku yakin Mbak marini gak keberatan kerja diluar" kali ini Danu turun tangan.Ia merasa kasihan pada kakak iparnya yang selalu disalahkan,padahal Ia yakin kalau mbaknya itu pasti sangat lelah mengerjakan tugasnya di rumah.
Marini merasa tersentuh,Danu selalu saja membelanya dihadapan ibu mertuanya.Baginya Danu adalah laki - laki yang sangat pengertian.
"Bu,Aku mau kok kerja tapi bagaimana dengan Anto?dia masih menyusu,kalau aku tinggal tentu akan menambah biaya untuk membeli susu formula.Sementara ibu gak mungkin bisa menjaga kan?"Marini dengan tegas mengatakannya.
"Em,kita kembali ke topik lamaran Danu,kapan acaranya Bu?"Dina mengalihkan pembicaraan itu.
"Ibu sudah persiapkan semua barang seserahannya,besok kita kesana."
"Wah,makasih bu,aku akan kasih tau Rara agar dia dan keluarganya bersiap - siap ."
Danu kelihatan sangat bahagia,sebentar lagi dia akan menjadi suami Shira yang kaya.
Terlalu percaya diri sekali!
**
Tibalah acara lamaran yang sudah dinanti ,berbagai barang seserahan sudah dipersiapkan.Namun keluarga Baskara tidak menunjukkan aura bahagia sama sekali justru mereka bersedih hati melihat bagaimana putri semata wayangnya dipersunting dengan sangat sederhana.Bukan itu saja, perilaku keluarga besan yang terlihat aneh pun sangat disayangkan.Romlah terlihat tidak menyukai Shira.
Tapi melihat wajah sang putri yang selalu tersenyum bahagia,terpaksa mereka pun harus merelakannya.
Tak jauh berbeda dengan Danu,ia begitu terkejut dengan keadaan rumah calon mertuanya.Apa ada yang tidak ia ketahui?
Namun tidak mungkin mundur bukan?
"Kalau begitu kami pulang dulu.Acara sudah selesai,dan kita sudah sepakat untuk acara pernikahan nanti." ucap Romlah dengan ketusnya.
"Silahkan Bu besan." Ucap pak Baskara sambil mengantarkan tamunya ke pintu.
"Pakaian dan aksesoris sih oke tapi rumah kok nggak sesuai ya ,males lama- lama disini,gerah!"batin Romlah memandangi sekitar.
"Kami pulang dulu Pa,Ma,Ra..sampai ketemu minggu depan ya."
Danu menyalami calon mertuanya untuk berpamitan.Namun wajahnya terlihat sedikit tidak suka.
"Assalamualaikum. "
"Waalaikumsalam."
Romlah dan anak- anaknya segera pulang,mereka mengendarai mobil yang disewa milik tetangganya.Terlihat kalau wajahnya mencerminkan kekesalan,dia tak menyangka bahwa besannya adalah orang miskin,lebih susah dari keluarga Marini.
Apa yang mau diharapkan dari keluarga miskin itu? Oh anakku yang malang,satu-satunya harapanku untuk mendapatkan menantu kaya hancur sudah.Percuma wajah anakku yang tampan ini kalau hanya mendapatkan wanita miskin.
" Ibu kenapa kok kelihatan nggak bahagia?"
Tanya Ahmad yang penasaran sedari tadi.
"Bagaimana mau bahagia,melihat rumah calon mertuanya Danu rasanya nyesek.Ternyata lebih susah dari yang ibu pikirkan."
" Gak kecil - kecil amat kok bu,gak beda jauh dari rumah kita," Ucap Marini.
" Jadi dari tadi ibu memikirkan hal itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments