Hari pertama menjadi Medrep

Mari kita mundur kebelakang melihat Julia melakukan pekerjaan perdananya sebagai Medrep di sela-sela kesibukannya memulai bisnis bersama Mira dan Febi.

Keringat membasahi tubuh julia. Hari ini matahari bersinar cukup terik. Julia segera masuk ke dalam loby Rumah Sakit beruntung dia belum terlambat, beberapa pasien dokter Jaya masih terlihat duduk di kursi tunggu.

Julia segera mengeringkan keringat di tubuhnya setelah itu dia mencuci wajahnya dan mengaplikasikan make up tipis supaya terlihat cerah saat bertemu dokter nanti.

Saat itu produk King Hwa belum diproduksi.

Satu persatu Medrep dari perusahaan lain datang, mereka semua memiliki tujuan yang sama yaitu menjelaskan keunggulan produk mereka supaya dokter Jaya dapat menulis resep dengan produk yang mereka tawarkan.

Karena baru melihat Julia, beberapa Medrep berkenalan dengannya. Mendengar mereka berbicara tiba-tiba saja Julia merasa insecure.

Julia menarik nafas panjang dan berkata kepada dirinya sendiri,

”tenang Julia....tenang...kamu pasti bisa,” Ucapnya dalam hati.

Satu persatu pasien masuk ke dalam ruangan dokter untuk di periksa atau hanya sekedar berkonsultasi, barulah menjelang sore tidak ada lagi pasien yang duduk di rumah tunggu.

Satu per satu medrep masuk ke dalam ruang periksa dokter. Julia memutuskan untuk masuk terakhir karena dia ingin mempersiapkan dirinya terlebih dahulu.

“Hah.....produk jelek seperti ini kamu tawarkan ke saya, banyak pasien saya mengeluh .” Terdengar teriakan dokter Jaya dari dalam ruangan.

“Jangan kamu sogok saya Yach, kamu kira saya dokter murahan, kalau produk kamu bagus akan saya pakai.” Terdengar teriakan lainnya saat Medrep dari perusahaan lain masuk.

Mendengar dokter Jaya berteriak seperti itu hati Julia menjadi ciut, terlebih melihat wajah teman sejawatnya saat keluar dari ruangan dokter “apa yang harus aku lakukan? Apa yang sebenarnya dokter Jaya inginkan?”

Di tengah kebingungannya Julia lalu berbincang-bincang dengan suster yang membantu dokter Jaya. Dari perbincangan itu Julia mengetahui kalau dua bulan lalu istri dari dokter Jaya meninggal dunia.

“Oh ... pantesan mungkin dia masih berduka.” Gumamnya dalam hati.

Tiba giliran Julia bertemu dengan dokter dia adalah orang terakhir. Julia mengetuk pintu dan memberi salam lalu masuk ke dalam ruangan, tampak dokter jaya sedang membereskan peralatannya dia tidak memperdulikan kehadiran Julia di dalam ruangannya.

“Selamat sore dokter Jaya.” Julia menyapa sekali lagi dengan senyum menghiasi wajahnya.

“Huh...., ini Rep dari mana? Saya baru lihat kamu, orang baru ya?” sahut dokter Jaya.

“Iya dokter saya orang baru, perkenalkan nama saya Julia Rep dari Healthy Food.”

“Loh...kemana itu si.....ah....saya lupa siapa itu namanya.”

“Sinta dok. Sekarang dia pindah area.” Jelas Julia.

“Ah...sudahlah, ayo cepat kamu mau menawarkan produk apa, asalkan kamu tahu saja produk suplemen makanan yang kemarin Sinta bawa kurang bagus.”

“ Perasaan sejak tadi gue denger dari luar semua produk gak bagus, sebenarnya produk yang bagaimana sih yang dia mau?.” Julia bertanya-tanya dalam hatinya.

Ketika Julia hendak memperkenalkan produk baru yang dia bawa, dia melihat wajah dokter Jaya yang terlihat bad mood, Julia pun mengurungkan niatnya dia punya ide yang lebih baik.

“Sebenarnya dokter, hari ini saya mau berkenalan dulu dengan dokter. Bagaimana kalau saya ajak dokter makan malam atas nama perusahaan.”

Dengan hati-hati Julia mengutarakan idenya.

Dokter Jaya menarik nafas panjang tetapi raut wajahnya sudah mulai berubah menjadi sedikit ramah “Hmmm....boleh lah, kebetulan saya sudah lelah, males mendengar penjelasan produk baru.”

“Sudah gue duga ide gue brilian.” Gumamnya dalam hati.

“Silahkan dokter yang memilih tempatnya saya ikut saja.” Ucap Julia sopan.

Dokter jaya mengatakan sebuah nama restoran favoritnya, restoran yang terdengar mahal tetapi Julia hanya bisa mengikuti keinginan dokter Jaya.

Dokter Jaya masuk ke dalam mobilnya sedangkan Julia mengendarai motor kesayangannya.

Sampai di sana Julia mempersilahkan dokter jaya untuk memesan makanan kesukaannya terlebih dahulu. Setelah itu barulah Julia memesan makanannya.

“Apakah kamu ingin membicarakan produkmu di sini?” tanya dokter Jaya.

“Tentu saja tidak dokter. Lebih baik kita nikmati saja makanan ini sambil ngobrol santai. Hari ini adalah hari pertamaku menjadi Medrep dan dokter adalah dokter pertama yang aku temui.”

Dokter Jaya pun menyantap makanannya dengan lahap, mereka berdua berbincang-bincang santai.

“Oh..ya dok, bagaimana tanggapan keluarga tentang pekerjaan dokter ini?”

“Hmmmm.....istriku seorang yang hebat, saat aku curhat tentang pasien dan keluarga pasien yang merasa tidak puas dia selalu menenangkan ku. Hah..... Sekarang dia sudah senang di surga," terdengar tarikan nafas panjang yang menandakan kekecewaan.

“Oh....maaf dok, seharusnya saya tidak bertanya soal keluarga.” Julia memasang wajah menyesal.

“Ah...tidak apa-apa, lalu bagaimana denganmu? Apakah suami mu tidak keberatan dengan pekerjaan mu yang selalu pulang malam?”

“Saya seorang janda, suami saya menceraikan saya hanya karena saya tidak memberikannya anak lelaki.”

“Dasar pria tidak berpendidikan mengapa bersikap seperti itu, memangnya wanita itu Tuhan bisa menentukan jenis kelamin janin.” Ucap dokter jaya kesal.

Sebenarnya Julia sengaja memancing dokter Jaya untuk membicarakan keluarga supaya dia juga tahu kalau ada orang yang memiliki nasib seperti dirinya bahkan nasib dokter Jaya masih beruntung di bandingkan dengan Julia.

Karena hari sudah malam mereka segera meninggalkan restoran dan pulang ke rumah masing-masing. Julia berharap pertemuan besok akan berjalan lancar.

Keesokan harinya Julia tetap mengambil giliran terakhir supaya dapat berbicara dengan leluasa. Kali ini Julia menjelaskan tentang produk baru penyempurnaan dari produk yang terdahulu.

Dokter Jaya sangat senang dengan presentasi Julia dia segera menulis resep suplemen tersebut untuk pasiennya. Julia menjalin persahabatan dengan dokter Jaya. Berkat dokter Jaya penjualannya setiap bulan selalu memenuhi target.

Dokter Jaya meresa kalau Julia dan dirinya ada kesamaan, sama-sama di tinggal pasangan meskipun caranya berbeda dan sama-sama single parent.

Itulah cerita tentang Julia dan pengalaman perdananya sebagai Medrep. Sekarang kita kembali kepada Mira.

Beruntung hari ini Mira izin tidak masuk kantor sehingga setelah dari pabrik dia dapat langsung pulang ke rumah.

Dengan kesal dia duduk di sofa yang ada di ruang tamu “kurang ajar, sampai sekarang dia masih memanggil ku wanita mandul," Mira mengepalkan tangannya karena geram.

“Lihat saja nanti mas, kosmetik produksi para mantan istrimu akan menyingkirkan kosmetik produksi perusahaan mu.” Ucapnya geram.

Sore menjelang malam seperti biasa Julia dan Febi datang ke rumah Mira, walaupun terkadang Julia tidak datang karena harus mengunjungi dokter.

“Tau gak hari ini gue ketemu sama siapa?” ucap Mira dengan wajah sedikit merah.

“Kalau liat raut muka loe......jangan-jangan loe tadi ketemu sama mantan suami loe?” jawab Febi ragu.

“Mantan suami loe juga kali," Ucap Mira kesal.

“Ohhh....berarti bener nih, ketemu sama dia dimana?” tanya Febi penasaran.

“Di pabrik maklon.”

“Apa? Jangan-jangan dia juga maklon kosmetiknya di sana, bisa kacau nih.” Ucap Julia.

Julia kuatir kalau Arya akan berlaku licik mengingat dia terlebih dahulu maklon di pabrik itu sudah pasti sangat mengenal baik orang di pabrik. Julia kuatir Arya akan mengacaukan produk KING HWA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!