C5. Pindah

"Mas. Gimana bisa Alina tinggal sama Kita? sedangkan kita saja tinggal di ruko Mas!" Protes Bunga membuat Alina pun ketakutan dan meremas ujung baju koko Adzriel.

"Alia adalah urusan Saya, tidak ada sangkut paut dengan Kamu. Kalau Kamu merasa keberatan dengan keberadaan Alia, Kamu bisa kembali ke tempat seharusnya Kamu berada!"

Ziel membawa Alina masuk kedalam ruko dan mengabaikan keberadaan Bunga yang memasang wajah kesal nya kepada Ziel juga Alina.

"Ck, kenapa anak Si Alan itu nggak ikut ma*pu* juga sih. Bikin susah aja!" Gerutu Bunga.

Ceklek

Adzriel membuka pintu ruangan pribadi nya di ruko yang berada di lantai 2 dan membawa Alina masuk kedalam ruangan tersebut.

"Untuk sementara Alia tidur di kamar Uncle dulu, sambil menunggu rumah Uncle selesai di renovasi" Alina hanya mengangguki ucapan Adzriel yang mendudukan tubuh nya di ranjang yang berada di ruangan tersebut.

"Uncle" Alina memanggil Adzriel dengan ragu-ragu.

"Kenapa?"

Ziel menjongkokkan tubuh nya di hadapan Alina yang tengah memandang nya dengan khawatir.

"Apa Aunty keberatan Alin tinggal di sini?. Kalau Aunty keberatan, Alin bisa tinggal di rumah Eyang Uti aja Uncle. Disana ada Mbok Yani juga Mang Ipul" Cicit Alina pelan.

"Uncle sudah bilang sama Alia tadi kan, kalau Alia itu adalah tanggung jawab Uncle. Jadi abaikan saja Kak Bunga. Alia akan tinggal bersama Uncle, dan tidak akan Uncle biarkan Alina tinggal di rumah Eyang Uti walaupun disana ada Mbok Yani dan Mang Ipul" Ujar Adzriel yang menolak permintaan Alina membuat gadis kecil itu hanya bisa menghela nafas pelan.

"Lalu bagaimana dengan sekolah Alina Uncle?"

"Alia mau lanjut sekolah dimana?. Bukankah sekarang Alia sudah lulus SD?" Alina mengangguk pelan.

"Kalau Alina mondok aja boleh Uncle?."

Kedua alis Ziel mengernyit mengernyit permintaan Alina.

"Alina sudah bilang ke Bunda kalau Alina ingin melanjutkan ke pondok pesantren milik Abi Dhika sahabat nya Bunda." Cicit Alina pelan.

"Apa Bunda setuju?" Alina mengangguk pelan menjawab pertanyaan Ziel.

"Para Eyang juga setuju kalau Alina melanjutkan sekolah di sana Uncle" Ujar Alina penuh harap.

"Kalau begitu, setelah selamatan 7 hari, kita kesana. Uncle mau melihat dulu tempat nya. Kalau memang baik untuk Kamu, Uncle akan menyetujui permintaan Alia"

Senyum Alia langsung mengembang lalu dengan tiba-tiba memeluk tubuh Ziel hingga membuat Ziel yang masih berjongkok di hadapan Alina itu pun nyaris terjengkang kebelakang.

"Pelan-pelan sayang!"

"Maaf Uncle. Makasih Uncle. Alina sayang banget sama Uncle" Tanpa sungakan Alina mengecup kedua pipi Ziel.

"Jangan bilang makasih dulu. Uncle belum lihat tempat nya kalau Oke dan Uncle setuju baru kamu bilang makasih sama Uncle" Senyuman Alina langsung meredup mendengar ucapan Ziel.

"Sekarang istirahatlah dulu. Uncle mau ke bawah dulu!" Alina menggangguk pelan lalu menaikkan tubuh nya ke atas ranjang yang berada di dalam ruangan Ziel.

"Uncle tinggal dulu ya Alia"

Ziel pun keluar dari ruangan nya setelah Alina menganggukan kepala nya disela posisi rebahan nya.

"Bos!" Ziel mengangguk pelan menjawab panggilan beberapa karyawan. Satu persatu mereka mengucapkan bela sungkawa atas berpulang nya hampir seluruh keluarga Ziel karena kecelakaan.

"Yang sabar ya Bos. InsyaAllah keluarga Bos Husnul Khatimah!" Ucap Asep yang merupakan orang kepercayaan Ziel dalam usaha ekspedisi nya yang juga sahabat nya sejak kecil, mewakili para karyawan Ziel lain nya.

"Aamiin. Makasih Sep!"

"Oh iya Bos. Bagaimana dengan nasib Alina?" Asep bertanya di sela kegiatan nya mengelompokkan barang-barang paket yang akan di kirim dan di bantu oleh Ziel.

"Alia akan ikut dengan Saya dulu Sep."

"Kalau Alina ikut Bos dulu, gimana sama Nyonya Bunga?" Kedua asli Ziel mengernyit mendengar panggilan Asep untuk wanita yang sudah di talak nya itu.

"Nyonya?" Asep menggarukkan kepala nya sambil menyengir gugup.

"Itu Nyonya Bunga yang meminta Kita semua untuk memanggilnya Nyonya" Ziel menghela nafas kesal mendengar pernyataan Asep.

"Nggak usah di panggil Nyonya. Dan ganti panggilan buat Gue juga!" Asep tertawa kecil menanggapi protes Ziel yang selalu menolak di panggil Bos oleh Asep dan juga karyawan lain nya.

Tapi memang dasar nya Asep itu orang yang humoris maka dia sesekali memanggil Ziel dengan panggilan Bos dengan tujuan membuat Ziel yang kalau sedang murung pun menjadi kesal, dan bagi Asep cara itu berhasil membuat Ziel melupakan sejenak kegundahan hati nya.

"Urusan Alia udah jadi tanggung jawab Gue Sep. Apalagi Kami sekarang hanya tinggal berdua, rasa nya nggak mungkin Gue tinggalin keponakan Gue sendirian" Asep mengangguk menyetujui ucapan Adzriel.

"Masalah Bunga sendiri Lo juga tau kan hubungan Gue gimana sama Dia."

"Saran Gue lebih baik Lo kembalikan Bunga ke keluarga nya. Apalagi sekarang Bang Zar juga udah meninggal. Gue yakin keluarga Bunga bakalan ngerti kalau Lo nggak ada sangkut paut nya sama utang Bang Zar ke keluarga Bunga"

Ziel menggeleng pelan

"Bunga bakal ngebebanin ke Alia. Dia mengancam akan mengakuisisi semua harta warisan Alia dari keluarga Bunda nya, kalau Gue membeberkan perceraian Kami"

"Terus Lo bakal tetep jalanin pernikahan toxic gini Ziel?"

"Terpaksa Sep. Gue nggak mau dan nggak rela kalau urusan Bang Zar harus melibatkan Alia. Walaupun Alia anak nya Bang Zar, nggak seharusnya Dia menanggung kesalahan yang di buat Bapak nya dengan kehilangan harta warisan dari keluarga Bunda nya".

"Terus selama nya Lo dan Bunga akan menjadi suami istri di hadapan orang-orang?"

"Nggak, Gue yakin suatu saat nanti Bunga bakal ninggalin Gue!"

Asep tertawa kecil menanggapi ucapan Ziel.

"Bunga tuh cinta mati sama Lo Ziel. Gue yakin Dia nggak bakal lepasin apalagi ninggalin Lo, walaupun Lo kere!" Ziel mendengus kesal menanggapi ucapan Asep yang benar ada nya.

Bunga memang mencintai Zi sejak mereka satu sekolah menengah umum. Bunga merupakan adik kelas Ziel dua tingkat, dan sejak pertama bertemu Ziel, Bunga sudah mengungkapkan ketertarikan nya kepada Ziel dan selalu Ziel tolak.

Selain karena Ziel ingin fokus sekolah dan enggan berpacaran, Ziel juga tidak menyukai sifat Bunga yang angkuh dan sombong.

Karena merasa berasal dari keluarga kaya raya membuat Bunga menjadi sosok gadis yang merasa memiliki kekuasaan dimana pun dia berada, hal itulah yang membuat Ziel semakin enggan mengenal Bunga.

Sementara itu didalam ruangan Ziel, Alina justru gak dapat memejamkan mata nya. Walaupun tubuh nya sangat lelah namun kedua matanya terasa enggan tertutup untuk beristirahat.

Pikiran nya kembali ke pagi selepas sholat subuh berjamaah bersama para Eyang kesayangannya serta Bundanya di musholla perumahan yang berada tak jauh dari kediaman Eyang Kung nya.

Sholat shubuh pagi tadi adalah sholat pertama kali nya bersama dengan Eyang dari Ayah dan Bunda nya. Kedua Eyang dari Ayah nya yang sengaja menginap di rumah Eyang dari Bunda nya setelah pernikahan Uncle nya sebelum akan di antar pulang oleh Ayah nya yang tumben sekali ingin mengajak mereka bertamasya ke puncak sebelum mengantar kedua Eyang Alina dari Ayah nya tersebut.

Alina mengeratkan selimut yang menyelimuti tubuh mungil nya dalam kamar yang sunyi gadis kecil itu menangis seraya bergumam " Bunda, Eyang semua nya, kenapa kalian pergi tinggalin Alina sendirian"

Terpopuler

Comments

Anita noer

Anita noer

sabar y al.....anak cantik....qmu pasti kuat....

2023-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!