"Bismillah, Ya Allah tolong selamatkan anak Kami ini Ya Allah" Gumam Ibu saat perlahan-lahan mobil Ayah mendekati para pemeriksa, dan Ibu hanya bisa meletakkan tas berisikan bayi yang di tutupi oleh pakaian kotor keluarga nya itu di atas pangkuan.
Ayah dan Ibu membuang nafas kasar guna menyingkirakan rasa gugup mereka, ketika hanya tersisa sebuah mobil lagi yang akan di periksa oleh para pria berbadan kekar dan berwajah menyeramkan itu.
Untung nya Abizar langsung terlelap tidur ketika Ayah baru beberapa menit menjalankan laju mobil nya, sehingga anak kecil itu tidak akan merasa ketakutan ketika melihat beberapa pria yang menyeramkan tersebut.
Ayah dan Ibu saling menatap dengan heran, ketika para pria itu bergegas pergi tanpa memeriksa mobil yang berada di depan mereka.
Mereka tampak terburu dan menyingkir ke pinggir jalan, ketika sebuah mobil mobil berhenti dari arah yang berlawanan dengan mobil Ayah.
Salah seorang dari pria bertubuh kekar dan menyeramkan tersebut menyuruh mobil yang berada di depan Ayah serta mobil mobil yanv berada di belakang nya untuk melanjutkan perjalanan Mereka dan mengabaikan mobil mewah baru saja tiba itu.
Ayah sempat melirik dari kaca spion untuk mengetahui siapa pemilik mobil mewah tersebut. Kedua bola mata Ayah membulat dengan sempurna saat melihat seorang pria seusia nya keluar dari dalam mobil mewah tersebut dan langsung menampar bolak balik pipi para pria kekar dan menyeramkan yang tadi sempat menghentikan pada pengunjung area rekreasi alam terbuka tersebut.
Ibu lebih memilih membuka kembali tas dan kembali mengeluarkan baju kotor mereka dari dalam tas yang berada di pangkuan nya guna mengeluarkan bayi tampan yang di sembunyikan nya tadi.
Raut wajah bahagia tak dapat Ibu sembunyikan, mana kala Tuhan membalas dan mengabulkan doa nya secara instan agar bayi mungil dan tampan itu bisa selamat dari persembunyian nya itu.
Raut kebahagiaan wajah Ibu langsung berubah takut, ketika memikirkan nasib bayi mungil ini selanjutnya.
"Ayah, bagaimana dengan dede bayi nya?" Pertanyaan Ibu membuat Ayah bimbang dan juga bingung.
Untuk merawat bayi ini rasanya cukup berat. Mereka hanya keluarga yang hidup sederhana dengan Ayah yang bekerja sebagai supir bak terbuka dengan mengandalkan penghasilan dari mengangkut barang-barang di pasar, sementara Ibu hanya lah seorang Ibu rumah tangga yang turut membantu perekonomian keluarga dengan berjualan jajanan sederhana bagi anak-anak di sekitar kediaman mereka dengan penghasilan yang bisa di katakan pas pas an.
Namun untuk menyerahkan bayi ini ke panti asuhan ataupun kantor polisi jelaslah membuat Ayah tak tega. Apalagi ketika melihat perlakuan pria bermobil mewah itu yang langsung menampar para pria kekar dan meyeramkan itu saat memegang kantung merah yang Ayah kenali seperti kantung pembangkus si bayi tampan itu di tangan nya yang sudah Ayah buang ke sungai tadi, membuat Ayah enggan melaporkan penemuan bayi itu ke kantor polisi.
"Kita yang rawat saja ya Yah. Ibu ndak rela kalau bayi ini harus tinggal di panti asuhan atau di laporkan ke kantor polisi" Pinta Ibu yang membuat Ayah kembali membuang nafas nya pelan.
Anggukan pelan Ayah membuat senyuman di wajah Ibu terbit, dengan penuh kasih sayang Ibu menciumin wajah bayi tampan itu hingga membuat bayi itu menggeliatkan tubuh nya.
"Kamu anak Ayah dan Ibu ya Nak, Kami akan menyayangi dan menjaga Kamu seperti keluarga Adzriel Izzam " Bisik Ibu yang kembali mengecup singkat kening sang bayi yang sesaat kemudian tersenyum kecil dalam lelap tidur nya.
🌹
🌹
🌹
13 tahun kemudian
"Ziel. Bantuin bawa ini. Jangan males Lo!" Remaja berusia 13 tahun itu hanya bisa menghela nafas pelan mendengar bentakan sang kakak yang sudah rapi berpakaian jas hitam.
Padahal Dia baru saja membawa beberapa baki barang seserahan Abizar yang akan menikahi seorang wanita yang sangat di cintai nya.
Catat di cintai nya, karena wanita yang akan di nikahi oleh Zar adalah kekasih sahabat Zar yang dengan sengaja Zar per**** beberapa bulan yang lalu saat wanita cantik bernama Dina itu di jemput oleh Zar sepulang kerja, karena Firman, kekasih Dina yang merupakan sahabat Zar tidak bisa menjemput Dina karena harus bekerja lembur.
"Bu seserahan buat Dina jangan ada yang ketinggalan!" Kali ini Ibu yang membuang nafas pelan, karena ulah Putra sulung nya yang seorang pengangguran itu sudah membuat aib juga membuat malu keluarga namun justru terlihat santai tanpa beban.
"Bicara yang sopan Zar!" Ayah membentak Zar saat memasuki rumah, namun Zar seolah acuh dan pergi keluar rumah dengan mendengus kesal, bahkan dengan sengaja Zar menyenggol bahu kiri Ziel dengan kencang hingga membuat tubuh remaja itu nyaris terjengkang kebelakang karena tak siap menghadapi terjangan Zar.
"Ibu yang sabar ya, Bang Zar mungkin sedang gugup" Ziel mengusap bahu Ibu dengan lembut, Ibu pun membalas perlakuan Ziel dengan mengusap pucuk kepala remaja tampan itu dengan lembut.
"Ayo Bu, kita berangkat sekarang!" Ujar Ayah membantu Ibu bangun dari duduk nya.
"Pelan-pelan Bu" Adzriel membantu Ibu berjalan, karena beberapa hari yang lalu Ibu terjatuh di kamar mandi dan menyebabkan kaki Ibu terkilir. Karena itulah Ibu masih berjalan dengan tertatih.
"Apa Ayah sudah menghubungi Pak Darma?" Ayah menganggukan kepala nya pelan.
"Mereka menerima Zar, dengan catatan Zar harus bisa membahagiakan Dina" Ujar Ayah lirih.
"Firman?" Ibu bertanya pelan.
"Firman memilih menerima pekerjaan di Bintan" Ayah menjawab pertanyaan Ibu dengan nada menyesal.
Biar bagaimana pun juga Firman yang sebatang kara itu sudah mereka anggap seperti anak mereka sendiri sejak kedua orang tua Firman yang merupakan sahabat Ayah meninggal dunia saat Firman SMU.
"Ibu tak habis pikir dengan Zar Yah. Sungguh Ibu sangat merasa bersalah kepada Firman. Tak seharusnya Zar berbuat seperti itu kepada Firman terlebih kepada Dina" Adzriel kembali mengusap lembut punggung Ibu saat wanita itu berucap dengan lirih dan berderai air mata.
"InsyaAllah Firman bisa mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Dina Bu. Dan semoga setelah ini Zar bisa berubah dan bertanggung jawab terhadap keluarga nya nanti"
Ibu dan Adzriel mengaaminkan ucapan Ayah.
"Ck. Ayah, Ibu buruan nanti keburu kesiangan!" Teriak Zar dari samping pintu mobil yang di sewa oleh Ayah untuk membawa mereka ke rumah Dina dan mengakadkan wanita yang tengah hamil muda tersebut.
"Lama amat sih Bu!"
"Kaki Ibu masih sakit Bang, jadi belum bisa jalan cepat". Ziel menjawab ucapan Zar dan membantu Ibu masuk kedalam mobil.
"Ck. Gue nggak ngomong sama Elo!" Sarkas Zar lalu masuk kedalam pintu kemudi mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Anita noer
la anak orang rasa anak kandung ini mah.....malah kebalik.....aduh...kasian mak sama bpkx.....
2023-07-07
2