C4. Kecelakaan

Seminggu setelah menikah, Adzriel sengaja memboyong Bunga untuk tinggal di ruko yang di sewa nya sebagai kantor pemasaran ekspedisi nya dan juga rumah singgah nya saat tidak pulang kerumah kedua orang tua.

Sebuah ruko 3 lantai dengan lantai 3 yang di khususkan sebagai ruangan Adzriel.

Bunga membuang nafas kesal saat melihat penampakan ruangan yang akan menjadi tempat tinggal nya mulai saat ini.

"Kamar yang ini buat Kamu" Adzriel membuka sebuah kamar yang sudah ada kasur, lemari, meja rias juga AC.

"Yang ini?" Tak ada jawaban dari Adzriel yang justru memilih turun dari ruangannya, membuat Bunga pun berteriak kesal mengumpati Adzriel yang ternyata sudah langsung menjatuhkan talak nya saat mengetahui kehamilan nya setelah satu jam selesai resepsi pernikahan mereka.

Bunga menyetujui talak yang Adzriel berikan untuk nya namun dengan syarat hubungan mereka harus tetap sebagai suami istri di depan khalayak termasuk keluarga mereka berdua.

Adzriel terpaksa menyetujui nya, karena Bunga mengancam akan kembali memasukkan kedua orang tua Adzriel kebalik jeruji besi jika Adzriel tidak mengabulkan permintaan.

Baru saja Adzriel tiba di lantai dasar ruko, HP nya berbunyi menandakan panggilan masuk.

Kedua alis nya mengernyit kala mendapati nomor asing yang menghubungi nya, hingga membuat Ziel pun mengabaikan panggilan tersebut.

Namun rupa nya nomor itu kembali menghubungi nya, bahkan mengirimkan pesan yang terbaca di pop up layar HP.

"Innalillahi!" Gumam Ziel yang langsung mengangkat panggilan dari nomor yang menghubungi nya tadi.

Wajah Ziel berubah panik setelah mematikan panggilan telepon. Tanpa pikir panjang lagi pria itu langsung mengambil kunci motor nya untuk kemudian melaju mengendarai motor dengan kecepatan tinggi menuju sebuah rumah sakit.

Selang lima belas menit kemudian Ziel pun tiba di rumah sakit dan langsung menuju ruangan IGD.

"Alia" Gadis kecil yang tengah duduk sendiri dengan beberapa luka yang sudah di balut perban itu mengangkat kepala nya lalu melihat kearah Ziel yang tengah berlari kearah.

"Uncle" Alia langsung berlari menghampiri Ziel yang langsung memeluk dengan erat.

"Ayah, Bunda, Mbah Uti, Mbah Kung, Eyang Kakung juga Mbah Putri ada di dalam uncle"

Adzriel semakin memeluk tubuh Alina dengan erat setelah gadis kecil itu menyebutkan satu persatu nama yang kini tengah berada di dalam ruang IGD.

"Hust... Alia bantu doa ya!" Alina mengangguk pelan lalu menyembunyikan wajah nya di dalam ceruk leher Adzriel dan kemudian tertidur lelap.

Ziel menunggu pintu ruang IGD terbuka. Sudah hampir setengah jam menunggu, pintu tersebut masih juga belum terbuka.

Lantunan doa meminta yang terbaik untuk kondisi seluruh anggota keluarga terus di lantunkan Ziel dalam hati dengan tak melepaskan pelukan Alina yang masih tertidur dalam rangkulan nya.

Ziel terpaksa meninggalkan Alina yang masih tertidur di bangku tunggu ruang IGD guna menghampiri Dokter yang keluar dari ruang IGD.

"Dengan keluarga korban?" Seorang Dokter keluar dari ruang IGD dengan wajah sedih membuat Adzriel pun merasa kalau semua nya tak baik-baik saja.

"Saya keluarga korban Dok!" Adzriel pun menghampiri Dokter tersebut dengan perasaan berdebar debar.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun rupa nya Tuhan memiliki cara dan jalan nya sendiri. Kami mohon maaf, para korban tidak bisa Kami selamatkan akibat kecelakaan tunggal yang sangat fatal"

Ziel meremas dengan erat kedua telapak tangan nya menahan rasa sedih nya. Apalagi saat melihat kearah Alina yang menjadi korban selamat satu satu nya dari kecelakaan naas tersebut.

"Kami turut berduka cita yang sedalam dalam nya untuk Bapak dan keluarga" Ziel menganggukan kepala nya pelan lalu mendudukan tubuh nya di kursi tunggu depan ruang IGD dan kembali merangkul tubuh Alina.

 "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun" Gumam Ziel yang kembali memeluk erat tubuh Alina untuk memberikannya kekuatan dalam menghadapi musibah yang saat ini menimpanya juga Alina.

Setelah semua jenazah di sucikan dan di shalatkan secara bersamaan, Ziel dan Alina pun mengantarkan semua jenazah keluarga nya ke tempat peristirahatan terakhir mereka di sebuah pemakaman milik keluarga besar Dini, Ibu dari Alina.

Adzriel melepas kepergian seluruh anggota keluarga dengan tegar. Alina masih terus berada dalam pelukan Ziel, karena sejak bangun tidur tadi gadis kecil itu terus menangisi kepergian seluruh anggota keluarga nya.

"Ibu" Alina memanggil lirih sang Ibu saat jenazah akan di masukkan kedalam liang lahat.

"Uncle" Ziel mengenggam erat jemari kecil Alina seolah memberikan kekuatan kedua melepaskan kepergian orang terkasih mereka untuk selama nya.

"Ibu, Mbah, Eyang jangan tinggalin Alin sendirian!" Gumam Alina ketika tanah merah mulai menutupi liang lahat.

"Sabar sayang. Masih ada Uncle yang akan menjaga Kamu" Bisik Ziel yang masih merangkul tubuh mungil Alina.

Dari kejauhan tampak Bunga dan keluarga nya turut menghadiri pemakaman seluruh anggota keluarga Ziel dan Alina. Seulas senyuman kecil tampak menghiasi wajah Bunga saat melihat Ziel dan Alina menaburkan bunga di atas liang lahat yang sudah tertutup merah tersebut.

Senyum Bunga semakin terlihat saat melihat seorang pria dengan mengenakan pakaian hitam, menggunakan masker untuk menutup wajah nya tampak berada di tengah tengah para pelayat yang mengantarkan keluarga Ziel dan Alina ketempat peristirahatan terakhir mereka itu, tengah melihat kearah nya dengan wajah yang sama seperti Bunga.

"Ayah, Ibu, Abang. Maafkan Ziel" Ucap Ziel lirih mengusap bergantian papan nama kedua orang tua dan Abang nya tersebut.

"Mbak Dini, Bapak, Ibu. InsyaAllah Saya akan menjaga Alina selama yang saya bisa" Ucap Ziel pelan.

Ziel membawa Alina pulang ke ruko nya untuk tinggal bersama nya, karena bagi Ziel, Alina sekarang adalah tanggung jawab nya sejak seluruh keluarga mereka meninggal dunia.

Ziel mengajak Alina masuk kedalam ruko dengan terus merangkul remaja cantik itu membuat Bunga yang berjalan di belakang mereka menatap tak suka kepada mereka berdua.

Terlebih Ziel yang mengabaikan keberadaan nya sejak di rumah sakit hingga pemakaman tadi.

"Uncle" Alina memanggil Ziel dengan pelan bahkan nyaris tak terdengar kerena suara Alina hampir habis kerena menangis sejak seluruh anggota keluarga nya dibawa kerumah sakit hingga dimakamkan, saat akan memasuki ruko

"Iya Sayang?" Ziel mengusap lembut pucuk kepala Alina dengan lembut sambil merangkul bahu Alina.

"Alin nanti tinggal dimana?" Alina bertanya sambil memainkan ujung baju koko yang di kenakan oleh Ziel.

"Alia tinggal sama Uncle." Ziel menjawab dengan tegas. "Mulai saat ini Alia menjadi tanggung jawab Uncle!" Lanjut Ziel berucap yang di angguki pelan oleh Alia.

"Mas. Gimana bisa Alina tinggal sama Kita? sedangkan kita saja tinggal di ruko Mas!" Protes Bunga membuat Alina pun ketakutan.

Terpopuler

Comments

Anita noer

Anita noer

kasihan alin....sabar y kalian berdua...kalian berdua masih harus menghadapi mak lampir yg lgi bunting kn....jdi hrus smngat utk berjuang....

2023-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!