POV Kaif
Aku menatap punggung gadis itu menghilang di balik pintu kafe. Dengan kepergiannya kali ini aku merasa ada sesuatu yang terangkut dan dipaksa pergi bersama gadis cantik itu.
Sella... Andai kamu tahu bertapa sakit rasanya aku mendengar kamu ingin mengakhirinya hubungan ini dan akan bersanding dengan pria lain.
Tapi semua itu aku tahan agar tak memarahi mu dan membuat kamu sedih.
Cinta... Aku sadar sudah bersalah dengan melakukan dosa berpacaran ini. Tapi aku benar-benar menyayangi gadis itu.
Tiga tahun aku disisinya dan mencoba menjaganya dari godaan laki-laki lain, tapi pada akhirnya tetap saja dia tak menjadi milikku.
Berusaha aku terlihat baik-baik saja, tapi ternyata melihat dia pergi tetap saja teras sakit.
....
Setelah bertemu dengan Sella tadi siang aku tak langsung pulang. Aku pergi menenangkan diri di sebuah taman yang cukup jauh dari Kafe tadi. Tempat ini adalah tepat pertama kali kami bertemu.
Berawal dari saling menolong, siapa yang menyangka cinta itu biasa tubuh begitu mudah. Apalagi saat aku tahu dia kuliah di kampus yang sama, sejak saat itu lah kami berdua menjadi semakin dekat.
Gadis yang aku suka dari sejak kuliah dulu, tapi ternyata sekarang malah jadi milik orang. Ternyata waktu tiga tahun tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan waktu satu hari. Tentang takdir tuhan begitu kuat tak dapat di tawarkan.
Sepertinya aku sudah berdosa karena mencintai seseorang melebihi aku mencintai Tuhanku, jadi sekarang Allah membuat dia pergi dari hidupku ini.
"Loh, Mas Kaif? Kok kamu di sini,"
Seorang wanita datang menghampiri ku yang sedang termenung. Sambil memaku seorang gadis kecil, aku sedikit terkejut melihat keberadaannya ada di sini.
"Embun..."aku berusaha terlihat baik-baik saja. "Aku cuma cari angin. Kamu dan anak kamu lagi pergi jalan-jalan ya?" Tanya ku balik.
Embun menganguk. Janda satu anak itu terlihat kerepotan mengendong buah hatinya. Aku merasa kasihan dengan sahabat Sella ini. Baru dua tahun menikah dia malah ditinggal mati oleh suaminya, dan sekarang tinggal lah dia sendirian yang mengurus sang anak.
Mungkin ini dulu juga menjadi alasan ku tak ingin cepat-cepat menikah. Takut aku tak punya apa-apa yang akan aku tinggalkan jika ajalku datang lebih cepat.
"Duduk aja, Kamu sepertinya kesusahan."
"Oh, iya."
"Kamu gak sama Sella di sini, Mas?"
"Gak,"
"Kenapa?" Embun berpikir sesaat, "aku rasa sekarang Sella agak jarang keluar rumah ya. Perasaan setiap kami minta bertemu ada aja alasannya. Dia kenapa ya?"
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Andaikan teman-teman gadis itu tahu apa yang terjadi pada dia. Mungkin mereka akan berteriak heboh, dan juga marah mungkin, jika tahu Sella akan menikah dengan Om-om tua.
"Mungkin dia sedang sibuk." Ujarku singkat.
Merasa malas berbasa basi lagi, akhirnya aku pamit pergi dari sana. Tak enak juga kami duduk berdua dan ditemani satu anak kecil seperti itu. Bisa-bisa orang akan salah paham.
.....
Saat sampai di rumah aku semakin tidak tahu harus apa. Kejadian tadi siang masih terbayang-bayang dan tak ingin hilang dari pikiran ini.
Ah, jika dia tidak ingat Tuhan ingin sekali dirinya pergi dan membawa kabar kekasihnya itu. Bukan malah membiarkan dia memutuskan hubungan begitu saja.
Sebenarnya aku sudah curiga beberapa hari ini. Sikap Sella yang berubah, dan sering terlihat murung. Apalagi sedang membahas hubungan kami saat sedang telpon atau Chet, dia pasti langsung menghindari.
"Kamu kenapa, Kaif?"
Aku terkejut melihat Umi ada di samping ku.
"Eh... Umi. Ini... Aku lagi galau," ucapku jujur pada wanita kesayangan ku itu.
"Galau?"
Aku cemberut melihat Umi tidak mengerti. Segera aku rebahkan tubuhku di samping umi dengan kepala beralas pangkuannya.
"Aku putus dari pacar aku, Mi. Dia ninggalin aku demi menikah dengan pria tua." ucapku menggebu-gebu. Masih kesal rasanya saat ingat bagaimana kekasih ku itu bilang dia di jodohkan dengan pria tua.
"Astaghfirullah! Kaif... Kamu pacaran?!"
Bukannya fokus dengan cerita patah hatiku, Umi malah fokus dengan kata pacarannya. Ahh.... aku lupa jika Umi selama ini melarang aku berpacaran. Katanya melakukan itu hanya membuat dosa saja, dan tidak ada nampak positifnya.
"Iya, Kaif pacaran." ujarku putus asa.
Sudah dapat dosa, eh... ternyata malah hanyanjaga jodoh orang. Malang nian nasibku ini.
Aku menjerit saat merasa kupingku di pilin Umi.
"Kamu itu ya... kalau sudah mencapai seseorang kenapa tidak bilang sama Umi. Kita bisa melakukan Ta'aruf, bukan malah berbuat dosa seperti ini. Sekarang di tinggal nikah baru tahu rasa!"
Aku terhenyak mendengar ucapan Umi. Benar yang ibuku ini bilang. Jika dia berani melakukan Ta'aruf mungkin sekarang Sella menjadi miliknya. Bukan malah menghabiskan waktu dengan berpacaran.
"Sudah umi sekolahkan di pondok. Bukannya dapat ilmu yang baik, malah semakin berbuat dosa. Untung Abi kamu tidak tahu, Kaif. Jika tidak kamu pasti mendapat pukul olehnya."
Aku yang mendapat ceramah dadakan hanya bisa tertunduk diam. Malu juga pada Umi yang selama ini capak mendidik ku agar menjadi pria yang baik. Tapi ternyata malah mengecewakan.
"Maaf, Umi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments