"Mami ingin kamu bertemu dulu dengannya, bagaimana?"
"Apa perlu? Bukankah pernikahan ini sudah di rancang sangat sempurna. Aku rasa aku tidak perlu bertemu lagi dengannya,"
Bara menolak. Dia merasa percuma jika mereka bertemu, toh pernikahan juga tak mungkin bisa dia batalkan lagi.
"Bar... Ayolah. Dia gadis yang baik, Mami yakin itu. Bertemu besok ya sama dia, kalian gak mungkin langsung menikah saja tanpa saling mengenal dulu."
Rena tidak ingin kedua pengantin ini nantinya terkejut di pelaminan karena belum pernah bertemu sekalipun. Meskipun ini perjodohan, tapi tetap saja Rena tak ingin hubungan ini terlalu canggung.
"Kalau begitu atur saja,"
Senyum Rena merekah. Dia tahu putranya tidak akan mau melihat dirinya kecewa.
"Kalau begitu Mami pulang dulu ya. Kamu jangan terlalu malam pulangnya, tadi pagi putra kamu nelpon Mami, dia bilang kamu terlalu sibuk dan meninggalkan di sendirian saja di rumah. Ingat, sesibuk-sibuknya kamu anak juga perlu di urus," ucap Rena panjang lebar yang ujung-ujungnya hanya di angguk singkat oleh Bara.
Rena meninggalkan kantor putranya setelah beberapa menit. Sekarang tinggal hanya Bara yang kembali sibuk kerja bersama sang asisten.
Meskipun beberapa kali ia sulit berkonsentrasi dalam bekerja, tapi Bara berusaha menyembunyikannya dan mengalihkan perhatiannya dari pembicaraan dengan sang Mami.
......
Sella telah menunggu sekitar lima belas menit, tapi sampai sekarang orang yang di harus ditemuinya belum juga datang.
Jika bukan karena paksaan sang Papa rasanya dia sangat malas berbasa basi dengan orang asing itu.
Pernikahan ini masih terlalu abu-abu bagi Sella, dia bahkan belum bisa mengangap ini benar-benar terjadi, karena itu dia masih bisa sesantai ini.
Mengangap ini hanya bagian dari mimpi, dan dia berharap besok ayahnya berubah pikiran dan membatalkan kekonyolan ini. Itulah doa Sella sepanjang hari.
"Apa dia tidak akan datang?" Sella bertanya pada dirinya sendiri, ia mulai gelisah karena mulai lelah duduk sendirian.
Saat dirinya ingin pergi barulah seseorang datang ke mejanya dengan tampang anehnya.
"Apa kau Nona Sella?"
Sella menganguk dengan kebingungannya. Kenapa Om-om ini bertanya dengannya, apa dia saudara pria yang ingin dijodohkan dengannya?
"Iya, Om. Saya Sella," jawabnya.
Bara sedikit kaget sebenarnya melihat gadis yang akan menjadi istrinya. Terlalu kecil, pikir Bara. Apalagi panggilan Om yang disematkan gadis kecil itu, ada rasa tersinggung dalam hati kecilnya.
Bagaimana bisa Maminya mencari istrinya sekecil ini, sepertinya tidak hanya umurnya yang kecil, tapi tubuhnya yang terlihat masih seperti anak sekolah membuat Bara mendesah kecil. Maminya... Benar-benar.
"Saya Bara... Pria yang akan dijodohkan dengan mu," ucap Bara santai.
Bara tak peduli dengan keterkejutan gadis didepannya, bahkan jika bisa ia ingin gadis itu kabur saja dan membatalkan rencana perjodohan ini.
"Serius?!" Pekik Sella tak percaya. Buru-buru ia menutupi mulut saat ia sadar menjadi pusat perhatian.
"Kenapa? Apa orang tua mu tak menjelaskan apapun?"
Sella tercenung. Mamanya memang bilang calon suaminya seorang duda dan sudah berumur 35 tahun, dan itu jarak umur mereka 12 tahun.
Tapi saat dia bertemu dengan pria ini kenapa tak sesuai dengan imajinasinya?
Dia pikir seperti cerita-cerita di novel, yang mana prianya tampan, Maco, dan berkarisma. Tapi apa ini?
Lihatlah, dia kurus, kulitnya agak hitam, tidak juga terlalu tampan. Heh, dia merasa kecewa sekarang. Lihatlah dia, benar-benar sesuai dengan umurnya, dia yakin di rambut pria itu pasti sudah mulai tumbuh uban.
Sella menelan ludahnya kasar. Tidak terbayang olehnya akan hidup selamanya dengan pria yang sudah tua ini.
"Apa kamu kecewa?"
Sella sedikit tersentak dengan pertanyaan pria ini. "Kecewa? Kenapa aku harus kecewa?"
Sella pura-pura bodoh. Padahal di sangat tahu apa maksud dengan perkataan Pria ini.
"Maaf, mas Bara... Apa saya bisa bertanya?"
"Apa?"
"Apa kamu tidak keberatan dengan pernikahan ini,"
Bara tercenung mendengar pertanyaan itu. Keberatan ya?
Jika boleh jujur dia sangat keberatan. Bukan karena dia tidak mampu punya istri lagi, hanya saja dia takut kejadian dulu terulang lagi.
Cinta yang dia pikir akan membuat dirinya berkuasa pada hal yang namanya wanitanya. Tapi karena sikap posesifnya lah yang membuat dia sedikit menyesal sekarang.
"Bagaimana?" Sella bertanya lagi.
"Saya tidak bisa menolak permintaan orang tua." Jawab Bara singkat.
Sella mendengus kesal. jawabannya yang terlampau acuh membuat dirinya serasa ingin mencakar wajah pria tua itu.
"Sama, saya juga." Dirinya seolah juga ingin menegaskan jika dia juga terpaksa dengan pernikahan ini.
setelahnya mereka sama-sama diam. bahkan sampai pesanan mereka datang dan lanjut makan sampai selesai tetap saja keheningan yang menemani meja mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments