Jam pulang sekolah, Sagi tiba-tiba dihadang oleh Bonar dan kawan-kawan lain. Sagi menatap dengan berani, lalu membalas serangan tinju.
Bugh!
Bonar terkena bogeman dari tangan Sagi, lalu teman-temannya membantu mengeroyok. Sagi berhasil melumpuhkan mereka, hingga semuanya ambruk.
"Awas kamu, suatu saat kami akan membalasnya." ujar Bonar.
"Aku tidak takut." jawab Sagi.
Sagi melanjutkan perjalanan, setelah mereka kabur semua. Sagi bertemu Qishi, dan wajah itu seperti familiar di matanya. Begitupula Qishi, yang sedikit mengingat tentang kejadian malam itu. Qishi mendekat ke arah Sagi, sambil tersenyum lebar.
"Eh, kamu laki-laki yang menolongku waktu di mall 'kan?" tanya Qishi.
"Ya, kamu perempuan yang kabur tanpa pamit itu 'kan?" Sagi tersenyum ke arahnya.
"Aku sebenarnya ingin menunggu lebih lama lagi, tapi takut kamu tidak datang." ujar Qishi.
"Aku bukan orang yang seperti itu, hanya saja kamu yang belum kenal." jawab Sagi.
"Maaf, aku salah paham." ucap Qishi.
"Hal wajar kok." jawabnya.
Gumpalan awan bergeser, sehingga terlihat matahari bersinar cerah. Cerahnya udara pagi, secerah wajah pria seorang remaja. Dia tersenyum, sambil membantu ibunya. Memasukkan ayam potong, ke dalam plastik.
"Sagi, antar ke rumah Bu RT iya, tadi dia yang memesan ayamnya." ucap Weni.
"Iya Bu." jawab Sagi.
"Tapi harus berhati-hati, akhir-akhir ini banyak kecelakaan di sini." ucapnya.
"Iya Bu." jawab Sagi.
Sagi melangkahkan kakinya keluar rumah, setelah berpamitan dengan ibunya. Sementara Anchil sedang mengendarai mobil, sambil mendengarkan musik dengan headset. Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, ternyata telepon dari seseorang. Anchil menunduk berusaha meraih ponselnya, dan tanpa sengaja menyerempet Sagi.
"Aaa!"
Anchil membelokkan kemudinya saat kaca depan, tertutup dengan plastik-plastik ayam. Anchil menabrak pohon, lalu keluar dari mobil. Sagi menghampiri Anchil, dengan rasa kesalnya.
"Nona, kalau bawa mobil hati-hati. Lihatlah, pesanan yang aku bawa menjadi kotor." Sagi menunjuk aspal.
"Maaf, aku tidak sengaja." jawab Anchil.
"Ketidaksengajaan mu tidak bisa mengganti semuanya. Apa yang harus aku katakan pada ibuku." ujar Sagi.
"Ternyata kamu sombong sekali, seolah aku tidak mengalami kerugian. Apa kamu tidak melihat, bahwa mobilku juga menabrak pohon. Banyak kerugian yang harus ku tanggung, saat membawanya ke bengkel."
"Aku tidak peduli, dengan kerugian dirimu itu. Kalau mau curhat, jangan di depanku. Di sini yang salah itu kamu, karena menyerempet ku." jawab Sagi.
"What? Ini tidak adil, bila hanya salahku. Jelas-jelas, kamu yang berjalan di tengah jalan." ucap Anchil.
"Di pinggir." jawab Sagi.
"Di tengah." ucap Anchil.
"Di pinggir." jawab Sagi.
Mereka tidak selesai berdebat juga, hingga banyak warga menghampiri mereka. Anchil disalahkan oleh warga, karena dia yang menyerempet Sagi hingga luka.
"Masih seragam abu-abu sudah mengendarai mobil dengan kekuatan tinggi." ujar pria paruh baya.
"Aku buru-buru ke sekolah, dan plastik milik laki-laki ini menutupi mobilku." jawab Anchil.
"Hei, kamu yang tidak tahu aturan berkendara. Coba lihat headset, yang sedang menggantung di telinga kamu." Sagi menunjuk barang berwarna putih, yang masih setia menempel di anggota tubuh Anchil.
"Sudahlah, aku akan mengganti semuanya. Aku harap kita tidak bertemu lagi." jawab Anchil.
Anchil memilih menyelesaikan urusan dengan Sagi secara singkat, mengeluarkan berlembar-lembar uang di hadapan para warga yang sedang mengerumuni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments