Darto dan Raniwe melihat Anchil yang baru sampai ke rumah. Anchil terlihat sangat kelelahan, langsung merebahkan tubuhnya untuk bersandar di kursi sofa.
"Anak Mama ngapain saja?" tanya Raniwe.
"Tadi 'kan sudah aku bilang kerja kelompok Mama sayang." jawab Anchil.
"Yakin, tidak mengerjakan hal lain juga." ujar Raniwe, yang sengaja menggodanya.
"Aku hanya bersenang-senang dengan Keke dan teman-teman lain. Amran memasak untuk aku, dan aku memakannya." Anchil tersenyum.
Anchil melangkahkan kakinya, menuju ke ruang pribadinya. Dia ingin membersihkan diri di kamar mandi. Anchil melakukan panggilan video, setelah selesai mengeringkan rambut.
"Ada apa kamu memanggil aku?" tanya Anchil.
Amran memamerkan rambutnya, yang baru saja dicuci. "Aku ingin memberitahu kamu satu hal. Aku ini keren, banyak yang mau menjadi pacarku."
"Terus, hubungannya sama aku apa?" Anchil gregetan sendiri.
"Tidak ada si, ingin pamer saja." jawab Amran.
"Kalau gitu, aku matikan panggilan videonya." Anchil malas berlama-lama.
"Janganlah, aku masih ingin bicara." jawab Amran.
Sagi melangkahkan kakinya, ke sebuah mall. Dia ingin membeli bahan, untuk membuat ayam tepung goreng. Sagi tidak sengaja bertabrakan dengan seorang perempuan, yang asing di matanya.
"Maaf ya, sudah membuat barang-barang kamu jatuh." ucap Sagi.
Qishi mengambil belanjaannya yang terjatuh."Ya tidak apa-apa. Aku juga salah, karena tidak lihat-lihat lagi."
Sagi baru saja mau masuk ke dalam mall, tiba-tiba ada sebuah tawuran dengan batu besar. Qishi tampak ketakutan, lalu dibantu oleh Sagi bersembunyi di parkiran. Tidak lama kemudian, banyak satpol-pp yang menghentikan.
"Hei, berhenti tawuran di sekitar mall ini." ujar laki-laki paruh baya, yang menggunakan topi berwarna hijau.
"Kami tidak mau, ada hak yang harus diperebutkan." jawab seorang laki-laki botak.
Laki-laki paruh baya itu menarik baju, dari lelaki botak yang ada depannya. Rekan yang lain sibuk mengamankan beberapa orang, yang ingin melanjutkan aksi tawuran. Sagi dan Qishi keluar dari persembunyian, saat keadaan telah aman.
"Aku mau masuk ke dalam mall dulu, untuk belanja nanti. Setelah selesai ini aku akan mengantar kamu pulang, tunggu di sini dulu ya sebentar." ujar Sagi.
"Baiklah, tolong jangan lama-lama ya. Aku masih merasa takut, karena kejadian tadi." jawab Qishi.
Sagi hanya menganggukkan kepala, membiarkan Qishi menunggu di luar. Sagi benar-benar tidak keluar juga, entah berapa lama Qishi menahan kedinginan.
"Lama sekali laki-laki itu, Jangan-jangan dia tidak punya niat baik. Lebih baik, aku pergi saja."
Tiba-tiba ada Rudit yang muncul, kebetulan lewat sana, setelah kumpul dengan teman-temannya. Rudit menurunkan kaca mobilnya, lalu melihat ke arah Qishi.
"Ayo pulang ke rumah, ngapain kamu berdiri di sini." ujar Rudit.
"Awalnya si menunggu teman, tapi dia tidak datang juga. Ya sudahlah, pulang denganmu saja." jawab Qishi.
Qishi melangkahkan kaki, masuk ke dalam mobil Rudit. Qishi diantar pulang sampai ke rumahnya, sedangkan Sagi baru saja keluar. Saat membuka pintu kaca, malah tidak melihat lagi gadis yang telah ditolongnya.
"Kemana ya gadis itu? Mengapa dia pergi begitu saja?" Sagi berjalan dengan cepat, ke arah tempat tujuannya.
Sagi langsung masuk ke dapur, untuk membuat ayam goreng. Pertama-tama mengadon tepung, dibantu oleh Weni. Keduanya sangat kompak bergulat dengan kuali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments