Aku menerima uluran tangan dan menganggapnya sebagai rekan bisnis, menerimanya karena demi keuntungan dalam berbisnis.
Aku menjelaskan mengenai usaha yang sedang aku geluti, menarik minatnya agar semakin yakin bekerja sama tanpa ragu.
"Sangat menarik. Deal, aku menerimanya."
"Hem, senang bertemu dengan anda, Tuan Daniel."
"Panggil Daniel saja tanpa perlu embel-embel tuan."
"Baiklah, Daniel." Ulangku.
"Bagaimana kalau kita makan bersama sebagai bentuk kerja sama?"
Tidak mungkin aku menolak tawarannya, mana tahu dia tersinggung dengan itu. "Dengan senang hati."
Di restoran
Aku mengalah dan membiarkannya memesan menu makanan, aku tak peduli hal itu selain keuntungan di usaha yang aku geluti. Sambil menunggu, ponselku tiba-tiba berdering, melihat si bocah tengil yang menghubungiku.
Aku sempat menolak panggilannya, tapi pemuda itu semakin gencar menerorku dengan banyaknya pesan masuk. Hal itu sangat mengganggu, apalagi Daniel terlihat terganggu.
"Angkat saja, aku tidak masalah."
"Heum, baiklah." Dengan terpaksa aku mengangkat telepon.
"Itu siapa mba?"
"Siapa apanya?" tentu saja aku heran juga penasaran maksud dari Ariel yang mempertanyakan apa.
"Aku melihat mba makan di restoran bersama seorang pria."
Oh ya ampun, demi apa? Mengapa bocah itu tahu kalau aku sedang berada di restoran bersama seorang pria. Aku celingukan mencari dimana keberadaan Ariel, namun aku tak bisa menemukannya karena situasi di dalam restoran cukup ramai.
"Eh, kamu ngikutin aku lagi? Bukannya sekolah malah keluyuran."
"Sok tahu mba, aku udah lama lulus."
"Gak kuliah emang?"
"Ngapain kuliah? Belajar selama dua belas tahun sudah cukup, ngapain di ambil pusing."
Ingin rasanya aku menjitak kepala Ariel yang batang hidungnya saja tak terlihat. "Mau jadi apa kamu, hah?"
"Jadi suami mba lah."
Aku tertawa menjadikanku pusat perhatian. "Garing."
"Gak usah mengalihkan perhatian mba, kenapa mba bisa sama pria berwujud monyet itu? Apa aku kurang tampan? Kurang tinggi?"
"Tampan dan tinggi bukan jaminan." Aku langsung memutuskan sambungan telepon, dengan sengaja mematikan ponsel agar Ariel tak bisa menggangguku.
"Siapa?" tanya Daniel menatap ke arahku.
"Orang salah sambung." Jawabku sekenanya, aku tak menghiraukan masalah itu karena urusan perut nomor satu. Ya, aku menyantap makanan dengan lahap. Tidak ada anggun-anggunya sebagai seorang wanita, malah aku terlihat apa adanya.
"Kamu unik."
"Unik?" aku menyerngitkan dahi mencerna perkataan Daniel, entah itu hinaan atau pujian.
"Ya, di saat wanita lain berlomba-lomba menjaga image mereka, kamu malah memperlihatkan sebaliknya."
"Aku tidak biasa menjaga image, beginilah aku dan gayaku."
"Tanyakan itu nanti saja, kita tidak akan kenyang hanya dengan mengobrol."
Daniel terkekeh, namun aku tak peduli karena makanan di atas meja cukup menggugah selera.
Selesai makan dan membayar bill, langkah kami di hentikan oleh seseorang yang menggunakan pakaian serba hitam.
"Menyingkirlah!" tegas Daniel.
Aku penasaran siapa yang mencoba menghalangi kami, saat dia membuka masker dan membuka topinya, aku malah terkejut mendapati kalau itu beneran Ariel.
Entah mengapa aku merasa suasana cukup mencekam, seperti aku ketahuan berselingkuh. Tatapan dari dua pria menyebalkan itu membuat bulu kudukku sedikit meremang, tidak tahu apa yang mereka pikirkan.
"Hentikan kontes menatapnya!" ucapku menengahi.
"Kamu kenal pemuda ini, Ren?" tanya Daniel melirik ku sekilas.
"Aku kekasihnya."
Sekali lagi aku terbelalak kaget, Ariel mengklaim ku sebagai kekasihnya. Bukankah sungguh aneh, aku menjadi kekasihnya? Bahkan kami terlihat seperti kakak dan adik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
nuraeinieni
udah diklaim sama bocah mba sebagai kekasihx,,,,😃😃😃😃
2023-06-25
1