Mimpi Angkara

Happy reading!

"Kamu ngusir aku?"

Alena yang ditanya itu langsung menggeleng, mana mungkin ia mengusir Angkara dari rumahnya sendiri. Disini yang menumpang adalah Alena karena rumah ini yang beli adalah Angkara pakai uang pacarnya.

"Mana mungkin aku ngusir kamu sih hmm?" tanya Alena.

Angkara juga baru sadar jika Alena tak seperti wanita matre pada umumnya. Gadis itu tak mau numpang cuma cuma walaupun rumah ini diberikan pada Alena. Bahkan sertifikat rumah saja sudah atas nama Alena.

Tapi hal itu tak serta merta membuat Alena malas dan manja. Gadis itu tetap tanggung jawab membersihkan rumah ini tanpa menyewa art walau ia bisa.

Bahkan ia tak mau jika Angkara ingin membelikan sesuatu yang mahal untuknya.

Bahkan bisa dihitung barang yang dibelikan Angkara untuk Alena. Dan Angkara baru menyesal saat ini, kenapa dulu ia tak memanjakan sang kekasih malah membuat Alena tersiksa.

"Sayang rumah ini adalah rumah kamu, jadi kalau kamu mau usir aku ya bebas. Jangan berpikir jika ini rumah aku ya, aku udah memberikan untuk kamu ya untuk kamu."

"Aku tahu kamu baik, tapi jangan merasa kalau kamu selama ini numpang hmmm."

Alena menatap Angkara dengan senyum manisnya. Pada kenyataannya ia memang numpang di rumah ini, ia tak bisa membalas apa yang sudah diberikan Angkara padanya.

"Bukan gitu sayang, maksud aku apa kamu gak kangen sama Mama dan Papa kamu. Hampir 3 malam kamu disini emang mereka gak khawatir sama kamu?" tanya Alena dengan perhatian.

"Kamu belum bilang sama mereka?" tanya Angkara yang dijawab anggukan kepala oleh Alena.

"Udah katanya biarin aja, karena sebelum anniversary kita kamu banyak bergadang karena ngerjain tugas kantor. Dan papa kamu juga beri waktu buat kamu istirahat," jawab Alena dengan jujur.

"Sampai kapan katanya?" tanya Angkara yang seolah mendapat angin segar saat ini.

"2 hari doang sih, soalnya kan istirahat gak sampai 1 Minggu."

Semangat yang tadinya sangat menggelora jiwanya kini mulai surut mendengar jika ia hanya mendapatkan waktu istirahat sangat sedikit. Berarti besok ia sudah mulai bekerja lagi?

"Sial, bahkan aku belum banyak menghabiskan waktuku bersama Alena," batin Angkara dengan kesal.

"Yank, disini aku punya kemeja dan celana panjang kan ya?" tanya Angkara dan dianggukkan oleh Alena.

"Kan kamu sendiri yang simpen di lemari baju, bahkan dari CD kamu sampai jam tangan mewah yang harganya gak kaleng kaleng itu juga ada di kamar."

"Kalau kamu jual juga gak apa apa kok yank, aku bisa beli lagi. Aku gak mau kamu terbebani dengan semua barang aku," ucap Angkara yang di jawab gelengan oleh Alena.

"Barang kamu ya barang kamu, barang aku ya barang aku. Sebelum kita menikah kita masih masing masing, beda lagi kalau kamu udah jadi suami aku, semua keperluan kamu aku yang atur."

"Iya calon istriku."

"Ishh jangan gitu malu. Kita ini masih pacaran loh," ucap Alena dengan pelan.

"Kamu ingin aku lamar hmm?"

"Mau tapi nunggu aku wisuda dulu ya. Berberapa minggu lagikan aku wisuda kamu datang ya, Yank," pinta Alena dengan wajah imutnya.

"Tanpa kamu minta aku pasti datang sayang, aku bangga kamu sudah lulus. Karena sebentar lagi kamu bisa kerja jadi sekretaris aku dan kita nikah."

"Kan udah punya sekretaris kamu yank. Lagian aku gak ada hubungannya jurusan aku sama sekretaris gak nyambung. Aku mau kerja jadi asisten aja kalau bisa," ucap Alena.

Gadis itu jadi membayangkan jika nanti ia menjadi asisten manajer atau apalah itu tapi ia tak siap jika harus menjadi sekretaris. Tapi jika dibayangkan apa bedanya asisten dan sekretaris bukannya malah susah asisten ya?

"Dasar otak udang, kamu itu udah kau targetkan buat jadi sekretaris aku sayang. Aku mau kamu jadi sekretaris aku pokoknya walau sudah ada sekretaris saat ini."

"Biarkan aku bekerja sesuai jurusan yang aku ambil ya, yank. Aku gak mau anak anak kantor nanti nilai aku yang enggak enggak, atau malah parahnya kamu yang kena."

"Tapi kita masih satu kantor kan yank?" tanya Angkara yang kini mulai gusar jika nanti Alena tak mau bekerja di perusahaannya.

"Gak tahu nanti, aku mau coba buat cari peluang aja siapa tahu di terima di tempat lain," jawabnya yang membuat Angkara kesal dan cemberut.

Alena yang melihat bibir sang kekasih itu hanya tersenyum geli. Angkara jika sedang cemberut sangat lucu menurutnya. Dengan pelan Alena mengambilkan kopi yang sudah hangat itu pada Angkara.

"Masih, kayak kamu."

"Iyalah masih wong ada gulanya," jawab Alena menyeruput kembali kopi instan itu.

"Jadi males nonton film deh kalau gini," gumam Alena menatap film itu dengan hambar.

Angkara yang mendengar itu langsung meletakkan kopi yang ada di tangannya kemudian mengangkat tubuh Alana yang ramping ke atas pangkuannya.

"Sayang kamu ngapain mindahin aku ke pangkuan kamu? Kamu kan gak nyaman kalau aku duduk di atas pangkuan kamu," ucap Alena yang membuat Angkara ingat.

Saat Alena ingin bermanja di atas pangkuan Angkara, laki laki itu menolak karena pasti akan membuat sesuatu bangun jika Alena duduk dipangkuannya.

"Haiss kamu gak tahu sih, nanti adik kecil aku bangun sayang. Yang penting kamu gak goyang goyang semua aman kok," bisik Angkara seraya menyentuh hidung sang kekasih.

Alena yang mendengar itu hanya bisa terdiam dengan wajah yang merona. Untungnya ruangan itu sedikit tamaram jadi Alena tak takut jika wajah merahnya itu dilihat oleh Angkara. Tapi memang dasarnya Angkara peka maka dari itu ia bisa merasakan wajah Alena yang panas karena wajah mereka saling berhadapan.

"Kamu tersipu ya yank?" tanya Angkara mengelus pipi sang pacar.

"Ihhh malah diperjelas lagi, kenapa kau didudukin di pangkuan kamu?" tanya Alena dengan pelan.

Angkara yang sangat senang dengan ekspresi alinea itu tersenyum kemudian mengocok kedua pipi Alena bergantian.

"Aku gemes deh sama kamu, maaf ya atas sikap aku selama ini. Setalah ini aku janji akan selalu bersikap romantis dan baik sama kamu. Maaf ya sayang," ucapnya dan dianggukkan oleh Alena.

Sejak mereka berpacaran Alena tak berharap banyak tentang sikap Angkara yang cuek. Gadis itu menerima Angkara apa adanya, walau kata orang-orang Angkara itu jahat tapi tetap saja hatinya tak bisa bohong ia sangat mencintai laki laki yang ada di depannya ini.

"Pas kamu tidur kamu mimpi apa kok kamu berubah gini?" tanya Alena dengan pelan. Wajahnya sudah ia letakkan di dada polos Angkara yang memang hanya memakai kolor saja. (Gak bahaya ta?)

"Aku mimpi, aku meninggal dan aku belum minta maaf sama kamu. Banyak dosa aku sama kamu yank, jadi jangan heran kalau aku kayak gini hmm," ucapnya dengan lembut. Tentu saja itu hanyalah alibi saja walau ada yang benar.

Alena yang mendengar itu hanya bisa menganggukkan kepalanya. Mimpi meninggal adalah pertanda jika orang itu akan umur panjang.

Cups

"Mau bobo?"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

Angkara kalo Alena gak mau bobok sama kamu aku siap kok 🤭🤭🤭

2023-06-02

1

Yunia Afida

Yunia Afida

angkara yang dudalam kolor berubah g

2023-06-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!